Anda di halaman 1dari 73

K3 Penanggulangan

Kebakaran

1
Kasus - Kasus
Kebakaran di Tempat Kerja
Tahun 2016 – 2018
Minggu, 7 Agustus 2016
Kebakaran terjadi di Proyek Pembangunan
Apartemen di Kelapa Gading, Jakarta Utara
Kamis, 10 November 2016
Terjadi kebakaran di Apartemen Neo Soho,
Jakarta Barat
Jumat, 19 Mei 2017
Terjadi kebakaran di Stasiun Klender,
Jakarta Timur

Api diduga disebabkan oleh arus pendek


listrik
Kamis, 26 Oktober 2017 Api berasal dari pekerjaan pengelasan atap
Terjadi kebakaran di Pabrik Kembang Api, bangunan pabrik
Tangerang
Selasa, 16 Januari 2018
Terjadi kebakaran di Gedung Museum
Bahari, Jakarta Pusat

Api diduga disebabkan oleh korsleting listrik


Jumat, 16 Februari 2018 Api muncul dari percikan pekerjaan
Terjadi kebakaran di Pabrik Styrofoam, pengelasan yang mengenai bahan baku
Tangerang styrofoam
Selasa, 05 Juni 2018 Sore
Terjadi kebakaran di Gedung Niaga JI Expo,
Kemayoran, Jakarta Pusat

Gedung tersebut masih dalam tahap


konstruksi, api diduga bersumber dari
percikan api pada pekerjaan pengelasan
Selasa, 3 Juli 2018 Api muncul dari kabel gulungan listrik yang
Terminal MRT Section Layang di terbakar
Lebak Bulus, Jakarta terjadi kebakaran
Minggu, 8 Juli 2018
Pukul 04.00 WIB
Terjadi kebakaran di Gedung
Kementerian Perhubungan,
Jakarta Pusat

4 korban tewas kehabisan oksigen


dan menghirup serta terjebak
asap di lantai 5 dan lantai 12
UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 2 ayat (2)
dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan

a mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan


atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan;

dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan,

b diperdagangkan, diangkut, atau disimpan


bahan atau barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, menggigit, beracun, 12
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 3 ayat (1)

b mencegah, mengurangi dan


memadamkan kebakaran

C Mencegah dan mengurangi


bahaya peledakan

13
UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 3 ayat (1)

d
memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

g mencegah dan mengendalikan timbul atau


menyebar luasnya suhu, asap, uap dan gas

14
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS K3
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PERMENAKER 12/2015, K3 LISTRIK

PENGENDALIAN PERMENAKER 02/89, PROTEKSI PETIR


ENERGI
KEP. MENAKER KEP. 187/1999,
BAHAN KIMIA BERBAHAYA

17
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS K3
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PERMENAKER 04/80, APAR

SARANA PERMENAKER 02/83,


INSTALASI ALARM KEBAKARAN
PROTEKSI OTOMATIK
KEBAKARAN
INSTRUKSI MENAKER 11/1997
Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran :
•Pedoman Fire Rating
•Pedoman Springkler
•Standar Bangunan Indonesia

18
PERMENAKER 04/87, P2K3

PERATURAN PEMERINTAH
NO. 50/2012, SMK3
MANAJEMEN K3
KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA

19
Pasal 2
Kepmenaker No. 186 Tahun 1999
(1) Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulanggan kebakaran di
tempat kerja.
(2) Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran,
bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh)
orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya
kebakaran sedang dan berat. 20
PEMBENTUKAN UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DI TEMPAT KERJA;
Pasal 2 ayat (2) huruf d. Kepmen 186/99

Tk. Ahli
Tk. Ahli Madya
Pratama
Tk. Dasar II
Tk. Dasar I
PEN. JAWAB
PETUGAS REGU KOORDINATOR
TEKNIS
UNIT
PERAN PENANGGULANGAN PENANGGULANGA
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN/ AHLI
KEBAKARAN KEBAKARAN N K3 SPESIALIS
KEBAKARAN

21
PEMBENTUKAN UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
MEMPERHATIKAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN ATAU
KLASIFIKASI TINGKAT POTENSI BAHAYA;
Pasal 3 & 4. Kepmen 186/99

a. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;


b. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
c. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
d. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III dan;
e. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.
 

22
KEKUATAN PERSONEL
UNIT K3 PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Pasal 6. Kepmen 186/99

Klas Jumlah TK Klasifikasi Petugas K3 Kebakaran minimal


D C B A
2 - - -
25
4 - - -
Ringan & 50
2/25 - - -
Sedang I 100 2/25 1 Regu 1/100 1
≥300 2/25 1
Sedang II 25 2/25 1 Regu 1/100
Sedang III 1
100 2/25 1/100
dan
Berat 300

23
Pasal 2
Kepmenaker No. 186 Tahun 1999
(1) Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulanggan kebakaran di
tempat kerja.
(2) Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran,
bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh)
orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya
kebakaran sedang dan berat. 24
PENGENDALIAN SETIAP BENTUK ENERGI
Pasal 2 ayat (2) huruf a. Kepmen 186/99

N
Nama produk
Identifikasi bahaya
Tanda bahaya / artinya
Resiko dan pengendaliannya
Tindakan pencegahan
Labeling

25
26
27
PENYEDIAAN SARANA DETEKSI, ALARM, PEMADAM
KEBAKARAN DAN SARANA EVAKUASI;
Pasal 2 ayat (2) huruf b. Kepmen 186/99

30
UTAMAKAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA

OOxx
aatt

yygg
HHee

eenn
Fuel
31
BAHAN BAKAR

N TAI
OKS RA
IG EN E AKSI
R A
KIMI

32
1. Cooling / Pendinginan
2. Smothering / Penyelimutan
3. Starvation / Menstop suplai bahan bakar
4. Breaking Chain Reaction /
Memecah Rantai Reaksi Kimia Api

33
BAHAN BAKAR COOLING/
PENDINGINAN
I
OKS RANTA
I
IG EN REAKS
KIMIA

Memadamkan api dengan air


34
SMOTHERING/
MENGISOLASI OKSIGEN

BAHAN BAKAR

NTAI
OKSI RA SI
G EN A K
RE IA
KIM

Menutup drum yang terbakar


35
STARVATION/
MENSTOP SUPLAI BAHAN BAKAR

BAHAN BAKAR

A NTAI
OKSI R
G EN EA KSI
R A
KIMI

Menutup kerangan pada


tangki yang terbakar

36
BREAKING CHAIN REACTION
MEMECAH RANTAI REAKSI KIMIA
BAHAN BAKAR

A N TAI
R
OKSI SI
G EN REAK
KIMIA

Memadamkan API dengan APAR type Clean Agent

37
A PA R
( Alat Pemadam Api Ringan )

38
Dry Chemical Fire Extinguisher

3.5 kg 4.5 kg 3.5 kg 9 kg

39
CO2 Gas Fire Extinguisher

40
Liquid Foam Fire Extinguisher

41
Hallon Gas Fire Extinguisher

42
KLASIFIKASI KEBAKARAN
NFPA/PERMENAKER No. 04/MEN/1980
KLAS “A”
Kebakaran bahan padat kecuali logam

KLAS “B”
Kebakaran bahan cair dan gas

KLAS “C”
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan

KLAS “D”
Kebakaran logam
43
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA

Jenis media pemadam

si
ka Jenis kebakaran Tipe basah Tipe kering
if i
as

Clean
Air Busa Powder
Kl

Agent
Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb. VVV V VV V*)
Klas A
Bahan berharga XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV V*)
Klas B Bahan gas X X VV V *)

Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV

Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan :

VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat


VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif

44
PEMILIHAN APAR HARUS DISESUAIKAN DENGAN
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Permenaker No.04 Tahun 1980

Combustible Electrical
Material Equipment

Flammable Metals
Liquid/gas

A B C
ABC

Multi Purpose
45
Syarat APAR Permenaker No. 4 Tahun 1980

 Dilarang memasang Apar berlubang atau cacat karena


karat
 Ditempatkan/digantung dgn konstruksi yang kuat
 Ditempatkan dalam lemari atau box yang tidak dikunci
 Lemari/box boleh dikunci asal menggunakan kaca (safety
glass) tebal max. 2mm, kemudian disesuaikan dg besar
apar serta apar mudah dikeluarkan.
 Ditempatkan pada ketinggian max. 1.2 m dari lantai
 Diatas lantai min. 15 cm (untuk CO2 atau Dry Chemical)
 Suhu ruangan tidak boleh lebih 49oC atau -44 oC kecuali
dibuat khusus.
 Jarak antar APAR satu dengan APAR lainnya tidak boleh
46
melebihi (maximal) 15 m kecuali ada penetapan khusus.
47
48
49
HYDRANT
Suatu sistem instalasi/jaringan
pemipaan berisi air bertekanan
tertentu yg digunakan sbg
sarana untuk memadamkan
kebakaran

Fire Protection / ASK 50


51
Jumlah hydrant di tentukan oleh klasifikasi hunian
dengan tingkat resiko bahaya kebakaran dan luas
bangunan (PERGUB DKI NO. 92 TAHUN 2014 pasal 20)

Resiko Ringan Luas 1000-2000 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 1000M2
Resiko Sedang Luas 800-1600 M2
2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 800M2

Resiko Berat Luas 600-1200 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 600M2
Hydrant Supply ( Fire Bridge Connection )

 Sambungan Pemadam Kebakaran (Siamese


Connection).

Adalah kopling masukkan ( inlet ) bercabang dua


yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam
jaringan sistem hidran apabila pompa kebakaran
mengalami kerusakan atau air didalam reservoir
telah habis.
 Air bisa di supply oleh mobil unit atau di koneksi
dengan Hydrant Kota.
 Spesifikasi Hydrant Supply sama dengan Hydrant
Kota

53
Sprinkler /
Pemercik Otomatis
Suatu sistem instalasi
pemadam kebakaran yang
dipasang secara
tetap/permanen didalam
bangunan yang dapat
memadamkan kebakaran
secara otomatis dengan
menyemprotkan air
ditempat mula terjadi
kebakaran.
(SNI 03-3989-2000)
Pengelompokan berdasarkan arah
pancaran

Kepala Sprinkler dengan


arah pancaran
ke bawah (Pendent)
Kepala Sprinkler
dengan arah pancaran
keatas ( Upright )
57
58
ARTI WARNA CAIRAN KEPALA SPRINKLER

53o C
141o C

68o C

182o C

79o C

201o C
260o C

93o C

59
PERENCANAAN JARAK SPRINGKLER
PADA BANGUNAN
Mengacu pada SNI 03-3989-2000

Klasifikasi kebakaran ringan : 4,6 m (max)


Klasifikasi kebakaran sedang : 4,0 m (max)
Klasifikasi kebakaran berat : 3,7m (max)
SARANA - SARANA DETEKSI KEBAKARAN

61
Automatic Smoke Detector /
Pengindera Asap

62
Automatic Heat Detector /
Pengindera Panas

63
Automatic Flame Detector /
Pengindera Cahaya

64
Automatic Gas Detector / Pengindera Gas

65
Fire Detector ( Manual )
• Sama seperti Fire detector otomatis, Fire detector manual juga dihubungkan ke
Panel Control yang akan aktif bila ada input dari detector tersebut
• Fire detector manual ada 3 jenis :
 Tombol tekan
 Tombol tarik
 Handle tarik
• Kelebihan alat ini adalah dapat memberikan input adanya kebakaran lebih cepat
karena dioperasikan oleh manusia
• Kelemahanya adalah bila tidak ada orang disekitar alat ini pada saat terjadi
kebakaran
SARANA DETEKSI KEBAKARAN & ALARM

67
3. MENYEDIAKAN SARANA EVAKUASI

EMERGENCY EXIT
EXIT
Syarat Sarana Evakuasi

Evakuasi : upaya menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari


tempat berbahaya menuju tempat yang aman

• Aman sementara, terjamin kedap asap dan panas


(min. 1 jam);
• Tidak dikunci;
• Tidak terhalang oleh benda apapun;
• Memiliki lampu darurat;
• Bukaan pintu kearah pelarian;
• Mudah dijangkau (panjang jarak tempuh sependek mungkin)
• Ada petunjuk arah yang dapat dilihat dalam keadaan gelap.
69
70
71
PENYELENGGARAAN LATIHAN DAN GLADI
PENANGGULANGAN KEBAKARAN SECARA
BERKALA

72
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai