Anda di halaman 1dari 27

ASMA BRONKIAL

Asma Bronkial

suatu penyakit gangguan jalan nafas


obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
• Gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi.
• Dasar penyakit ini adalah hipereaktivitas bronkus
dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan
gejala pernafasan.
• Obstruksi umumnya reversibel, tapi dapat mjd
kurang reversibel bahkan nonreversibel tgtg berat
dan lama penyakit
• Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain
berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada penderita asma
• Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh
sejumlah faktor antara lain alergen, virus,
iritan  yang dapat menginduksi respons inflamasi
akut
Definisi asma

Asma adalah penyakit heterogen, biasanya


ditandai dengan inflamasi kronis saluran
napas.
Asma memiliki dua fitur utama:

1. Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, napas


pendek, dada sesak dan batuk, yang bervariasi
sepanjang waktu dan variasi dalam intensitas,
DAN
2. Expiratory airflow limitation yang bervariasi

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available from
www.ginaasthma.org.
Faktor Resiko
Faktor pejamu :
• genetik asma

• alergik (atopi)
• hipereaktiviti bronkus  saluran
napas yang sangat sensitif terhadap
berbagai rangsangan alergen atau
iritan
• jenis kelamin (anak <14 thn lebih
banyak pria, menjelang dewasa
sama, menjelang menopause wanita
lebih banyak)
• ras
Faktor lingkungan 
• Alergen
• sensitisasi lingkungan kerja
• asap rokok
• polusi udara
• infeksi pernapasan (virus)
• Diet
• status sosioekonomi
Diagnosis asma
1. Pola gejala yang merupakan ciri khas asma
2. Riwayat keluarga
3. Pemeriksaan fisik
4. Pengukuran fungsi paru
 Spirometri
 Peak expiratory flow / Arus Puncak
Ekspirasi
5. Pengukuran respons saluran napas (bronchial
provocation test)
6. Pengukuran status alergi untuk
mengindentifikasi faktor risiko (allergy test)
12
Diagnosis
Riwayat Penyakit / Gejala :
• Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan
atau tanpa pengobatan
• Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di
dada dan berdahak
• Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini
hari
• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
• Respons terhadap pemberian bronkodilator
Pemeriksaan Fisik
• Wheezing  paling sering

• Tampak sesak
• Serangan ringan  wheezing hanya
saat ekspirasi paksa
• Silent chest  serangan sangat
berat sianosis, gelisah, sukar
bicara, takikardi, otot bantu nafas
Pemeriksaan Penunjang
• Spirometri
• Uji provokasi bronkus
• Pemeriksaan sputum (eosinofil ↑,
bronkhitis neutrofil ↑, kristal Charcot
Leyden : tersusun atas kumpulan
eosinophil yang berikatan dengan
protein Galectin)
• Pemeriksaan eosinofil total
• Pemeriksaan kadar IgE
• Uji kulit
Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education
Program (NAEPP)
• Asma Ringan
Singkat (<1 jam ) eksaserbasi symptomatic <dua
kali/minggu
Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa
gejala
• Asma Sedang
Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu
Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya
Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari
Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan
volume ekspirasi berkisar antara 60-80%.
• Asma Berat
Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari
Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi
kurang dari 60% dengan variasi luas
Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala.
Diagnosa Banding
• Bronkitis kronik  gejala utama batuk
kronik disertai sputum
• Emfisema paru  pasien selalu
sesak, tidak ada masa remisi
• Gagal jantung kiri akut  sesak
menghilang atau berkurang jika
duduk
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala
asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktivitas normal
termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara
(airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Komponen Pengobatan
asma
• Penyuluhan kepada pasien
• Penilaian derajat beratnya asma
• Pencegahan dan pengendalian faktor
pencetus serangan
• Perencanaan obat jangka panjang
• Perencanaan pengobatan serangan
asma
• Berobat secara teratur
Medikasi Asma
Oral :
1. Reliever (pereda saat serangan) :
- B agonis kerja pendek : salbutamol, terbutalin
- Xanthin : theofilin, aminofilin
2. Kontroler (pengendali) :
- anti inflamasi steroid : prednisone, prednisolon
- anti inflamasi non steroid : sodium kromogylat
- antihistamin : cetirizine, loratadine, ketotifen
Mengapa Penggunaan Obat - obatan Bronkodilator Tidak
Cukup Untuk Mengobati Asma?

Dengan Bronkodilator

“… Penggunaan obat
ß2-agonis saja tidak
cukup mengontrol
asma dan bahkan
dapat membuat asma
 Bronkodilatasi lebih buruk “
 Lumen melebar
X Inflamasi tetap P. J. Barnes at. al. Clin.
And Experimental Allergy.
X Edema tetap 1995, Vol 25, 771 - 787
X Kerusakan sel epitel tetap
X Hipertrofi kelenjar & hipersekresi mukus
tetap
X Penebalan membran dasar tetap

24
Pemberian Anti Inflamasi akan Memperbaiki Kondisi Asma Pasien

Saluran Napas Penderita Asma Dengan Anti Inflamasi (Terapi


Pencegahan)

 Bronkospasme
 Lumen menyempit  Lumen lebih melebar
 Inflamasi  Inflamasi berkurang
 Edema  Edema berkurang
 Kerusakan sel epitel  Sel epitel membaik
 Hipertrofi kelenjar & hipersekresi  Hipertrofi kelenjar &
mukus hipersekresi
 Penebalan membran dasar berkurang
 Membran dasar membaik

25
Komplikasi
• Bronkitis
• Atelektasis
• Pneumothoraks
• Gagal nafas

Anda mungkin juga menyukai