Anda di halaman 1dari 45

KEP.

ILMU BEDAH
ASKEP PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN
KATARAK

Ns. Neni Iriana, S.Kep


Lensa Mata
 Lensa berbentuk bikonveks, jernih, transparan,
dan mempunyai kekuatan refraksi yg besar
 Lensa mengandung 3 komponen anatomis:
 Nukleus  di zona sentral
 Korteks  di perifer
 Kapsula (anterior & posterior)  mengelilingi
kedua zona

 FUNGSI: Memfokuskan sinar pada retina


 Kelainan:Kekeruhan pada lensa (KATARAK)
Definisi Katarak
 Berasal dari bahasa:
Yunani “Katarrhakies”
Inggris “ Cataract” Air Terjun
Latin “Cataracta”

 Bahasa Ina: bular  penglihatan seperti tertutup air


terjun akibat lensa yg keruh
Definisi..
 Katarak merupakan keadaan di mana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
 Katarak adalah proses terjadinya opasitas

secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,


umumnya akibat dari proses penuaan yang
terjadi pada semua orang > 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Definisi…
 Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana
lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa.
 Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme

normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia


tertentu
 Biasanya mengenai kedua mata & progresif

 Lensa keruh  cahaya sulit mencapai retina dan

akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina


 pengurangan visus  tidak bisa melihat dengan
jelas
Katarak
Klasifikasi Katarak:
1. Katarak kongenital/ developmental
Katarak yg sudah terlihat pd usia < 1 thn
2. Katarak Juvenil
katarak yg terjadi pd usia > 1 thn & < 40 thn Katarak
menurut
3. katarak presenil; Kelompok
katarak sesudah usia 30 - 40 tahun usia
4. Katarak Senil/ degeneratif
katarak setelah usia 50 tahun
5. Katarak Trauma  akibat trauma pada lensa mata
6. Katarak komplikata  karena Uveitis
1. Katarak Kongenital
 Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak
lahir; terjadi akibat gangguan perkembangan embrio
intrauterin  biasanya tidak meluas mengenai
seluruh lensa

 Terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat


lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat
infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan
lensa saat bayi di dalam kandungan, dan gangguan
metabolisme oksigen
Kongenital…
 Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya
gangguan metabolisme serat lensa
 Katarak kongenital yg terjadi sejak perkembangan serat
lensa terlihat segera setelah bayi Iahir sampai berusia 1
tahun
 Pada bayi dengan katarak kongenital  terlihat bercak
putih di depan pupil  Leukokoria
 Bayi dgn leukokoria  pikirkan diagnosis banding
seperti retinoblastoma, endoftalmitis, fibroplasi
retrolental, hiperplastik vitreus primer, & miopia tinggi
Kongenital..
 Katarak kongenital merupakan katarak
perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih
muda dan berkonsistensi cair
 Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio
lentis atau ekstraksi linear
 Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2
bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia
 Pasca ­bedah pasien memerlukan koreksi untuk
kelainan refraksi matanya yang telah menjadi afakia
2. Katarak Juvenil
 Terlihat setelah usia 1 tahun  lanjutan katarak
kongenital yang makin nyata
 Penyulit penyakit lain, katarak komplikata
akibat penyakit lokal pada satu mata, (uveitis anterior,
glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi); penyakit sistemik
(diabetes, hipoparatiroid); dan akibat trauma tumpul
 Biasanya merupakan katarak yang didapat dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor
3. Katarak Senil
 Merupakan katarak yang terjadi akibat degenerasi serat
lensa karena proses penuaan
 Biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai
penyakit lain seperti DM  lebih cepat
 Proses degenerasi lensa secara perlahan-lahan  visus
menurun bertahap
 Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan
yang sama ataupun berbeda
 Proses degenerasi pada lensa dpt terlihat pada beberapa
stadium katarak senil
Stadium Katarak Senil
1. Stadium insipien
 mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa
 Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak
kekeruhan yang tidak teratur
 Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan
seperti melihat ganda dengan satu matanya
 Pada stadium ini, proses degenerasi belum
menyerap cairan mata ke dalam lensa  terlihat
bilik mata depan dengan kedalaman yg normal, iris
dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan
ringan pada lensa
 Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
Stadium Katarak Senil Lanjutan…

2. Stadium imatur
 lensa yg degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung
 terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak
intumesen
 terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung 
tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat
 Akibat lensa yg bengkak  iris terdorong ke depan, bilik
mata dangkal & sudut bilik mata akan sempit atau tertutup
 dpt terjadi glaukoma sekunder
 Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test 
terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris (+)
Stadium Katarak Senil Lanjutan…
3. Stadium matur
 merupakan proses degenerasi lanjut lensa
 terjadi kekeruhan seluruh lensa.
 Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam
keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal
kembali
 Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik
mata depan terbuka normal, uji bayangan iris
negatif.
 Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat
hanya tinggal proyeksi sinar positif
Stadium Katarak Senil Lanjutan…
4. Stadium hipermatur
 terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa
(katarak Morgagni)
 terjadi juga degenerasi kapsul lensa  bahan lensa ataupun
korteks yg cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan
 Pada stadium matur akan terlihat lensa yang < normal 
mengakibatkan iris tremulans & bilik mata depan terbuka
 Pada uji bayangan: iris terlihat positif walaupun seluruh lensa
telah keruh  disebut uji bayangan iris pseudopositif
 Akibat bahan lensa keluar dari kapsul  timbul reaksi jaringan
uvea berupa uveitis
 Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik
mata  timbul glaukoma fakolitik
Stadium Katarak Senil
Insipien Imatur (Sebagian) Matur Hipermatur (Masif)
(Ringan (Seluruh)
)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan N Ber (+)/ (air masuk) N Ber (-)/ air + masa
Lensa lensa keluar
Iris N Dangkal N Tremulans
Bilik Mata N Sempit N Dalam
depan

Sudut bilik N Positif N Terbuka


mata

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos


Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma
4. Katarak Traumatik
 Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma
tumpul atau trauma tajam yang menembus
kapsul anterior
 Tindakan bedah pada katarak traumatik
dilakukan setelah mata tenang akibat trauma
tersebut
 Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala
radang berat, maka dilakukan operasi
secepatnya
5. Katarak komplikata

 Terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan


sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga
terjadi gangguan kejernihan lensa
 Katarak komplikata dapat terjadi akibat
iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio
retina, dan glaukoma.
 Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan
sistemik yang akan mengenai kedua mata atau
kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
6. Katarak sekunder

 Pada tindakan bedah lensa  terjadi reaksi radang


yg berakhir dgn terbentuknya jaringan fibrosis sisa
lensa yang tertinggal  katarak sekunder
 Tindakan bedah yang dapat menimbulkan katarak
sekunder adalah sisa disisio lentis, ekstraksi linear
dan ekstraksi lensa ekstrakpsular
 Pada katarak sekunder yang menghambat masuknya
sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan maka dilakukan disisio
lentis sekunder atau kapsulotomi pada katarak
sekunder tersebut
Etiologi Katarak
 Proses degeneratif  katarak senil
 Defek kongenital  katarak kongenital
Proses infeksi virus pada kehamilan  bayi
 Katarak Trauma
 Penyakit mata lain  katarak komplikasi: uveitis,
glaukoma, retinitis pigmentosa
 Katarak toksik: bahan kimia, obat
 Penyakit sistemik: DM
Predisposisi Lainnya
 Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
 Kelainan sistemik atau metabolisme: DM,
Galaktosemia
 Radiasi sinar matahari/UV B dalam waktu
lama
 Operasi mata sebelumnya
 Keracunan jenis obat tertentu: Eserin (0,25-
0,5%); Kortikosteroid, Ergot,
Antikolinesterase Topikal
 Alkohol, merokok, & kurang asupan vit.,
antioksidan dlm jangka waktu lama
Patofisiologi Katarak
 Lensa mengandung 3 komponen anatomis:
 Nukleus  zone sentral; Korteks  perifer; Kapsul anterior
dan posterior
 Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan
dg bertambahnya usia
 Perubahan fisik: perubahan pd serabut halus multiple (zonula) yg
memanjang dari badan silier kesekitar daerah di luar lensa 
hilangnya tranparansi lensa
 Perubahan kimia dlm protein lensa  koagulasi  mengabutkan
pandangan  hambat jalan cahaya ke retina
 Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa 
mematahkan serabut lensa yg tegang  mengganggu transmisi
sinar
 Usia meningkat Penurunan enzim degenerasi lensa
Patofis…
 Proses degenerasi  lensa kehilangan cairan &
peningkatan ukuran & densitas  menyebabakn
kompresi serat lensa  terbentuk katarak 
ambilan oksigen berkurang, kandungan cairan
berkurang, peningkatan jumlah kalsium, & protein
larut menjadi tdk larut  kompresi serat lensa
menyebabkan painless, kehilangan transparansi
progresif & sering terjadi bilateral  opasitas lensa
& kapsul lensa  memblok cahaya yg melalui
kornea  bayangan kabur  kehilangan
penglihatan
Manifestasi Klinis
 Penurunan tajam penglihatan secara progresif (rabun jauh
memburuk progresif)
 Pupil seakan-akan bertambah putih; dilatasi
 Refleks cahaya mata menjadi negatif
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi
objek
 Peka terhadap sinar atau cahaya
 Diplopia pada satu mata
 Perlu cahaya terang untuk dapat membaca
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
Komplikasi
 Penyulit: visus tidak mencapai 5/5.
Amblipopia Sensori
 Komplikasi: Nistagmus, Stabismus

 Dapat menimbulkan komplikasi: Glaukoma &

Uveitis
Pemeriksaan Diagnostik
 Keratometri  Perhitungan sel
 Pemeriksaan lampu endotel penting untuk
slit fakoemulsifikasi &
implantasi
 Funduskopi
 Kartu mata snellen
 Tonometer  TIO
/mesin telebinokuler
 Oftalmoskop  bandingkan
 A-Scan Ultrasound kekeruhan dgn
(Echography) penurunan tajam
penglihatan
Pengobatan Katarak Senil
 Iodium tetes, salep, injeksi & iontoforesis
 Kalsium Sistein
 Imunisasi  perbaiki cacat metabolisme lensa
 Lentokalin & kataraktolisin dan lensa ikan
 Vitamin dosis tinggi
 Pembedahan  bila tajam penglihatan menurun,
mengganggu pekerjaan sehari-hari, ada penyulit
Pembedahan Katarak Senil
 Lensa yang keruh diangkat & sekaligus
ditanam lensa intraokuler  tidak perlu
memakai kaca mata khusus (kaca mata
aphakia) post-op
 Teknik pembedahan:

1. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)


2. Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE)
1. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)  isi lensa
dikeluarkan melalui pemecahan/ perobekan kapsul
lensa anterior  korteks & nukleus lensa dpt
dikeluarkan  dpt timbul penyulit katarak sekunder
 98 % keberhasilan
 Fakoemulsifikasi penemuan terbaru pd ECCE
2. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)  seluruh
lensa bersama kapsul dikeluarkan; dilakukan pada yg
matur & zonula zinn telah rapuh; tidak boleh
dilakukan pd pasien berusia < 40 tahun, katarak
imatur, yg masih memiliki zonula zinn  tidak terjadi
katarak sekunder
Penggantian lensa

1. Kacamata katarak
2. Lensa kontak
3. Implantasi lensa intraokuler (IOL)
ASKEP KLIEN KATARAK
 Pengkajian
 Diagnosa

 Perencanaan

 Implementasi

 Evaluasi
Pengkajian Data Dasar
1. Aktivitas/ Istirahat
Perubahan aktivitas/ hobi sd ggn penglihatan
2. Neurosensori
Ggn penglihatan, kabur, silau, kehilangan bertahap penglihatan perifer,
tampak lingkaran pelangi disekitar sinar, kecoklatan/ putih susu
pada pupil, peningkatan air mata
3. Nyeri/ kenyamanan
Ketdknyamanan ringan, mata berair, nyeri sekitar mata, sakit kepala
4. Pembelajaran/ pengajaran
Riw. Keluarga DM, ggn sistem vaskuler, riw. Stres, alergi, ggn
vasomotor, terpajan radiasi, steroid
Prioritas Keperawatan
1. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut
2. Meningkatkan adaptasi terhadap
perubahan/penurunan ketajaman penglihatan
3. Mencegah komplikasi
4. Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan
Tujuan Pemulangan
1. Penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik
mungkin
2. Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif
3. Komplikasi dicegah/minimal
4. Proses penyakit/prognosis dan program terapi
dipahami
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan
penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara
terapetik dibatasi
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b.d tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif
3. Cemas b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang
prosedur tindakan pembedahan
4. Risiko infeksi b.d prosedur tindakan invasif; insisi jaringan
tubuh
5. Nyeri b.d perlukaan sekunder operasi miles prosedur
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
Cemas Rasa cemas dapat 1. Kaji tingkat kecemasan •Derajat kecemasan
b.d.. diatasi pasien, catat adanya tanda2 dipengaruhi bgmn
verbal,nonverbal informasi tsb diterima
KH; klien 2. Beri kesempatan klien •Mengungkapkan rasa
• Mampu mengungkapkan isi pikiran & takut scr terbukarasa
mengungkapkan & perasaan takutnya takut dpt ditujukan
mendiskusikan rasa 3. Obs. TTV & peningkatan •mengetahui respon
cemas/takutnya. respon fisik Klien fisiologis yg timbul
• tampak rileks, tdk akibat kecemasan
tegang 4. Beri penjelasan ttg prosedur •Meningkatkan
• melaporkan tindakan op, harapan & pengetahuan klien unt
kecemasannya akibatnya me(-) kecemasan &
ber(-) sampai pd kooperatif
tingkat dpt diatasi 5. Beri penjelasan & suport pd •Me(-) kecemasan &
• mengungkapk klien setiap melakukan meningkatkan
keakuratan prosedur tindakan pengetahuan
pengetahuan ttg 6. Lakukan orientasi & •Mengurangi perasaan
pembedahan perkenalan thd ruangan, takut dan cemas
petugas, & peralatan yg akan
digunakan
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
Perubahan Meningkatkan ketajaman 1. Tentukan ketajaman penglihatan,
Persepsi penglihatan dalam batas catat apakah satu atau dua mata
sensori: visual situasi individu, terlibat
b.d.. mengenal gangguan 2. Orientasikan klien thdp
sensori & berkompensasi lingkungan
terhadap perubahan.
3. Observasi tanda-tanda
Kriteria Hasil: disorientasi
Mengenal ggn sensori &
-
4. Pendekatan dari sisi yg tak
berkompensasi dgn dioperasi, bicara dgn menyentuh
perubahan
5. Perhatikan ttg suram atau
Mengidentifikasi potensial
-
penglihatan kabur & iritasi mata
bahaya dlm lingkungan akibat menggunakan tetes mata
6. Ingatkan klien menggunakan
kacamata katarak
7. Letakkan barang yg dibutuhkan
dlm jangkauan klien, pd sisi yg
tdk dioperasi
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rsaional
Nyeri b.d.. Nyeri teratasi 1. Kaji nyeri, catat lokasi, • membantu mengetahui
karakteristik & intensitas derajat ketdknyamanan
KH: nyeri (skala 0-10) & keefektifan analgesic
• Klien shg memudahkan dlm
mengungkapkan memberi tindakan
nyeri ber(-)/ • Tehnik relaksasi dpt
hilang 2. Motivasi untuk melakukan me (-) rangsangan nyeri
• Tdk merintih teknik pengaturan nafas dan
atau menangis mengalihkan perhatian • Sentuhan dpt
• Ekspresi wajah 3. Hindari sentuhan seminimal meningkatkan
rileks mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri
• Mampu rangsangan nyeri •Analgesik membantu
beristrahat dgn 4. Berikan analgetik sesuai memblok nyeri
baik dengan program medis
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rsaional

Risk Tdk terjadi 1. Cuci tangan sebelum & •Melindungi klien dari
penyebaran penyebaran sesudah melakukan sumber-sumber infeksi,
infeksi b.d.. infeksi selama tindakan scr tepat mencegah infeksi silang
prosedur op • Mengurangi
ditandai dgn: 2. Ciptakan lingkungan kontaminasi & paparan
• penggunaan ruangan yg bersih & pasien terhadap agen
teknik antiseptik babas dari kontaminasi infeksius
& desinfeksi scr dunia luar
tepat & benar • mencegah &
•Tanda infeksi (-) 3. Jaga area kesterilan luka mengurangi transmisi
•TTV dbn operasi kuman
•Hasil Lab: • mencegah kontaminasi
Leukosit dbn 4. Lakukan teknik aseptik & patogen
desinfeksi secara tepat
dlm merawat luka • mencegah pertumbuhan
5. Kolaborasi terapi medik dan perkembangan
pemberian antibiotika kuman
profilaksis
PenKes Klien Post Op Katarak

 Pembatasan aktivitas
Diperbolehkan
 Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan

terlalu lama
 Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi

 Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan

bak mandi atau pancuran


 Tidak boleh membungkuk pd wastafel atau bak mandi;

condongkan sedikit kepala kebelakang saat mencuci


rambut
 Tidur dengan perisai/pelindung mata logam pada
malam hari; mengenakan kacamata pada siang hari
 Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring tidak
boleh telengkup
 Aktivitas dengan duduk
 Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
 Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari
lantai
Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
 Tidur pada sisi yang sakit

 Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup

 Mengejan saat defekasi

 Memakai sabun mendekati mata

 Mengangkat benda yg lebih dari 7 Kg

 Hubungan seks

 Mengendarai kendaraan

 Batuk, bersin, dan muntah

 Menundukkan kepala sampai bawah pinggang 


melipat lutut dan punggung tetap lurus untuk
mengambil sesuatu dari lantai
Askep Post Op Katarak
1. Manajemen nyeri
2. Observasi tanda peningkatan TIO
3. Ajarkan klien cara mencegah peningkatan TIO
4. Ambulasi dini
5. Menggunakan pelindung mata (eye patch)
6. Terapi aktivitas; stimulasi kognitif, manajemen
lingkungan; pencegahan jatuh & keselamatan
7. Anjurkan kapan menghubungi yankes
 Jika ada tanda-tanda peningkatan TIO, infeksi  lapor nakes

Anda mungkin juga menyukai