Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN VISUS

Disusun: dr.Rukmana

UPTD Puskesms Plaosan


Program Internsip
2017
VISUS DAN PENGLIHATAN DIBAGI DALAM
TUJUH KATEGORI.

 Penglihatannormal
Pada keadaan ini penglihatan mata adalah
normal dan sehat.

 Penglihatan hampir normal


Tidak menimbulkan masalah yang gawat,
akan tetapi perlu diketahui penyebabnya.
Mungkin suatu penyakit masih dapat
diperbaiki.
 Low vision sedang
Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar
masih dapat membaca dengan cepat.
 Low vision berat

Masih mungkin orientasi dan mobilitas


umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu
lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca
diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca
menjadi lambat.
 Low vision nyata
Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan
tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang
kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar.
  Hampir buta

Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari.


Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu.
Harus mempergunakan alat nonvisual.
  Buta total

Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya


tergantung pada alat indera lainnya.
PEMERIKSAAN VISUS DAPAT DILAKUKAN
DENGAN BEBERAPA CARA :

1. Menggunakan Optotype Snellen


2. Kartu Cincin Landolt
3. kartu uji E, dan
4. kartu uji Sheridan/Gardiner
OPTOTYPE SNELLEN
Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf
dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta
disusun dalam baris mendatar.
Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan.
Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu,
sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang
penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang
sama pada kartu.
 Dengan demikian dapat ditulis rumus: 

     V =D/d
 Keterangan:

    V = ketajaman penglihatan (visus)


     d = jarak yang dilihat oleh penderita
     D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
SOP PEMERIKSAAN VISUS
Definisi :
Prosedur ini digunakan untuk mengukur
ketajaman penglihatan individu. Prosedur
Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan
menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.

 Alat:
Kartu snellen
Buku pencatat
TAHAP I
PENGAMATAN
 Pemeriksa memegang senter perhatikan:
 Posisi bolamata: apakah ada juling
 Konjungtiva: ada pterigium atau tidak
 Kornea: ada parut atau tidak
 Lensa: jernih atau keruh/ warna putih
TAHAP II. PEMERIKSAAN TAJAM
PENGLIHATAN TANPA PINHOLE:
 Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat
yang cukup terang), responden tidak boleh menentang
sinar matahari.
 Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar
mata responden dengan jarak 6 meter (sesuai pedoman)
 Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.

 Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya


tanpa menekan bolamata.
 Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke
kanan setiap baris kartu Snellen atau
memperagakan posisi huruf E pada kartu E
dimulai baris teratas atau huruf yang paling
besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera
angka 20/20).
 Penglihatan normal bila responden dapat
membaca sampai huruf terkecil (20/20).
 Biladalam baris tersebut responden dapat
membaca huruf atau memperagakan posisi huruf
 E KURANG dari setengah baris maka yang
dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.

 Biladalam baris tersebut responden dapat


membaca huruf atau memperagakan posisi huruf
E SETENGAH baris atau LEBIH dari setengah
baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera
angka tersebut.
TAHAP III, PEMERIKSAAN TAJAM
PENGLIHATAN DENGAN PINHOLE:

 Bilaresponden tidak dapat melanjutkan lagi


bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E atau
hitung jari maka pada mata tersebut dipasang
PINHOLE.

 Hasilpemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak


dengan pinhole. Cara penulisan huruf yang
terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa
pinhole.
SAMBUNGAN
 Dengan pinhole responden dapat melanjutkan
bacaannya sampai baris paling bawah (normal, 20/20)
berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI.
 Dengan pinhole responden dapat melanjutkan
bacaannya tetapi tidak sampai baris normal (20/20)
pada usia anak sampai dewasa berarti responden
tersebut GANGGUAN REFRAKSI dengan mata
malas.
 Bila dengan pinhole responden tidak dapat
melanjutkan bacaan huruf atau memperagakan posisi
huruf E maka disebut KATARAK.

Anda mungkin juga menyukai