Terapi Cairan
Terapi Cairan
KELOMPOK 5
Preseptor :
dr. Deddy Kurniawan, Sp. B
CAIRAN TUBUH
- Setiap harinya terdapat pergantian cairan sebanyak
2000ml/hari. 1500 ml melalui minum dan 500 ml dari
makanan, dengan pengeluaran 250 ml dalam feses, 600 ml
insensible losses, dan 800-1500 ml melalui urin.
- Seluruh cairan tubuh merupakan 50% sampai 60%
berat badan.
- Terbagi atas komponen
a. Intraselular 40%
b. Plasma 5%
c. Interstitial 15 %
KOMPARTEMEN CAIRAN
Total Body Water (TBW) terbagi atas dua
kompartemen cairan fungsional :
1. Ekstraselular terdiri dari sepertiga TBW
Meliputi keseimbangan antara kation-sodium, anion-
klorida, dan bikarbonat
2. Intraselular terdiri dari dua per tiga TBW
Meliputi kation (potasium dan magnesium) dan anion
(phosphate dan protein)
TEKANAN OSMOTIK
Merupakan pergerakan air melewati membran sel.
Untuk mencapai keseimbangan osmotik, air melewati
membran semipermiable untuk menyeimbangkan
konsentrasi pada kedua sisi.
Osmolaritas cairan intraselular dan ekstraselular di
jaga antara 290 dan 310 mOsm pada setiap
kompartemennya.
PERUBAHAN CAIRAN DALAM
TUBUH
Perubahan cairan dalam tubuh terbagi atas tiga
kategori :
1. Perubahan dalam volume
2. Perubahan dalam konsentrasi
3. Perubahan dalam komposisi
VOLUME
DEFISIT VOLUME
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan
perubahan cairan tubuh yang paling umum. Penyebab
paling umum adalah kehilangan cairan di
gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik,
diare dan drainase fistula.
KELEBIHAN VOLUME
merupakan iatrogenik akibat pemberian cairan yang
berlebihan atau akibat sekunder dari penyakit dasar
seperti gagal ginjal, sirosis, dan gagal jantung. Tanda
fisik terdiri dari edema generalisata.
KONSENTRASI
a. Hiponatremia
Kadar natrium normal 135-145 mEq/L,
bila kurang dari 135 mEq/ L, sudah dapat
dibilang hiponatremia. Jika < 120 mg/L
maka akan timbul gejala disorientasi,
gangguan mental, letargi, iritabilitas,
lemah dan henti pernafasan, sedangkan
jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul
gejala kejang, koma.
b. Hipernatremia
Bila kadar natrium lebih dari 145 mEq/L disebut
dengan hiperkalemia. Jika kadar natrium > 160 mg/L
maka akan timbul gejala berupa perubahan mental,
letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat
disebabkan oleh kehilangan cairan (diare, muntah,
diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan),
asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi
keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5%
dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}
c. Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi
akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan
ekstraselular ke intraselular atau dari
pengurangan kronis kadar total kalium tubuh.
Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa
disritmik jantung, perubahan EKG (QRS
segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural, kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa.
d. Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering
terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang
membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-
inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan
gejalanya terutama melibatkan susunan saraf
pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem
kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG).
KOMPOSISI
a. Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45
mmHg).
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2
secara sekunder untuk menurunkan ventilasi
alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut
merupakan akibat dari ventilasi yang tidak
adekuat termasuk obstruksi jalan nafas,
atelektasis, pneumonia, efusi pleura, nyeri dari
insisi abdomen atas, distensi abdomen dan
penggunaan narkose yang berlebihan.
b. Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 <
35 mmHg).
Kondisi ini disebabkan nyeri, hipoksia, cedera
SSP, dan ventilasi yang dibantu. Pada fase
akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan
alkalosis terjadi sebagai hasil dari penurunan
PaCO2 yang cepat.
c. Asidosis metabolik (pH<7,35 dan
bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau
penambahan asam atau kehilangan
bikarbonat. Penyebab yang paling umum
termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus
kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis
laktat.
d. Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan
bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari
kehilangan asam atau penambahan
bikarbonat dan diperburuk oleh
hipokalemia. Masalah yang umum terjadi
pada pasien bedah adalah hipokloremik,
hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular.
Dehidrasi
Adalah keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari
jumlah normal akibat kehilangan cairan, asupan yang tidak
mencukupi atau kombinasi keduanya.
Dehidrasi dibedakan atas :
Dehidrasi hipotonik
Kadar Na < 130 mmol/L
Osmolaritas < 275 mOsm/L
Letargi, kadang-kadang kejang
Dehidrasi isotonik
Na dan osmolaritas serum normal
Dehidrasi hipertonik
Na > 150 mmol/L
Osmolaritas > 295 mOsm/L
Haus, iritabel, bila Na > 165 mmol/L dapat terjadi kejang
Kehilangan cairan melalui diare
Kehilangan Na menyebabkan hipovolemia
Kehilangan H20 menyebabkan dehidrasi
Kehilangan HCO3 menyebabkan asidosis metabolik
Kehilangan K menyebabkan hipokalemi
Pertimbangan dalam resusitasi cairan :
Medikasi harus diberikan secara iv selama resusitasi
Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius. Na serum
harus dimonitor, terutama pada pemberian infus dalam volume besar.
Transfusi diberikan bila hematokrit < 30
Insulin infus diberikan bila kadar gula darah > 200 mg%
Histamin H2-blocker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga
pH lambung 7,0
Terapi cairan rumatan (maintenance)
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi. Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan
rumus 4:2:1, yaitu :
20-30 menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid
yang paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan
walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir
menyerupai cairan intravaskuler.
Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan
mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat.
Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan
adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat
mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional
hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar
bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
2. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa
disebut “plasma substitute” atau “plasma expander”.
Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik
yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak
lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler.
Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi
cairan secara cepat terutama pada syok
hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan
hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang
banyak (misal luka bakar).
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis
larutan koloid:
a. Koloid alami:
Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin
manusia ( 5 dan 2,5%). Dibuat dengan cara
memanaskan plasma atau plasenta 60°C
selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis
dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain
mengandung albumin (83%) juga mengandung
alfa globulin dan beta globulin.
b. Koloid sintetis
1. Dextran
2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
3. Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan
berat molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa
kolagen binatang.
Ada 3 macam gelatin, yaitu:
- modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)
- Urea linked gelatin
- Oxypoly gelatin
Sumber :
Schwartz’s principles of surgery 8th edition
Buku ajar bedah FKUI
Latief AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi:
terapi cairan pada pembedahan. Ed.Kedua. Bagian
anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.
ALHAMDULILLAAHH...
.