Anda di halaman 1dari 10

MASA RASES

(ANTARA SIDANG I DAN II)


 Pada akhir masa persidangan pertama, ketua BPUPKI
membentuk Panitia Kecil.
 Tugas : mengumpulkan usulan para anggota yang akan dibahas
pada masa sidang berikutnya.
 Anggota :

1. Ir. Soekarno

2. Ki Bagoes Hadikoesoemo

3. Kyai Haji Wachid Hasyim

4. Moh. Yamin

5. Sutardjo Kartohadikoesoemo

6. AA. Maramis

7. Otto Iskandardinata

8. Drs.Moh Hatta
 Sesudah sidang Chuo Sangi In, Panitia Kecil mengadakan
rapat dengan tiga puluh delapan (38) anggota BPUPKI di
Kantor Besar Djawa Hookokai. Pertemuan tersebut
membentuk lagi satu Panitia Kecil yang terdiri atas
anggota-anggota sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno

2. Mohammad Hatta

3. Muhammad Yamin,

4. A.A Maramis
PANITIA
5. Mr. Achmad Soebardjo
SEMBILAN
6. Kyai Haji Wahid Hasjim

7. Kyai Haji Kahar Moezakir

8. Haji Agoes Salim

9. R. Abikusno Tjokrosoejoso
PANITIA SEMBILAN
 Tugas : menyelidiki usul-usul mengenai perumusan dasar
negara
 Tempat rapat : rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan
Timur Nomor 56 Jakarta
 tanggal : 22 Juni 1945
 Hasil : Panitia Sembilan telah mencapai satu persetujuan
atau kesepakatan tentang rancangan pembukaan hukum
dasar (Undang-Undang Dasar).
 Nama rancangan pembukaan hukum dasar :
Ir. Soekarno Mukadimah

Muh. Yamin Piagam Jakarta

Sukiman Gentlemen’s
Wiryosanjoyo Agreement

 Naskah ”Mukadimah” yang ditandangani oleh sembilan


orang anggota Panitia Sembilan, dikenal dengan nama
”Piagam Jakarta” atau ”Jakarta Charter”.
RUMUSAN KONSEP DASAR NEGARA
YANG TERCANTUM DALAM RANCANGAN
MUKADIMAH HUKUM DASAR

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan


oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan


didorongkan oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia Merdeka yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat, dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
SIDANG BPUPKI II
( 10 – 17 JULI 1945 )
 Selanjutnya, naskah ”Mukadimah” tersebut dibawa ke
sidang kedua BPUPKI.
 Pada tanggal 14 Juli 1945, mukadimah disepakati oleh
BPUPKI. Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta
tersebut, terdapat rumusan dasar negara sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG PERUBAHAN SILA
PERTAMA
 Latar belakang perubahan sila pertama, wakil-wakil
Protestan dan Katolik merasa keberatan dengan bagian
kalimat rumusan dasar negara dalam naskah Piagam
Jakarta.
 Supaya tidak terpecah sebagai bangsa, sebelum sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 tokoh pendiri bangsa
yang bermusyawarah telah bermufakat untuk
menggantikannya dengan rumusan ”Ketuhanan Yang
Maha Esa”
RUMUSAN DASAR NEGARA DALAM
PEMBUKAAN UUD 1945
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai