Anda di halaman 1dari 32

Akuntansi

biaya Bahan Baku


Unsur/Alur Biaya dalam Harga Pokok
Bahan Baku
Sistem Pembelian Bahan Baku
1. Prosedur Permintaan pembelian bahan baku
2. Prosedur order pembelian
3. Prosedur penerimaan bahan baku
4. Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di
gudang
5. Prosedur pencatatan utang yang timbul dari
pembelian bahan baku
Manajemen Bahan Baku

Reorder Point = (Leadtime X rata-rata pemakaian) + safety stock

Keterangan:
Lead time waktu yang dibutuhkan antara barang yang
dipesan hingga sampai diperusahaan
Safety stock  persediaan barang minimum yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan
keterlambatan datangnya bahan baku
PT Abadi konveksi akan menghitung persediaan di mana perusahaan
harus melakukan pemesanan kembali bahan baku kain dengan data
sebagai berikut:
* Waktu tunggu pesanan bahan baku kain datang lagi (lead time) = 5 hari
• Pemakaian rata2 perhari bahan baku kain sebesar 300 m
• Persediaan cadangan (safety stock) sebesar pemakaian rata-rata untuk
2 hari
Tentukan reorder point untuk bahan baku kain
Jawab:
Reorder point = (lead time x rata2 pemakaian) + safety stock
= (5 x 300m) + (2 x 300m)
= 2100 m
Jadi batas minimum di gudang bahan baku sebanyak 2100 m, maka
bagian gudang wajib mengajukan permintaan pembelian bahan baku
kain pada bagian pembelian
EOQ (economic order quantity)
EOQ = √ 2 x RU x CO
CU x CC

RU = required unit for annual (kebutuhan bahan untuk tahun yg


akan datang)
CO = cost per order (biaya pemesanan variabel setiap kali pesan)
CU = cost perunit (harga faktur dan biaya angkut setiap bahan yg
dibeli)
CC = carryng cost percentage (biaya penyimpanan variabel yg
dihitung berdasarkan persentase dari cost per unit)
Perusahaan x membutuhkan bahan mentah karet sebanyak 6.400
unit/tahun (1 tahun = 320 hari) dengan harga Rp 50/unit. Dalam
rangka pembelian tersebut dibutuhkan biaya-biaya sbb:
# Biaya pengiriman pesanan Rp 10/ 1 kali pesan
# Biaya administrasi Rp 20/1 kali pesan
# Biaya penyelesaian pemesanan Rp 20/1 kali pesam
# Biaya penyimpanan di gudang Rp 1/unit /tahun
Jawab:
EOQ = √2x RUxCO = √2 x Rp 6.400 x Rp 50
CU x CC 50 x 1
= 358 unit
Jadi PT X agar memperoleh pemesanan yang ekonomis maka PT
X setiap kali disarankan sebanyak 358 unit
Harga Pokok Bahan Baku
• Harga beli dalam faktur
• Biaya angkutan
• Biaya pembelian dan biaya penyiapan
bahan baku siap untuk diolah (unit
organisasi)
Perlakuan Biaya Angkutan dalam
Harga Pokok Bahan Baku
• Diberlakukan sebagai penambah harga
pokok bahan baku
• Diberlakukan sebagai penambah unsur
BOP/FOH
Penambah Harga Pokok Bahan Baku
• Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan
baku yang dibeli
• Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan
baku yang dibeli
(lihat hal 303 -306)
Penambah unsur BOP/FOH
• Jumlah biaya angkutan ditentukan dalam
anggaran awal periode
• Jumlah taksiran biaya angkutan sebagai
unsur BOP ditentukan dalam tarif BOP
• BOP sesungguhnya dicatat sebelah debit
rekening BOP sesungguhnya
Metode Pencatatan Bahan Baku
• Metode fisik/Periodik  Sistem Proses
• Metode Perpetual/Mutasi  Sistem
Pesanan
JURNAL TRANSAKSI
SISTEM PERPETUAL SISTEM PERIODIK
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian
Dr. Persediaan xxxx Dr. Pembelian xxxx
Cr. Utang usaha xxxx Cr. Utang usaha xxxx
atau atau
Cr. Kas xxxx Cr. Kas xxxx

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan


Dr. Piutang usaha xxxx Dr. Piutang usaha xxxx
Cr. Penjualan xxxx Cr. Penjualan xxxx

Dr. Harga Pokok Penjualan xxxx


Cr. Persediaan xxxx

Jurnal penyesuian akhir periode


Tidak diperlukan jurnal. Rekening persediaan Dr. Harga pokok penjualan xxxx
menunjukkan saldo pada akhir periode Cr. Persediaan xxxx
Dr. Harga pokok penjualan xxxx
Cr. Pembelian xxxx
Dr. Persediaan xxxx
Cr. Harga Pokok penjualan xxxx
Metode Penentuan HP Bahan Baku
• Metode Fifo
• Metode Average
METODE ASUMSI ALIRAN BIAYA
ATAU HARGA POKOK (Perpetual)
1.FIFO / MPKP
Asumsi:
– Harga pokok barang yang masuk pertama
(yang dibeli lebih dulu) akan digunakan
untuk menentukan harga pokok dari barang
yang dijual terlebih dahulu pula.
– Sedangkan persediaan akhir mencerminkan
harga pokok barang yang dibeli dalam urutan
terakhir pada periode tertentu.
Contoh PERPETUAL

• PT Cendana memiliki data bahan baku sebagai


berikut:

Tanggal Pembelian (Unit) Penjualan (Unit) Saldo (Unit)


April 3 4,000 @ Rp 8.00 4,000
April 10 12,000 @ Rp 8.80 16,000
April 26 8,000 8,000
April 29 4,000 @ Rp 8.30 4,000
PERPETUAL FIFO

TGL Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total
3/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
10/4 12,000 Rp 8.80 Rp 105,600 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
12,000 Rp 8.80 Rp 105,600
26/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
4,000 Rp 8.80 Rp 35,200 8,000 Rp 8.80 Rp 70,400
29/4 4,000 Rp 8.30 Rp 33,200 8,000 Rp 8.80 Rp 70,400
4,000 Rp 8.30 Rp 33,200

Nilai Persediaan akhir adalah= Rp 70.400+Rp33.200= Rp


103.600
Harga pokok penjualan = Rp 32.000+Rp35.200 = Rp67.200
PERPETUAL

3.MOVING AVERAGE (Rata-rata Bergerak)

Asumsi:
– Harga pokok barang yang dijual merupakan
nilai rata-rata dari harga pokok seluruh
persediaan yang telah masuk kedalam (telah
dibeli) perusahaan sebelum barang tersebut
terjual.
PERPETUAL RATA-RATA BERGERAK (MOVING AVARAGE)

TGL Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total
3/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
10/4 12,000 Rp 8.80 Rp 105,600 16,000 Rp 8.60 Rp 137,600
26/4 8,000 Rp 8.60 Rp 68,800 8,000 Rp 8.60 Rp 68,800
29/4 4,000 Rp 8.30 Rp 33,200 12,000 Rp 8.50 Rp 102,000

Nilai Persediaan akhir adalah= Rp 102.000


Harga pokok penjualan = Rp 68.800
Contoh
PT PINATUBO
Radio Type Z202

Unit HP Per Unit Total HP


1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5200
1000 Rp 12000

Selama tahun ini telah dijual 550 unit & persediaan pada
tanggal 31 Desember berjumlah 450 unit
Periodik
FIFO
PERIODIK FIFO
HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5200
1000 Rp 12000

Langkah 1-Penentuan PERSEDIAAN AKHIR


Unit HP Per Unit Total HP
27/11 400 Rp 13 Rp 5200
24/8 50 Rp 12 Rp 600
450 Rp 5800

Langkah 2-Penentuan HARGA POKOK PENJUALAN

Tersedia dijual Rp 12,000


Persediaan Akhir Rp (5,800)
Harga Pokok Penjualan Rp 6,200
RINCIAN HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG
YANG TELAH DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 100 Rp 10 Rp 1000
15/4 200 Rp 11 Rp 2200
24/8 250 Rp 12 Rp 3000
550 Rp 6200
Periodik
Average
Harga pokok Jumlah Unit Rata-rata
: =
barang dijual Tersedia tertimbang per
unit
Rp12.000 1000
Rp 12
PERIODIK AVERAGE
HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1,000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2,200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3,600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5,200
1000 Rp 12,000
Langkah 1-Penentuan PERSEDIAAN AKHIR
Unit HP Per Unit Total HP
450 Rp 12 Rp 5,400

Langkah 2-Penentuan HARGA POKOK PENJUALAN

Tersedia dijual Rp 12,000


Persediaan Akhir Rp (5,400)
Harga Pokok Penjualan Rp 6,600
Masalah Khusus dalam BB
• Sisa bahan (scrap material)
• Produk rusak (spoiled goods)
• Produk cacat (defective goods)
Sisa Bahan (scrap material)
• Tidak mempunyai nilai jual  hp bahan
baku tinggi
• Mempunyai nilai jual, diperlakukan
sebagai:
1. Pengurang biaya BB pesanan
2. Pengurang BOP yang sesungguhnya
3. Penghasilan luar biasa
Produk rusak (spoiled goods)
• Dibebankan sebagai pengurang biaya BB
pesanan yang menghasilkan sisa bahan tsb.
• Diperhitungkan sebagai unsur BOP
Produk cacat (defective goods)
• Biaya pengerjaan kembali dibebankan
kepada pesanan yang menghasilkan produk
cacat
• Diberlakukan sebagai elemen BOP
Terima kasih
Maturnuwun
Thank You

Anda mungkin juga menyukai