Primary Assessment
• Airway : Bagaimana cara mempertahankan jalan nafas pasien (pemasangan selang endotrakea nasal/oral, trakeostomi, jalan napas
melalui mulut) = Peningkatan sekresi pernafasan, Bunyi nafas krekels, rongki, dan mengi
• Breathing : Bagaimana ventilasi pasien (ventilasi sendiri, CPAP, ventilasi mesin (apa alatnya)? = Distress pernapasan: pernapasan
cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi, Menggunakan otot aksesoris pernapasan, Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis,
sianosis
• Circulation : Apakah perfusi pasien baik? Bagaimana denyut nadi, TD dan CVP/JVP pasien? = Pasien yang menggunakan ventilator
membutuhkan status pernapasan dan jantungnya dimonitor secara ketat. Sebagian besar unit perawatan intensif memantau
oksimetri dan tekanan darah secara terus menerus. Dengan mempertahankan hemodinamik yang stabil, ini juga meningkatkan
perfusi jaringan dan memungkinkan ekstubasi dini.
Lanjutan Tradition of Excellenc
• Anamnesis
Ventilator itu sendiri tidak menyebabkan rasa sakit, tetapi tabung ETT dapat menyebabkan ketidaknyamanan karena
dapat menyebabkan batuk atau tersedak. Seseorang tidak dapat berbicara ketika tabung ETT melewati antara pita
suara ke tenggorokan. Pasien juga tidak bisa makan melalui mulut saat tabung ini dipasang. Seseorang mungkin
merasa tidak nyaman ketika udara didorong ke paru-paru. Kadang-kadang seseorang akan mencoba bernapas ketika
ventilator mencoba mendorong udara masuk. Hal tersebut yang membuat ventilator tidak bekerja secara maksimal.
Orang-orang yang menggunakan ventilator biasanya diberikan obat-obatan (obat penenang atau pengontrol rasa
sakit) untuk membuat mereka merasa lebih nyaman. Obat-obatan ini juga membuat mereka mengantuk. Kadang-
kadang, obat-obatan yang secara temporer mencegah pergerakan otot (agen penghambat neuromuskuler)
digunakan untuk memungkinkan ventilator bekerja secara maksimal pada pasien
Lanjutan Tradition of Excellenc
• Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Perjalan penyakit sekarang, timbulnya masalah kesehatan, gambaran keadaan, efek terhadap gaya hidup. Pada
kasus pneumotoraks perlu diwaspadai ketegangan pada pasien yang berventilasi karena dapat dengan cepat
menurunkan tekanan darah dan mengakibatkan gangguan pernapasan.
Menurut Perdatin (2020) pasien dikatakan kritis dan memerlukan penanganan yang intensif ialah pasien yang
SPO2<93% dengan udara bebas, RR> 30 kali/menit, HR> 120 kali/menit, gagal nafas, syok sepsis, atau disfungsi
sistem multiorgan), dan sebanyak 67% hingga 85% klien mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS). Pasien yang menunjukkan nilai PEEP > 8, FiO2>0,4, tidak ada usaha napas yang adekuat, hemodinamik
tidak stabil membutuhkan topangan, dan patologi paru tidak membaik sehingga memerlukan ventilasi mekanik
untuk bernafas.
Pengkajian Fisik Head To Toe
Tradition of Excellenc
B1 (Breathing)
• Inspeksi
Kesulitan bernafas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi pernafasan. Keadaan normal frekuensi
pernafasan 16-20x/menit dengan amplitude yang cukup besar. Jika seseorang bernafas lambat dan dangkal, itu
menunjukan adanya depresi pusat pernafasan. Penyakit akut paru sering menunjukan frekuensi pernafasan >
20x/menit atau karena penyakit sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan metabolic seperti
diabetes militus.
• Palpasi
Perawat harus memerhatikan pelebaran ICS dan penurunan taktil fremitus yang menjadi penyebab utama gagal
nafas.
• Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan saksama dan cermat dapat ditemukan daerah redup sampai daerah dengan daerah
nafas melemah yang disebabkkan oleh peneballan pleura, efusi pleura yang cukup banyak, dan hipersonor, bila
ditemukan pneumothoraks atau emfisema paru.
• Auskultasi
Auskultasi untuk menilai apakah ada bunyi nafas tambahan seperti wheezing dan ronki serta untuk menentukan
dengan tepat lokasi yang didapat dari kelainan yang ada.
Tradition of Excellenc
B2 (Blood)
• Monitor dampak gagal nafas pada status kardovaskuler meliputi keadaan hemodinamik
seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
B3 (Brain)
• Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan perawat karena merupakan gejala
sekunder yang terjadi akibat gangguan pertukaran gas. Diperlukanan pemeriksaan GCS unruk
menentukan tiingkat kesadaran.
B4 (Bladder).
• Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perlu memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut merupaka tanda awal dari
syok.
Tradition of Excellenc
B5 (Boowel)
• Pengkajian terhadap status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhanya. Pada klien sesak nafas potensial terjadi kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipnea
saat makan, laju metabolism, serta kecemasan yang dialami klien.
B6 (Bone)
• Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi pada ekstermitas, turgon kulit, kelembaban,
pengelupasan atau bersik pada dermis/ integument
Pemeriksaan Fisik Umum
Tradition of Excellenc
Status Gizi
• Nilai asupan makanan pasien, adanya dehidras
Pemeriksaan Fisik Head To Toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Aukultasi) Tradition of Excellenc
Thorax (Dada)
Head (Kepala) Pemeriksaan auskultasi dada ditemukan radang inspirasi, rales
atau ernafasan bronkial pada pasien dnegan peumonia atau
• Brain (Otak) Beberapa pasien COVID-19 mengalami gangguan pernafasan. Pasien dengan gangguan pernafasan akan
stroke, kejang, kebingungan, dan radang otak mengalami takikardi, takipneu atau sianosis yang menyertai
• Eye (Mata) Konjungtivitis, radang selaput yang hipoksia. Pasien mungkin terdapat gejala demam (denga atau
melapisi bagian depan mata dan kelopak mata tanpa kedinginan / kaku), mengalami batuk yang jelas atau
bagian dalam kesulitan untuk bernafas (Beeching dkk., 2020).
• Sinus (Hidung) Beberapa pasien kehilangan indra • Lungs (Paru) Potongan melintang menunjukkan sel-sel
penciumannya. Para ilmuwan berspekulasi bahwa kekebalan memadati alveolus yang meradang, atau kantung
virus itu dapat naik ke ujung saraf hidung dan udara, yang dindingnya rusak saat diserang oleh virus,
merusak sel mengurangi pengambilan oksigen sehingga pasien batuk,
demam meningkat, dan pernapasan menjadi sulit
• Heart (Jantung) Virus memasuki sel, kemungkinan termasuk
yang melapisi pembuluh darah, dengan mengikat reseptor
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) pada permukaan sel.
Infeksi juga dapat meningkatkan pembekuan darah, serangan
jantung, dan peradangan jantun
Abdomend (Perut) Tradition of Excellenc
• Kidneys (Ginjal) Kerusakan ginjal sering terjadi pada kasus
yang parah dan membuat kematian lebih mungkin Ekstermitas
terjadi. Virus ini dapat menyerang ginjal secara langsung, • Ruam, lesi pada kulit. Ketika pembuluh darah
atau gagal ginjal dapat menjadi bagian dari peristiwa mengecil, kapiler, meradang dan terjadi kebocoran
seluruh tubuh seperti penurunan tekanan darah maka akan menyebabkan terjadinya bintik-bintik
• Intestines (Usus) Laporan pasien dan data biopsi dan ruam pada kulit. Efeknya mirip dengan
menunjukkan virus dapat menginfeksi saluran chilblains (kiri) yang terbentuk pada jari tangan dan
pencernaan bagian bawah, yang kaya akan reseptor kaki ketika kapiler berkontraksi dalam suhu dingin
ACE2. Sekitar 20% atau lebih dari pasien mengalami dan berkembang cepat saat suhu hangat dan akan
diare. Gejala usus (enterik) seperti peradangan adalah pecah sehingga dapat menyebabkan iritasi dan
respon imun yang kompleks yang dimaksud untuk terjadi pe
membawa molekul penangkal penyakit ke lokasi infeksi
dan membawa puing-puing tersebut. Peradangan usus
yang berlebihan akan mengakibatkan muntah, terjadi Nourologis
kontraksi reflek diafragma dan otot perut mengosongkan • Nyeri otot dan persendian dikarenakan terjadi
isi lambung melalui mulut, membersihkan tubuh dari peradangan virus pada persendian dan otot (kiri)
racun. Terjadi diare sehingga tidak mampu untuk sehingga dapat menyebabkan kekakuan dan
menyerap cairan dan sakit perut kelemahan pasca infeksi virus dalam jangka
panjangmbengkakan ketika darah bocor
Tradition of Excellenc