Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KESEHATAN MASYARAKAT

kelompok 2

PELAYANAN KIA DAN PROGRAM KIA

ANGGOTA :
ASANIA SAADATY (184110363)
JENI APRITA (184110375)
NENY MARTA YULIA (184110379)
PUTRI ZAHRA FADHILA (184110382)
TIA AYU IVANIKA (184110387)
WISNEL WENOLA (184110389)
A. Pengertian KIA
KIA adalah Upaya kesehatan Ibu dan Anak upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
B. Tujuan KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
• Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban
10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
• Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan
keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
• Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu
menyusui.
• Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
• Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi
masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
C.Besaran Masalah KIA
a. Besaran Masalah Kesehatan Ibu dan Anak secara Global

1. Kematian Ibu.
Kematian ibu merupakan kematian ibu selama kehamilan, melahirkan, atau dalam 42 hari setelah melahirkan. Diperkirakan
ada 342.900 kematian ibu di seluruh dunia pada tahun 2008, turun dari 526.300 pada tahun 1980. Rasio kematian ibu global yang
menurun dari 422 pada 1980-320 pada tahun 1990, dan 251 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Lebih dari 50% dari
semua ibu kematian berada di hanya enam negara pada tahun 2008 (India, Nigeria, Pakistan, Afghanistan, Ethiopia, dan Demokrat
Republik Kongo).

2. Angka Kematian Bayi


Tingkat kematian di seluruh dunia untuk anak balita menurun terus menerus dari dasar MDG pada tahun 1990 untuk hadir
pada tingkat tahunan sebesar 2,2% (Interval ketidakpastian 1,8 -2,6). Pada tahun 2011, ada 7.2 juta kematian pada anak balita.
Fraksi kematian di sub-Sahara Afrika telah meningkat dari 33% (3,9 juta dari 11,6 juta) pada tahun 1990 menjadi 49% (3,5 juta dari
7,2 juta) pada tahun 2011. Kontribusi kematian di utara Afrika dan Timur Tengah telah menurun dari 5,7% (0,66 juta 11,6 juta)
menjadi 3,7% (0,27 juta dari 7,2 juta) selama periode yang sama. Jumlah terbesar kematian berada di wilayah Afrika (4.199.000)
dan di wilayah Asia Tenggara (2,390 juta).
3. Gizi kurang, stunting, dan wasting
Prevalensi gizi kurang, pendek, dan kurus di seluruh dunia dan untuk daerah PBB didasarkan pada analisis 388
dari survei nasional dari 139 negara, menerapkan metode perbandingan, termasuk penggunaan Standards
Pertumbuhan Anak baru WHO tahun 2005, 20% dari anak-anak balita di negara berpenghasilan rendah dan
menengah memiliki berat badan menurut umur Z skor kurang dari 2. Prevalensi tertinggi terjadi di Asia selatan-
tengah dan Afrika timur di mana 33% dan 28%, masing-masing, yang underweight. Untuk semua negara-negara
berkembang, diperkirakan 32% (178 juta) anak-anak balita memiliki tinggi menurut umur Z skor kurang dari 2 tahun
2005.
4. Defisiensi Seng
Group International Consultative Gizi Seng mengusulkan metode untuk penilaian dari penduduk risiko defi
siensi seng berdasarkan indikator tidak langsung-yaitu, prevalensi stunting, salah satu klinik manifestasi dari defi
siensi seng, dan kecukupan absorpsi seng dalam penyediaan makanan di tingkat Negara. Negara beresiko tinggi
defisiensi seng adalah negara dengan prevalensi stunting > 20% dan prevalensi estimasi asupan seng tidak memadai
> 25%, negara-negara yang berisiko rendah defi siensi seng adalah negara dengan prevalensi stunting < 10% dan
asupan seng tidak memadai < dari 15% negara beresiko sedang defisiensi seng adalah Negara dengan semua
kombinasi lain dari kategori prevalensi stunting dan kecukupan seng dalam penyediaan makanan.
5. Anemia Defisiensi Besi
Menurut review WHO survei perwakilan nasional 1993-2005, 42% dari wanita hamil dan 47% dari anak-anak
prasekolah di seluruh dunia memiliki anemia.75 Untuk analisis ini, 60% dari anemia ini diasumsikan karena defi siensi
besi dalam non-malaria daerah dan 50% di daerah malaria. 76 Penyebab utama besi defisiensi anemia rendah konsumsi
daging, ikan, atau unggas, terutama di daerah orang miskin. 77 Pada anak-anak prevalensi puncak anemia defisiensi besi
terjadi sekitar usia 18 bulan. Wanita usia subur berada pada risiko tinggi untuk keseimbangan besi negatif karena
kehilangan darah saat menstruasi dan besi secara substansial dibutuhkan saat kehamilan.

6. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


Bayi yang dilahirkan prematur (yaitu, yang telah menyelesaikan 37 minggu kehamilan), tetapi berat lahir rendah
(<2500 g) cenderung memiliki perlambatan pertumbuhan intrauterin, kami akan mengacu kelompok ini sebagai
pembatasan pertumbuhan intrauterin berat lahir rendah. Berbagai langkah yang digunakan untuk
memperkirakanprevalensi kondisi ini, yang dalam negara berkembang hadir dalam 10,8% dari kelahiran hidup setiap
tahun. Proporsi bayi lahir dengan berat 1500-1999 gram dan 2000-2499 gram diperkirakan dengan data set dari 5 negara.
Proporsi tersebut menjadi data regional dan nasional dengan estimasi bahwa bayi lahir secara global 9.55% dengan berat
2000-2499 gram dan 1.26% dengan 1500-1999 gram.

7. ASI Ekslusif
Rekomendasi makanan untuk anak adalah ASI ekslusif pada 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan ASI sampai
2 tahun kehidupan . di Afrika, Asia dan Amerika Latin dan Karibia hanya 47-57% bayi di bawah 2 tahun yang menyusui
secara ekslusif. Untuk anak usia 2-5 bulan persentase jatuh menjadi 25-30%. Untuk anak usia 6-11 bulan, 6% di Afrika
dan 10% di Asia telah berhenti menyusui, 32% di Amerika latin dan Karibia.
b. Besaran Masalah kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia
Sebanyak 20 provinsi masih memiliki masalah besar untuk kesehatan ibu dan anak sehingga Indonesia
diperkirakan tidak dapat memenuhi target MDG untuk penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) jika tidak dilakukan intervensi. Provinsi-provinsi itu menjadi prioritas dalam pembinaan kesehatan
ibu dan anak. Untuk daerah yang menyumbangkan jumlah kematian ibu dan bayi paling besar akan dilakukan
intervensi melalui Program EMAS.
Penyebab utama kematian pada ibu adalah perdarahan dan eklampsia (50 persen kasus) dan 45 persen sisanya
disebabkan oleh penyebab tidak langsung seperti infeksi, penyakit jantung, hipertensi,diabetes mellitus dan
epilepsi.
Berikut ini adalah daftar beberapa masalah kesehatan anak Indonesia:
• Gizi Buruk
Pemahaman orang tua akan pentingnya pemenuhan gizi bagi anak masih belum maksimal terutama pada orang
tua di daerah. Minimnya pendidikan serta tingginya kepercayaan masyarakat terhadap mitos membuat masalah
gizi buruk ini menjadi agak susah untuk ditangani. Dan tentu saja, faktor kemiskinan memegang peranan penting
pada masalah kesehatan anak Indonesia ini.
• ASI
Apapun alasannya, ASI tetap yang terbaik bagi bayi dan anak. Namun sayangnya, tidak banyak orang tua yang
sadar dan mengetahui bahwa ASI bisa membantu anak untuk memiliki sistem kekebalan tubuh yang prima
sehingga banyak orang tua yang cenderung memilih untuk memberikan susu formula bila dibanding dengan
memberikan ASI bagi anak mereka. Tenaga kesehatan, baik itu bidan, dokter, dll memegang peranan penting
untuk bisa mensosialisasikan tentang pentingnya ASI bagi kesehatan anak Indonesa.
 
• Imunisasi
Walaupun masih terjadi pro dan kontra di masyarakat tentang arti pentingnya imunisasi, namun yang perlu
digaris bawahi adalah imunisasi merupakan salah satu upaya orang tua untuk mengantisipasi anak mereka supaya
tidak terpapar beberapa jenis penyakit.
• Kekurangan Zat Besi
Bisa dibilang hampir sebagian besar anak Indonesia kekurangan zat besi karena sebenarnya sejak usia 4 bulan
bayi harus diberi tambahan zat besi. Namun tidak semua orang tua menyadari dan mengetahui masalah ini.
Kekurangan zat besi atau yang terkadang disebut dengan defisiensi zat besi akan berdampak bagi pertumbuhan
anak di kemudian hari. Oleh karena itu, ini merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian orang tua.
•Kekurangan Vitamin A
Mata adalah salah satu indera yang berperan penting bagi masa depan anak. Kekurangan vitamin A bisa
menyebabkan berbagai masalah penyakit mata yang tentu saja bila tidak ditangani dengan baik bisa
menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, sebaiknya sejak hamil ibu sudah harus mulai memperhatikan asupan
vitamin A sesuai dengan kebutuhan.
• Kekurangan Yodium
Ini merupakan masalah klasik bagi kesehatan anak Indonesia. Banyak ditemukan anak Indonesia yang
kekurangan yodium sehingga menderita penyakit pembengkakan kelenjar gondok. Seorang ibu yang pada saat
hamil menderita penyakit pembengkakan kelenjar gondok secara otomatis akan melahirkan bayi yang
kekurangan yodium.
• Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka
kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu
tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan
millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Pelayanan antenatal penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk
melakukan persalinan di fasiltas kesehatan. Para ibu yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal cenderung
bersalin di rumah (86,7 %) dibandingkan dengan ibu yang melakukan empat kali kunjungan pelayanan
antenatal atau lebih (45,2%). Sekitar 93 % ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan
profesional selama masa kehamilan. Terdapat 81,5% ibu hamil yang melakukan paling sedikit empat kali
kunjungan pemeriksaan selama masa kehamilan, namun yang melakukan empat kali kunjungan sesuai jadwal
yang dianjurkan baru mencapai 65,5%.
Meski cakupan ANC cukup tinggi, diperlukan perhatian khusus karena penurunan angka kematian ibu masih
jauh dari target. Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah kualitas layanan ANC untuk memastikan
diagnosis dini dan perawatan yang tepat, di samping pendekatan kesehatan ibu hamil yang terpadu dan
menyeluruh.
• Kematian Anak
Kesehatan anak Indonesia terus membaik yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian balita, bayi
maupun neonatal. Disparitas angka kematian balita, bayi dan neonatal antar wilayah, antar status sosial dan
ekonomi masih merupakan masalah. Angka kematian balita tertinggi di Provinsi Sulbar sedangkan terendah di
DI Yogyakarta (22). Angka kematian anak pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah lebih tinggi daripada ibu
yang berpendidikan tinggi. Angka kematian anak pada keluarga kaya lebih rendah jika dibandingkan pada
keluarga miskin.
Sebagian besar penyebab kematian balita, bayi dan neonatal dapat dicegah. Salah satu pencegahan yang efektif
adalah pemberian imunisasi. Secara keseluruhan, cakupan program imunisasi lengkap terus meningkat. Selama
periode 2002-2005, cakupan beberapa program imunisasi utama - yaitu BCG, DPT3, dan hepatitis - masing-
masing telah meningkat mencapai 82 persen, 88 persen, dan 72 %. Sementara itu, cakupan nasional imunisasi
campak pada tahun 2007 mencapai 67 % (SDKI, 2007).
D. Sejarah KIA

KIA di Indonesia
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat untuk setiap orang agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang terkait dengan penduduknya
yang hidup dengan bantuan dan dalam Lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk memfasilitasi
pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan memiliki tingkat kesehatan yang tinggi.
Pengembangan kesehatan merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pembangunan kesehatan masyarakat telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Derajat
kesehatan masyarakat telah menunjukkan perbaikan seperti dapat dilihat dari angka kematian bayi menurun
dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 dan menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI 2007), angka kematian ibu meningkat dari 334 per 100.000 kelahiran hidup pada 1997 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007), dan harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun 2004
menjadi 70,5 tahun pada tahun 2009.
Sistem pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting untuk penilaian mana saja yang
mendukung program serta bahan untuk membuat perencanaan ditahun-tahun berikutnya. Selain alat bantu
kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir dan balita, juga dapat melakukan upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak di Indonesia.
Penyebab kematian ibu ada dua, yaitu penyebab langsung dan tak langnsung. Penyebab langsung kematian
ibu 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian
ibu adalah pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu
antara lain Kurang Energi Kronis / KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Anemia
kejadian pada ibu hamil akan meningkatkan risiko kematian ibu dibandingkan dengan anemia yang terjadi.
Operasional pelayanan antenatal disebut lengkap dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut frekuensi layanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang diharapkan sebagai berikut:
a) Kunjungan I (K1) adalah kunjungan Ibu hamil dalam Usia 16 minggu, dalam kunjungan ini
dimaksudkan untuk penapisan anemia, perencanaan persalinan, tantangan komplikasi akibat kehamilan
dan pengobatan.
b) Kunjungan II (K2) adalah kunjungan Ibu hamil dalam usia 24-28 minggu, dalam kunjungan ini
dimaksudkan untuk mendukung penilaian kehamilan dan pengobatanya, penapisan preeklamsia, gemeli,
infeksi alar, dan saluran perkemihan, perlu bantuan persalinan.
c) Kunjungan III (K3) dan IV (K4) adalah kunjungan Ibu hamil dalam kurun waktu 36 minggu sampai
kelahiran, pembahasannya mengenai kelainan tata letak dan presentasi, perencaan rencana persalinan,
periksalah tanda-tanda persalinan.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur, meminimalkan risiko kehamilan, di mana ibu dipantau oleh tenaga
kesehatan sepanjang masa kehamilanya dan dipersiapkan untuk menghadapi proses persalinan secara
normal. Frekuensi pemeriksaan yang sangat disarankan adalah:
a) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah dikenali telambat haid.
b) Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sejak ibu hamil sampai umur tujuh bulan, setiap dua minggu
pada umur tujuh sampai sembilan bulan dan setiap minggu pada umur kehamilan sembilan bulan sampai
menghasilkan.
c) Pemeriksaan khusus bila ada keluhan-keluhan tertentu Jadi setiap ibu harus mendapatkan pelayanan
yang memuaskan petugas kesehatan yang ada saat ini agar tercapainya Indonesia sehat 2025. Dan tidak
kala penting juga petugas kesehatan harus diseleksi dengan baik agar petugas kesehatan yang terpilih
dapan melayani masyarakat dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh bangsa Indonesia
yang kita cintai ini.
E. Ruang Lingkup KIA
• Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
• Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
• Pemantauan tumbuh kembang balita.
• Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1
kali pada bayi.
• Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
• Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.
• Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang
lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari).
• Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kader-kader
kesehatan.
Ruang lingkup KIA bisa dibedakan sebagai berikut:
A. Pelayanan KIA dalam gedung :
• Pelayanan ibu ( ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui ).
• Pelayanan bayi dan balita ( MTBM, MTBS ).
• Pelayanan KB.
• Pelayanan kesehatan reproduksi.

B. Pelayanan KIA luar gedung :


• Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita, remaja, PUS, WUS, anak prasekolah).
• Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil, kunjungan nifas, kunjungan neonatal, kunjungan kasus
resti ).
• Penempelan stiker P4K.
• Posyandu (Pemeriksaan ANC, KB).
• Kelas ibu (ibu hamil, ibu balita).
• Kerjasama lintas program dan lintas sektor
THANKS….

Anda mungkin juga menyukai