Anda di halaman 1dari 7

CONNECTING

ROD

Nama : Artya Pujiatni


Nim : 181711004
• Connecting Rod merupakan suatu komponen penting
DEFINISI dalam sebuah mesin yang berfungsi sebagai penerus
daya dari piston ke poros engkol dan bekerja pada suhu
tinggi dalam ruang bakar.
• Dilihat dari sistem kerjanya maka pada pemilihan bahan
dan proses pembuatannya sangatlah penting dimana
material harus memenuhi syarat :
1. Tahan terhadap suhu tinggi
2. Kekuatan tahan aus
• Fungsi dari connecting rod adalah untuk
menghubungkan piston ke poros engkol dan selanjutnya
menerima tenaga dari piston yang diperoleh dari
pembakaran dan meneruskannya ke poros engkol.
Material • Material conneting rod adalah dari baja standard AISI 4140. Adapun unsur-
unsur paduannya sebagai berikut :
•    Kekuatan tarik  :  100 kg/mm2
• Massa Jenis : 7,85 g/cm³
•     Carbon               :  0.38 – 0.43 (%) mempunyai Mempunyai sifat keras tetapi
getas. Carbon pada baja adalah sebagai lem  atau zat perekat dan
mempunyai sifat cukup tahan gesek terhadap benda atrasip ( tanah  yang
berpasir dan tidak mengandung silicon ). Carbon membuat / membentuk
struktur ferrite, dimana struktur tersebut mempunyai kekerasan, tetapi
tidak  mempunyai sifat ketajaman.
•      Mangan             :  0.75 – 1.0 (%) Mempunyai sifat yang tahan terhadap
gesekan dan tahan tekanan (impact load).
•      Phosfor              :  0.040 (%)
•      Sulphur              :  0.040 (%)
• Ni = NIKEL :
Mempunyai sifat yang ulet dan tahan terhadap bahan kimia dan untuk
mengatasi korosi ( karat ) yang serius tetapi tidak mempunyai kekerasan
yang tinggi. Merupakan unsur yang dicampurkan kedalam baja untuk
mengatasi kerusakan pada temperatur tinggi (dapat mencapai 1200° C ).
• V = VANADIUM :
Baja berwarna putih perak dan sangat keras. Vanadium adalah bahan
tambahan untuk pekerjaan panas karena sifat Vanadium tahan terhadap
gesekan pada temperatur yang tinggi.
•    Silicon                :  0.20 – 0.35 (%) Mempunyai sifat elastisitas /
keuletannya tinggi. Silicon juga  menambah kekerasan dan ketajaman
pada baja. Tapi penambahan silicon yang  berlebihan akan menyebabkan
baja tersebut mudah retak.
•      Chromium         :  0.80 – 1.10 (%) Unsur ini digunakan sebagai
pelindung permukaan baja dan tahan gesekan. Baja yang mengkilap,
keras dan rapuh serta tahan terhadap korosi (karat) tetapi mempunyai
keuletan yang rendah.
•      Molybdenum    :  0.15 – 0.25 (%)  Molybdenum merupakan unsur
tambahan pembuat keuletan baja yang maximum.
Sifat fisik     a. Memiliki tensile strength yang tinggi
    b. Tahan terhadap abrasi
    c. Mudah dibentuk
    d. Tahan terhadap korosi,
    e. Ulet
    f. Sifat mampu mesin yang baik, dan
    g. Sifat mampu las yang tinggi (weldability).
1. Bahan

Proses • Connecting rod berawal dari batangan alloy steel sepanjang 2m. Alasan digunakannya
bahan alloy steel adalah lebih kuat, tahan karat dan mudah dalam proses pemotongan.

produksi
Kemudian batangan dipotong menjadi batangan- batangan kecil.
2. Proses forging
• Penekan dan cetakan dipanaskan, sementara bahan (billet) dipanaskan didalam oven,
Temperatur pemanasan sama dengan temperatur penekan dan cetakan yaitu sekitar
1100°C – 1250°C. Benda kerja dapat ditempa pada 2200°F turun sampai 1700°F.
Kemudian bahan alloy steel (billet) dikeluarkan dari oven dan diletakkan di atas
penekan. Proses penekanan dilakukan dengan besar tekanan 2000 ton sehingga
membentuk bentuk dasar dari connecting rod.
3. Oven
• Setelah proses pendinginan, connecting rod dimasukkan kedalam oven lagi sebanyak
dua kali dengan suhu antara 400°F sampai 1200°F. Proses yang pertama bertujuan untuk
memperkuat logam dengan temperatur yang tinggi. Proses yang kedua dilakukan untuk
menstabilkan logam dengan temperatur rendah.
4. Proses pembubutan
• Kemudian digunakan mesin bubut untuk memotong kelebihan ukuran dari bentuk dasar
dari connecting rod. Menjadikannya lebih dekat ke ukuran akhir proses.
5. Proses Milling
• Mesin milling digunakan untuk mengurangi sampai beberapa
mm pada setiap sisi dari connecting rod. Ini bertujuan untuk
mengurangi berat keseluruhan dari connecting rod itu sendiri.
Proses milling lainnya mengurangi beberapa logam pada awal
proses, menjadikan bentuknya satu tahap lebih dekat ke bentuk
akhir.
6. Finishing
• Proses finishing digunakan untuk memperhalus dan merapikan
bentuk connecting rod,bertujuan agar bentuk presisi saat
digunakan. Kemudian mesin menuliskan model dan informasi
produk. Kemudian memperhalus sudut-sudut tajam dari
connecting rod yang terbentuk selama proses pembuatan.
Lubang yang ada kemudian dihaluskan dengan sebuah mesin
agar connecting rod lebih presisi. Akhirnya, connecting rod di
semprot panas,deionisasi air, menghilangkan pelumas yang
tersisa atau oli yang tertinggal pada saat proses pembuatan.
Setelah kering, connecting rod siap digunakan.

Anda mungkin juga menyukai