• Anamnesis
• Jumlah dan warna darah yang dibatukkan.
• Lamanya perdarahan.
• Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak.
• Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan.
• Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri
pleuritik.
• Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui perkiraan penyebab.
Demam merupakan tanda adanya peradangan.
Auskultasi :
Kemungkinan menonjolkan lokasi.
Ronchi menetap, whezing lokal, kemungkinan
penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah.
Friction Rub : emboli paru atau infark paru
Clubbing : bronkiektasis, neoplasma
Diagnosis
• Pemeriksaan penunjang
• Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah dibuat
pada setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas
dapat menunjukkan tempat perdarahannya
• Pemeriksaan bronkografi untuk mengetahui adanya
bronkiektasis, sebab sebagian penderita bronkiektasis sukar
terlihat pada pemeriksaan X-foto toraks
• Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi
(bahan dapat diambil dari dahak dengan pemeriksaan
bronkoskopi atau dahak langsung)
Diagnosis
• Pemeriksaan bronkoskopi
• menentukan sumber perdarahan dan sekaligus untuk
penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi
penyumbatan
• Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :
• Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
• Batuk darah yang berulang
• Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
Perbedaan hemoptisis dengan
hematemesis
1. Bronkoskopi terapeutik
◦ Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis
dingin (iced saline lavage)
◦ Pemberian obat topikal ( Adrenalin dengan
konsentrasi 1 : 20 .000)
◦ Tamponade endobronkial
2. Radioterapi
Terutama yang disebabkan oleh proses Tumor
Paru
3. Embolisasi arteri bronkialis dan pulmoner
Teknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan penyakit
bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak operasi
ataupun memiliki kontraindikasi tindakan operasi