Anda di halaman 1dari 47

KONSEP DAN PRINSIP PASIEN

SAFETY
OLEH : SOFIA MAYASARI, S.KEP.NS.M.KEP
LATAR BELAKANG

Banyaknya jenis obat,jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah


pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang
potensial bagi terjadinya kesalahan. Keselamatan pasien di rumah sakit
merupakan suatu sistem yang dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien menjadi lebih aman dan juga diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera atau kecelakaan. Termasuk juga di dalamnya: mengukur
angka risiko,identifikasi pasien,pelaporan dan juga menganalisis
insiden,kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta
menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan
risiko,setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko.
DEFINISI

Keselamatan pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang dapat membuat asuhan
pasien menjadi lebih aman (DepKesRI,2006).
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).
Menurut National Health Performance Committee (NHPC, 2001, dikutip dari
Australian Institute Health and Welfare (AIHW, 2009) mendefinisikan keselamatan
pasien adalah menghindari atau mengurangi hingga ketingkat yang dapat diterima
dari bahaya aktual atau risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan di mana
pelayanan kesehatan diberikan. Fokus dari definisi ini adalah untuk mencegah hasil
pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau yang tidak diinginkan.
Institute of Medicine (2000) mendefinisikan
keselamatan pasien adalah “freedom from accidental
injury”. Sedangkan Kelley dan Hurst (2006, dikutip dari
AIHW, 2009) mendefinisikan keselamatan pasien adalah
tingkat dimana memperbaiki hasil atau cedera yang
merugikan dari proses pelayanan kesehatan
menghindari, mencegah, dan memperbaiki hasil atau
cedera yang merugikan dari proses pelayanan kesehatan.
SASARAN PASIEN SAFETY

• Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien


• Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
• Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-alert)
• Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi
• Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
• Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
KARS

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI


PASIEN
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian identifikasi
pasien.
KARS

KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN

1. Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun (gelang


identitas) dan yang tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal
tiga identitas
1. Nama lengkap pasien sesuai e KTP
2. Tanggal lahir atau
3. Nomor rekam medis

• !!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau


lokasi
WARNA GELANG PASIEN
KARS

GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate
KARS
SPO
CARA IDENTIFIKASI PASIEN

Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien:


1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari
tiga identitas, cocokkan dengan perintah dokter

Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja


ke gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas
KARS
SPO
SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH PETUGAS

1. Jelaskan manfaat gelang pasien


2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila
akan melakukan tindakan atau memberi obat
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
KARS

1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga


identitas: nama pasien (e KTP), nomor rekam medik, dan tanggal
lahir.
2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan
memakai gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai
penanda alergi, dan gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang ungu
penanda Do not Resucitate
3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap
sesuai e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila
tak ada semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada
formulir identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada
kotak kota huruf yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak
boleh salah ketik walau satu huruf
KARS

KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN


LANJUTAN………….
5. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga
identitas diatas
6. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi
nama pasien) dan visual (melihat gelang pasien)
7. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum
dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan,
prosedur /tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan tubuh
lainnya
8. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh RS,misalnya
ruang haemodialisa, endoskopi
9. Bila dalam satu ruang terdapat pasien dengan nama sama, pada cover luar folder rekam medik dan semua
formulir permintaan penunjang . harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA”
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
KARS

IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:

1. pemberian obat
2. pemberian darah / produk darah
3. pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan
KARS
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF

• Rumah sakit mengembangkan pendekatan


untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
KARS

KOMUNIKASI YANG MUDAH TERJADI KESALAHAN

Terjadi pada saat:


1. Perintah diberikan secara lisan
2. Perintah diberikan melalui telpon
3. Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
KARS

PERINTAH LISAN/LEWAT
TELEPON  ISI PERINTAH

1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA


TANGAN PEMBERI PERINTAH
 NAMA LENGKAP DAN TANDA
2. Baca Ulang- Eja TANGAN PENERIMA PERINTAH

untuk  TANGGAL DAN JAM

NORUM/LASA
3. Konfirmasilisan
dan tanda tangan
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH
KARS

LISAN/LISAN LEWAT TELEPON


• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi
• Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah,
nama penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah
dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya)
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA,
maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike,
look alike, dan sound alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan
kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” .
Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus
diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya .
KARS

SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN


OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-
ALERT)
• Rumah sakit
mengembangkan suatu Obat high alert
(yang harus
pendekatan untuk diwaspadai): obat
yang dapat
memperbaiki menimbulkan KTD
atau kejadian
keamanan obat-obat sentinel bisa salah
yang perlu diwaspadai digunakan

(high-alert)
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
KARS

NORUM ( NAMA OBAT RUPA UCAPAN MIRIP)

• hidraALAzine  hidrOXYzine
• ceREBYx  ceLEBRex
• vinBLASTine
 vinCRIStine
• chlorproPAMIDE
 chlorproMAZINE
• glipiZIde
 glYBURIde
• DAUNOrubicine
 dOXOrubicine
LOOK ALIKE SOUND ALIKE
KARS

LAS LAS
A A
KARS

OBAT HIGH ALERT

• Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan


terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel
(sentinel event)
• Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome)
• Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA)
KARS
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT

• DEFINISI:
• Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila
digunakan secara salah

• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA,
Elektrolit Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang
jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau
nama obat harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 tepat, lanjutkan
dengan double check.

HIGH
ALERT
KARS
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI
FARMASI

1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat


2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci
double, doubel pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh
penanggung jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat
dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda
tangani
HIGH
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat
ALERT
lain untuk memastikan tak ada salah (double check)
LOOK ALIKE
KARS

LASA
KARS

LASA

LASA
KARS

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI,


TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN
OPERASI
• Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur,
dan tepat- pasien.
KARS

KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi


(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat
KARS

BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK


MEMERLUKAN PENANDAAN:

• Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)


• Kasus intervensi seperti kateter jantung
• Kasus yang melibatkan gigi
• Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen
CONTOH PENANDAAN

KARS
KARS

KEBIJAKAN VERIFIKASI
PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg
baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau
implant 2 implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi

5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)


KARS

TIME OUT
KARS

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO


INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
• Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
KARS

ELEMEN PENILAIAN SKP.V.


1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum al dari
WHO Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
KARS
KARS
CONTOH: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, ENAM AREA DALAM
HAND-WASH/RUB
KARS

1. TELAPAK TANGAN
2. PUNGGUNG TANGAN
3. SELA- SELA JARI LAMA CUCI TANGAN:
HAND RUB : 20-30 DETIK
4. PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI)
HAND WASH 40-60 DETIK
5. SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR)
6. KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
KARS

Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety


Angka Infeksi pelayanan Kesehatan
KARS

yang harus Dikumpulkan

1.Infeksi Saluran kemih terkait penggunaan


kateter
2.Infeksi Luka/Daerah Operasi
3.Infeksi Saluran Pernapasan terkait
penggunaan ventilator
4.Infeksi aliran darah primer terkait
pemasangan Central Venous Pressure (CVP)
5.Infeksi aliran darah Perifer
KARS

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO


PASIEN JATUH

• Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
KARS

MAKSUD DAN TUJUAN SKP VI.


• Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien
rawat inap.
• Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

• Evaluasi :
• riwayat jatuh,
• obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
• gaya jalan dan keseimbangan
• serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

• Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.


KARS

ELEMEN PENILAIAN SKP.VI.

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit  
KARS CONTOH:
ASESMEN
RISIKO JATUH
MORSE FALL
SCALE
IMPLEMENTASI PASIEN SAFETY
DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien


harus menerapkan keselamatan pasien. Perawat harus melibatkan
kognitif, afektif, dan tindakan yang mengutamakan keselamatan
pasien. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus
dengan penuh kepedulian. Persepsi perawat untuk menjaga
keselamatan pasien sangat berperan dalam pencegahan,
pengendalian dan peningkatan kesela- matan pasien .Pemberi
layanan kesehatan berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan yang
mengancam keselamatan pasien, khususnya perawat, pelayanan
terlama (24 jam secara terus menerus) dan tersering.
BEBERAPA IMPLEMENTASI TINDAKAN
KEPERAWATAN YANG MENGACU PADA
PASIEN SAFETY
1. Menanyakan nama pasien saat akan memberikan obat dan darah.
2. Menulis advis dokter di form SBAR saat menerima advis secara
per telpon.
3. Mengeceheck ulang obat yang akan diberikan ke pasien sesuai
dengan advis dokter
4. Melakukan penandaaan lokasi operasi pasien
5. Mencuci tangan
6. Melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh
PERAN PERAWAT DALAM PASIEN
SAFETY
1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan
SOP yang telah ditetapkan
2. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya
3. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak
diharapkan (KTD)
4. Serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien dan keluarga
5. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan
6. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan
7. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan
kesehatan
PENCEGAHAN DAN PENURUNAN KEJADIAN YANG TIDAK
DIHARAPKAN DARI KESALAHAN MEDIS (MEDICAL ERROR) DI
RUMAH SAKIT
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
2. Pastikan identifikasi pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
7. Hindari Salah kateter dan salah sambung slang (tube).
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan lnfeksi
nosokomial.
PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN DAN
MENCIPTAKAN BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT

Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini :
1. Put the focus back on safety
2. Think small and make the right thing easy to do
3. Encourage open reporting
4. Make data capture a priority
5. Use systems-wide approaches
6. Build implementation knowledge
7.  Involve patients in safety efforts
8.  Develop top-class patient safety leaders

Anda mungkin juga menyukai