Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

E K A H E R I YA N T I ( 1 1 0 2 0 1 5 0 6 5 )
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. Y
• Jenis kelainan : Laki - laki
• Tanggal Lahir : 25 - 04 - 1984
• Usia : 36 Tahun
• Status : Menikah
• Agama : Kristen
• Pekerjaan : Polisi lalu lintas
• Alamat : Jakarta Timur
ANAMNESIS

• Keluhan utama : Penglihatan buram secara mendadak pada


mata kiri sejak sepuluh hari sebelum berobat ke poliklinik.

• Keluhan tambahan : Mata kiri merah, terdapat bercak putih,


gatal, berair, dan silau.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke Poliklinik Mata RS Polri
dengan keluhan penglihatan buram secara mendadak pada mata kiri sejak
sepuluh hari sebelum berobat ke poliklinik, dan dirasakan memberat pada
tiga hari terakhir. Pasien mengatakan sekitar dua minggu sebelum berobat
ke poliklinik Ia terkena gas air mata pada saat bertugas mengamankan aksi
demonstrasi. Sejak saat itu mata kiri Pasien sudah terasa gatal, sehingga Ia
sering menggaruknya. Beberapa hari setelahnya, Pasien mulai
mengeluhkan penglihatan menjadi buram pada mata kirinya sehingga sulit
untuk melihat. Keluhan ini disertai dengan mata kirinya menjadi merah,
berair, gatal, mudah silau ketika melihat sedikit cahaya, keluar kotoran
mata berwarna kehijauan, dan terdapat bercak putih di tengah-tengah
matanya.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak saat itu Pasien mencoba mengobati dengan obat tetes mata
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid yang Ia beli sendiri
tanpa resep dari dokter, namun tidak ada perbaikan yang
dirasakannya.
Keluhan yang dirasakan Pasien tidak disertai dengan mual, muntah,
nyeri pada mata dan kepalanya, penglihatan ganda, dan melihat
lingkaran disekitar sinar. Pasien menyangkal pernah mengalami
benturan pada kepala ataupun mata. Pasien tidak pernah
menggunakan kacamata sebelumnya. Pasien mengaku tidak pernah
berobat ke dokter mata sebelumnya untuk mengobati penyakitnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.
• Riwayat adanya gangguan penglihatan sebelumnya disangkal.
• Riwayat pembedahan pada mata sebelumnya disangkal.
• Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal.
• Riwayat penyakit hipertensi disangkal.
• Riwayat alergi terhadap parasetamol.
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT
• Riwayat penggunaan obat tetes mata sejak sepuluh hari
sebelum berobat ke poliklinik.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Riwayat keluarga dengan sakit yang sama disangkal.
• Riwayat penyakit Diabetes Mellitus disangkal.
• Riwayat penyakit hipertensi disangkal.
RIWAYAT KEBIASAAN
• Pasien bekerja sebagai polisi lalu lintas, saat bekerja Pasien
tidak menggunakan kaca mata untuk melindungi matanya dari
debu dan kotoran.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,8 °C
STATUS OFTALMOLOGIS
OD OS
OD OS
RESUME
Pasien laki-laki usia 36 tahun datang ke Poliklinik Mata RS
Polri dengan keluhan penglihatan buram secara mendadak pada
mata kiri sejak sepuluh hari sebelum berobat ke poliklinik.
Keluhan ini disertai dengan mata kirinya menjadi merah, berair,
mudah silau ketika melihat cahaya, keluar kotoran mata
berwarna kehijauan, dan terasa gatal sehingga sering
menggaruknya. Pasien sudah menggunakan obat tetes mata
namun tidak ada perbaikan yang dirasakannya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hemodinamika stabil.
RESUME
•   pemeriksaan oftalmologis ditemukan:
Pada
• Visus Oculi Sinistra (OS) : /60
• Konjungtiva : hiperemis, sekret (+),
injeksi siliar (+)
• Kornea OS : defek (+) pada sentral
DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING

Diagnosa : Ulkus kornea OS


Diagnosa Banding
• Uveitis
• keratitis
TATALAKSANA
Medikamentosa
• Spooling betadine
• Levofloxacin 5 mg/ml, 1 tetes per jam
• Levofloxacin 500 mg, satu kali sehari
• Cendotropin 3 tetes per hari
Non Medikamentosa
• Menggunakan kaca mata hitam untuk mengurangi fotofobia
• Membersihkan sekret yang terbentuk
• Tidak membalut mata karena akan memberikan media yang
baik untuk pertumbuhan kuman
MONITOR DAN EDUKASI
Monitor
• Pasien diminta kontrol esok hari untuk mengevaluasi hasil terapi terhadap
keluhan-keluhannya, serta hasil pemeriksaan penunjang diagnostik.
Edukasi
• Edukasi penyakit ulkus kornea, kemungkinan untuk sembuh apabila obat
digunakan dengan teratur dan tidak ada reaksi alergi setelah menggunakan obat.
• Ulkus kornea dapat menimbulkan jaringan sikatrik apabila lapisan yang terkena
cukup dalam, yaitu lebih dari 1/3 lapisan stroma.
• Setelah menggunakan obat tetes jangan langsung menutup matanya, agar obat
tidak keluar dari mata
• Jangan menggaruk-garuk mata.
• Gunakan kacamata hitam untuk mengurangi fotofobia.
PROGNOSIS
Okuli Sinistra (OS)
• Quo Ad Vitam : Ad Bonam
• Quo Ad Functionam : Dubia Ad bonam
• Quo Ad Sanationam : Dubia
• Quo Ad Cosmetican : Dubia Ad malam
ANALISA KASUS
1. Apakah diagnosa dari pasien diatas ?
2. Apa yang menyebabkan penglihatan pasien menjadi buram secara mendadak ?
3. Apa yang menyebabkan pasien memiliki gejala berupa mata kirinya menjadi
merah, berair, mudah silau ketika melihat cahaya, keluar kotoran mata berwarna
kehijauan, dan terasa gatal ?
4. Bagaimana cara menegakan diagnosis pada pasien diatas ?
5. Bagaimana prinsip tatalaksana pada pasien ini ?
1.APAKAH DIAGNOSA DARI PASIEN DIATAS ?

Diagnosa pada pasien adalah Ulkus kornea, yaitu hilangnya sebagian


permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas
jaringan kornea yang dapat terjadi dari dari epitel sampai stroma. Yang
biasanya disebabkan karena trauma, pemakaian lensa kontak, infeksi dan
kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya. Berbagai mikroorganisme
dapat menimbulkan penyakit ini, diantaranya adalah bakteri, jamur,
virusepitel sampai stroma.
2.APA YANG MENYEBABKAN PENGLIHATAN PASIEN MENJADI
BURAM SECARA MENDADAK ?

Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya


kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang sehingga
terbentuk defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang
masuk ke dalam media refrakta. Ulkus kornea terkadang terjadi di seluruh
permukaan kornea sampai ke bagian dalam dan belakang kornea dalam
waktu yang cepat.
Stadium ulkus kornea dibagi menjadi:
• Stadium infiltrasi progresif (dalam waktu 2 jam)
• Stadium ulserasi aktif
• Stadium regresif
• Stadium penyembuhan/sikatrisasi
3. APA YANG MENYEBABKAN PASIEN MEMILIKI GEJALA BERUPA MATA
KIRINYA MENJADI MERAH, BERAIR, MUDAH SILAU KETIKA MELIHAT CAHAYA,
KELUAR KOTORAN MATA BERWARNA KEHIJAUAN, DAN TERASA GATAL ?

• Mata merah dan Mata berair : Dilatasi pembuluh darah adalah fenomena
refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea.
• Silau/fotofobia : Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi
iris beradang yang sakit.
• Keluar kotoran pada mata kehijauan : karena ulkus kornes disebabkan oleh
ulkus pseudomonas
• Mata terasa gatal : stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine dan
asetilkolin
4. BAGAIMANA CARA MENEGAKAN DIAGNOSIS PADA PASIEN
DIATAS ?

Anamnesis : didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh pasien, dapat
berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak
terasa berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda
asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan
penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Pemeriksaan fisik :
• visus menurun (Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami
infeksi oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya
yang masuk ke dalam media refrakta)
• slit lamp (kekeruhan pada kornea dan Hiperemis didapatkan oleh karena adanya
injeksi konjungtiva ataupun perikornea)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk
melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan
daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah
yang intak).
• Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
• Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa
kasus.
6. BAGAIMANA PRISIP TATALAKSANA PADA PASIEN INI DAN
MENGAPA PASIEN DIBERIKAN TATALAKSANA SEPERTI PADA
KASUS ?

Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika


yang sesuai topikal dan subkonjungtiva. Pengobatan bertujuan untuk menghalangi
hidupnya bakteri dengan antibiotika dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut:
• Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan sekret yang banyak,
jangan dibalut karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi dan
memberikan media yang baik untuk perkembangbiakan kuman penyebabnya.
• Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
• Antisipasi kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder
• Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya cukup diberi lokal kecuali
pada kasus yang berat.
TERAPI FAMAKOLOGI
Pengobatan pada ulkus dan infeksi kornea tergantung kepada kausa. Pengobatan
harus diberikan sedini mungkin untuk mengelakkan terjadinya jaringan parut pada
kornea :
• Agen sikloplegik berupa Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan
dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
• Antibiotik sesuai bakteri penyebab ulkus.
• Antijamur sesuai jenis : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
• Anti virus.
• Kortikosteroid bila terapi antibiotik responsif, dosis tetes dapat dimulai dengan
dosis sedang (prednisolon asetat atau fosfat 1% setiap 4-6 jam), dan pasien harus
dimonitor selama 24-48 jam setelah terapi awal.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan
diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut
yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang
menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi
beberapa kriteria yaitu:
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas
penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
DAFTAR PUSTAKA
• Ilyas S., Yulianti SR. Anatomi dan Fisiologi Mata: Pemeriksaan anatomi dan fisiologi mata serta kelainan
pada pemeriksaan mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima Jakarta FKUI 2014.
• Mills T.J. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis. Dalam:
http://www.emedicine.com/emerg/topic115.htm
• Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Microbial and Parasitic Infection of Cornea and Sclera. In : Basic and
Clinical Science Cource. External Disease and Cornea. Section 8. USA : AAO; 2011-2012.
• Khaw P T, Shah P, Elkington. Red eye. ABC of Eyes. 4th ed. London. BMJ books. 2004.
• Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. Fourth Edition. New Age International: New Delhi. 2007. Pg.
80-82; 90-110; 170-3
• Riordan-Eva, P., Cunningham, E., Vaughan, D. and Asbury, T. (2011). Vaughan & Asbury's general
ophthalmology. New York: McGraw-Hill Medical.
• Medline Plus. Corneal Ulcers and Infection. US National Library of Medicine NIH National Institutes of
Health. Available from URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001032.htm

Anda mungkin juga menyukai