PEMBIMBING
Nama : Ny. M
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Bedono, Sayung Demak
Identitas Pasien
Seorang wanita umur 32 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu merupakan pasien rujukan dari Bidan Nunuk Sayung
Demak datang ke IGD dengan keluhan keluar air dari jalan lahir pad apukul 00:00 WIB di tanggal 6 Maret 2020,
cairan yang keluar dari jalan lahir berwarna bening, bersifat lengket, berbau dan terdapat bercak darah. Pasien juga
merasakan adanya kenceng-kenceng namun jarang. Pasien menyatakan cairan yang keluat lama kelamaan bertambah
banyak. Pasien masih merasakan adanya gerakan janin.
Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
Menikah : 2 kali
HPHT :
Usia menikah pertama : 17 tahun
Siklus : Teratur, 28 hari Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang
Menarche : 12 tahun sekarang. Menikah usia 20, Usia pernikahan 11 tahun.
Dismenorrhea : (-) : 3 tahun
Usia Kehamilan : 38 minggu
HPL : Usia menikah pertama : 31 tahun
Lama menikah : 7 tahun
G3P2A0
G1 : perempuan , lahir spontan ditolong bidan , dan langsung menangis, BB 3300 gram,
usia 10 tahun, sehat.
G2 : perempuan, lahir spontan ditolong bidan, dan langsung meningis, BB 2700 gr, usia
6 tahun, sehat
Riwayat ANC
Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan. Pasien melakukan pemeriksaan setaiap bulan 1 kali dan dioberikan
vitamin dan suplemen besi. Tidak ada pesan khusus dari bidan mengenai keadaan kehamilannya.
Riwayat suntik TT (+)
RPD
Eklamsia : (+)
Diabetes melitus : (-)
Hipertensi : (-)
Asma : (-)
Alergi : (-)
Riwayat operasi : (-)
Riwayat penyakit ginekologi : (-)
RPK
Penyakit serupa : (-)
Penyakit sistemik : (-)
SOSIAL EKONOMI
Merokok : (-)
Alkohol : (-)
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Biaya kesehatan : BPJS Non PBI
STATUS GIZI
Nafsu makan : Baik
Gizi : 4 sehat 5 sempurna
PEMERIKSAAN FISIK
KU dan Kesadaran Telinga; Hidung; Tenggorokan
KU : Baik, Kesadaran : Komposmentis Dircharge (-), Septum Deviasi (-), nafas cuping
hidung (-); faring hiperemis (-), pembesaran
tonsil (-)
Tanda Vital
Leher
Tekanan darah 160/100, Nadi 108x/menit,
RR 20x/menit, Suhu 36,5°C Simetris, Pembesaran kelenjar limfe (-)
Antropometri
Kulit
Berat badan 74 Kg, Tinggi badan 150 cm,
Turgor baik, petekie (-)
IMT 32,8 kg/cm²
Interpretasi: Oedem
Ekstremitas
Abdomen
Interpretasi: Normal
Status Obstetri
LEOPOLD
• Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas
operasi (-), terlihat gerak janin (+).
• Palpasi
• Leopold I : TFU 2 jari di bawah proc. Xyphoideus, teraba bagian besar, bulat, lunak.
• Leopold II : Teraba tahanan memanjang sebelah kiri dan bagian kecil - kecil di sebelah
kanan.
• Leopold III : Teraba bagian besar, bulat, keras.
TFU
• 30 cm
• TBJ dihitung dengan rumus :
• (TFU-12)x155 = (30-12) × 155= 2.790 gr
DJJ
• 15-15-14 = 176 x/menit
• HIS : Jarang
Pemeriksaan Genitalia
Externa : Air ketuban (+), Lendir darah (-), vulva oedem (-)
Interna
Inspekulo : Cairan dari Ostium Uteri Eksternum (+), Darah (-)
Vaginal Toucher :
Vulva : tenang
Pembukaan :-
Penipisan :-
Portio : Tebal kaku
Kulit ketuban :-
Bagian bawah janin : Bulat keras, Kepala
POD : Ubun-ubun kecil
Hodge : Hodge I
Sarung tangan : lendir (+), darah (-)
BISHOP SCORE
Skor
Pendataran serviks 20 % 0
Pembukaan serviks 2 cm 1
Penurunan kepala dari hodge III 0 3
Konsistensi serviks Kaku 0
Posisi serviks sumbu Posterior 0
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium (6 Maret 2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
IMUNOSEROLOGI
18
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
URINE LENGKAP
Warna Kuning -
Kejernihan Agak keruh -
Protein Neg < 30 (Negatif) mg/dl
Reduksi Neg < 15 (Negatif) mg/dl
Bilirubin Neg < 1 (Negatif) mg/dl
Reaksi/pH 6.,5 4.8-7.4 -
Urobilinogen 0.2 <2 mg/dl
Benda Keton Neg < 5 (Negatif) mg/dl
Nitrit Neg Negatif -
Berat Jenis 1.015 1.015 – 1.025 -
Blood Neg < 5 (Negatif) Eri/dl
Leukosit Neg < 10 (Negatif) Leu/dl
MIKROSKOPIS
Parasit
Negatif Negatif -
Bakteri
Negatif Negatif -
Jamur
Negatif Negatif -
Kristal
Negatif -
Benang Mukus
Negatif -
RESUME
TFU
• 30 cm
• TBJ dihitung dengan rumus :
• (30-12)x155 = (18) × 155= 2790 gr
DJJ
• 15-14-14 = 176 x/menit
• HIS = jarang
Pemeriksaan Genitalia
Genitalia
Externa : Air ketuban (+), Lendir darah (-), vulva oedem (-)
Interna
Inspekulo :Cairan dari Ostium Uteri Eksternum (+), Darah
(-)
Vaginal Toucher :
Vulva : tenang
Pembukaan :-
Penipisan :-
Portio : tebal, kaku
Kulit ketuban :-
Bagian bawah janin : Bulat keras, Kepala
POD : Ubun-ubun kecil
Hodge :-
Sarung tangan : lendir (+), darah (+)
DIAGNOSA
S Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir sejak 00.00 WIB tanggal 6 Maret 2020
O VT : Pembukaan 2 cm, KK (+), kepala sudah turun di Hodge 1, portio tebal kaku
DJJ : 11-11-11
HIS : jarang
TD : 146/87 mmHg,
N : 100 x/menit,
S : 37’C,
RR : 24 x/menit
A Wanita 31 tahun, G3P2A0, hamil 38 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, letak kepala , kepala sudah masuk PAP , punggung kiri, belum
inpartu, dengan KPD.
O TD :100/60 mmHg,
N : 84 x/menit,
S : 36,4’C,
RR : 20x/menit
Skala Nyeri : 2
HIS : jarang
DJJ : 15-15-14
VT : pembukaan 2 cm, KK (+), melekat portio lembut, penurunan kepala Hodge 1
A G3P2A0 usia 31 tahun hamil 38 minggu janin tunggal hidup intra uterine, punggung kiri, presentasi kepala dengan KPD dan Fetal
distress
O KU : Baik
TD: 106/86 mmHg,
N : 80 x,
S : 36,’C,
RR : 21 x/menit
Skala Nyeri : 6
ASI +/+
Kontraksi uterus keras
PPV 1/8 underpad
P RL 20 tpm
Monitoring Ku dan TTV
Tanggal 07/03/2020 jam 12:00
O KU : Baik
TD: 125/70 mmHg,
N : 82 x/menit,
S : 36.5’C,
RR : 22x/menit
P RL 20 tpm
Monitor ku dan ttv
Tanggal 08/03/2020 jam 10:15
O KU : Baik
TD: 120/70 mmHg,
N : 80 x/ menit
S : 36’C,
RR : 20 x/menit
Aff infuse
P
Aff DC
Terapi ganti oral
Cefadroxil 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Methylergometrin 3 x 0,125
Domperidon 3 x 2 tab
Besok : Ganti balut
Tanggal 9/3/2020 jam 06 : 00 WIB
O KU : Baik
TD: 120/70 mmHg,
N : 84 x/ menit
S : 36.5’C,
RR : 20 x/menit
Balut luka kering
Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan jumlah jaringan kolagen dan
terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan aktivitas kolagenolitik. Degradasi kolagen tersebut
terutama disebabkan oleh matriks metaloproteinase (MMP). MMP merupakan suatu grup enzim yang
dapat memecah komponen-komponen matriks ektraseluler. Enzim tersebut diproduksi dalam selaput
ketuban. Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama masa kehamilan oleh karena aktivitas
MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi. Saat mendekati persalinan
keseimbangan tersebut akan bergeser, yaitu didapatkan kadar MMP yang meningkat dan penurunan
yang tajam dari TIMP yang akan menyebabkan terjadinya degradasi matriks ektraseluler selaput
ketuban. Ketidakseimbangan kedua enzim tersebut dapat menyebabkan degradasi patologis pada
selaput ketuban.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri
eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta
batuk, megejan atau megadakan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil sampel cairan ketuban di
forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah :
1. Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.
2. Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
3.
Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan didiamkan
dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun pakis.
Pemeriksaan dalam
Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus merah
menjadi biru.
Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000/mm3 kemungkinan ada
infeksi.
USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak janin,
letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
Kardiotokografiuntuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin secara dini
atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi intrauterin atau
peningkatan suhu, denyut jantung janin akan meningkat.
Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin dan
fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan paru janin.
PENATALAKSANAAAN
Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
PENATALAKSANAAAN
Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
Bila
ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri jika :
Bilaskor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
Komplikasi KPD
Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm
90% terjadi di dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum,
insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
Komplikasi KPD
Hipoksia dan Asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat
hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin
sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Sindroma deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi
muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia pulmonal.