Anda di halaman 1dari 12

ASKEP IBU HAMIL PADA HIV

AIDS
Disusun Oleh:
Putri Yunita Sari (20210109163/42)
Qanita Nur Izzati (20210109199/43)
Riska Hndayani (20210109204/44)
Rohma Nurjaya A (20210109359/45)
Shelly Intania Haryanto (20210109186/46)
Sofianur Permata Putri (20210109252/47)
Pengertian
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus RNA yang
dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai
AcquiredImmunodeficiency Syndrome (AIDS) (Djoerban dan
Djauzi, 2009 dalam Valerian, et al 2010).
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah suatu
penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko
tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual,
penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan
penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu
yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002).
Manifestasi Klinis
Setelah seseorang terinfeksi HIV, 2-6 minggu kemudian terjadilah
sindrom retroviral akut, menunnjukkan gejala umum (demam, nyeri
otot, nyeri sendi, rasa lemah), kelainan mukokutan (ruam kulit, ulkus
di mulut), pembengkakkan kelenjar limfa, gejala neurologi (nyeri
kepala, nyeribelakang kepala, fotofobia, depresi), gangguan saluran
cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur di mulut).
Gejala ini akan menghilang setelah 2-6 minggu setelah atau tanpa
pengobatan, selanjutnya merupakan fase asimtomatik selama 8 tahun
(5-10 tahun). Penderita tampak sehat dan dapat melakukan aktivitas
rutin, tapi dapat menularkan ke orang lain.
Setelah itu memasuki fase simtomatik, akan timbul gejala demam dan
pembesaran limfa dan infeksi oportunistik, yang berjalan selama 1,3
tahun dan berakhir dengan kematian (Depkes, 2007).
Patofisiologi
HIV dapat masuk ke tubuh ibu yang terinfeksi HIV
ke janin dalam kandungannya, yang dikenal
sebagai Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena
wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar
masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan
(Richard, et al., 1997).
Cont…
Penularan dapat terjadi dalam 3 periode :
1. Periode kehamilan
2. Periode persalinan
3. Periode Post Partum
Diagnosa Keperawatan
1. Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus
dan/atau infeksi HIV
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan asupan oral
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi
HIV, ekskoriasi dan diare pada kulit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah
letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paru
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan
immunodefisiensi
Intervensi
1. Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus
dan/atau infeksi HIV
 Nilai pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses
serta pasien yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait
dengan defekasi.
 Ukur Kuantitas dan volume feses cair untuk mencatat
kehilangan volume cairan. Kultur feses untuk menentukan
penyebab diare. Konseling untuk pengobatan dan asupan
makanan yang adekuat.
Cont…
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
asupan oral
 Status nutrisi dinilai melalui memantau BB, asupan makanan,
antropometri, kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum
 Pengendalian mual dan muntah dengan obat antiemetik dapat
meningkatkan asupan diet pasien
 Menganjurkan pasien memakan makanan yang mudah ditelan dan
menghindari makanan kasar, pedas atau lengket, serta terlalu panas atau
dingin
 Menganjurkan menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan, jadwal
makan harus diatur
 Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi
 Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat

memberikan pelajaran tambahan serta dukungan setelah pasien pulang


dari rumah sakit.
Cont…
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
manifestasi HIV, ekskoriasi dan diare pada kulit
 Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya
infeksi dan kerusakan kulit.
 Pasien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara
istirahat dan mobilitas.
 Bantu mengubah posisi pasien setiap 2 jam bagi yang
imobilisasi.
 Pasien diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan
sabun nonabrasif, memakai pelembab tanpa parfum untuk
mencegah kekeringan kulit.
Cont…
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah
letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paru
 Toleransi terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan
pasien untuk bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-
hari. Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk
menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mungkin
diperlukan. Barang-barang pribadi yang sering digunakan harus
ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau. Terapi relaksasi dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan
kelemahan dan keadaan mudah letih. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat adanya
anemia, yang memerlukan terapi obat-obatan.
Cont…
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan immunodefisiensi
Kepada pasien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau
tanda dan gejala infeksi
Perawat harus memantau hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan
hitung jenis.
Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur)
harus bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
Jika harus membersihkan kotoran, pasien harus memakai sarung tangan.
Pengidap AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak dengan
cairan tubuh selama melakukan hubungan seksual dan selalu
menggunakan kondom pada segala bentuk hubungan seks.
Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan
antara diet, istirahat, dan latihan.
Semua petugas kesehatan harus selalu mempertahankan tindakan

penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai