Anda di halaman 1dari 13

ANEMIA

Pembimbing:
dr. Nurdiani Sp,A

Maghfira Fathia Ramadhani


19360254
DEFNISI

• Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan


masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di
seluruh dunia terutama di negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh
penderita.
• Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir
masa bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena
terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh
masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari
makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar
besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa
remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak
adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat
menstruasi pada remaja puteri. Data SKRT tahun 2007
menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia defisiensi
besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan
prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak
balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.
ETIOLOGI

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi
besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dll
PATOFISIOLOGI
Anemia dapat terjadi karena :
•Kehilangan darah berlebih  Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena
penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid.
•Pendarahan kronis : Pendarahan vagina , Peptic ulcer , Parasit intestinal , Aspirin dan
AINS lain
•Destruksi berlebihan sel darah merah : Antibodi sel darah merah , Obat-obatan ,
Sequestrasi berlebihan pada limpa
•Faktor intrakorpuskular: Hereditas, Kelainan sintesis Hb
•Produksi eritrosit kurang
• Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein)
• Defisiensi eritroblas : Anemia aplastik , Antagonis asam folat , Eritroblastopenia
terisolasi, antibodi
• Kondisi infiltrasi sumsum tulang : Limfoma, Leukemia , Mielofibrosis ,
Karsinoma
• Abnormalitas endokrin :Hipotiroid, Insufisiensi adrenal, Insufisiensi Pituitary
• Penyakit ginjal kronis
• Penyakit inflamasi kronis : Granulomatous disease, Collagen vascular disease
• Penyakit hati
MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan


Fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain :
penurunan kinerja fisik
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku
anorexia (badan kurus)
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan
Cara mudah mengenal anemia, yakni : lemah, letih, lesu, lelah.

Kalau muncul 4 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena


anemia.

Gejala lain adalah munculnya pucat pada bagian kelopak mata


bawah.

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga


dan kepala terasa melayang
KOMPLIKASI

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.


Akibatnya, penderita anemia akan mudah :
terkena infeksi
batuk-pilek
mudah flu atau mudah terkena infeksi saluran napas
jantung juga menjadi mudah lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
• Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin.

• Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa


juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh,
termasuk otak
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat,
vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.

• Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding


capacity serum

• Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut


dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
KLASIFIKASI ANEMIA

1. Anemia pasca perdarahan


2. Anemia defisiensi (ex: def.Fe, as.folat)
3. Anemia hemolitik (ex: talasemia, G6PD)
4. Anemia aplastik
PENATALAKSANAAN MEDIS

Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB
sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis.
1.Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal
2.Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
3.Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas
eritropoiesis
4.Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni, kuning
telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.
5.Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping
pemberian preparat besi)

Anda mungkin juga menyukai