Anda di halaman 1dari 35

GANGGUAN MENSTURASI

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik


dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)
endometrium. Sekarang diketahui bahwa dalam
proses ovulasi, yang memegang peranan penting
adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
(hypothalamic-pituitary-ovarium axis).
Gangguan Haid
Gangguan haid adalah perdarahan haid
yang tidak normal dalam hal: panjang
siklus haid, lama haid, dan jumlah darah
haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis,
ovarium dan endometrium fisiologi haid
normal. (Dr. Asrul Sani)

Gangguan haid merupakan suatu


permasalahan yang berhubungan dengan
haid, baik itu gangguan menurut ritme
(siklus menstruasi), gangguan menurut
perdarahan (banyaknya dan lamanya)
maupun gangguan yang terjadi diluar haid
dan pada saat haid.
GANGGUAN HAID ANTARA LAIN :
• Oligomenorea
Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus
lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada
oligomenorea biasanya berkurang.
• Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan
amenorea sekunder. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18
tahun keatas tidak pernah dapat haid, sedangkan pada amenorea sekunder
penderita pernah mendapat haid tetapi kemudian tidak dapat lagi.
• Premenstrual Tension (Tegangan Prahaid)
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang
sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid
berhenti. 
• Mastalgia
Gejala mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.
Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relative dari kadar
Pemeriksaan gangguan haid
1. Pemeriksaan umum
Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk,
penderita pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme
Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina,
keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium

2. Pemeriksaan Psikologi (distress/tidak)


3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang
jelas dapat dilakukan pemeriksaan :
• Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
• Sitologi vagina
• Tes toleransi glukosa 35%
• Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise 45%
• Kerokan uterus
• Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid 85% 65%
• Laparoskopi
• Pemeriksaan kromatin seks
• Pemeriksaan kadar hormon
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PADA HAID
3.
KASUS
Nona J, 21 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas, letih, dan lesu serta
nyeri hebat pada bagian perut ketika haid, sampai tidak mampu melakukan aktivitas
karena nyeri abdomen akan bertambah. Pasien juga mengeluh mual, muntah, dan
pusing.Pada pemeriksaan TTV didapatkan TD = 90/60 mmHg, N = 80x/menit, S =
37oC, RR = 21x/menit.
35% 45%
1. PENGKAJIAN
• Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian perut
• Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien merasakan nyeri ketika haid, badan lemas,
mual, dan muntah 85% 65%
• Riwayat Penyakit Dahulu : -
• Riwayat Penyakit Keluarga : -
• Riwayat Menstruasi :
Menarche        : umur 13 tahun           Siklus    : teratur (   √   )
Banyaknya     : 1 hari 3x pembalut    Lamanya   : 7 hari
Keluhan           :  nyeri haid
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas
uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya mual dan muntah
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
akibat nyeri abdomen
• Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
penyebab nyeri abdomen
Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan. Meningkatnya kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri
uterus
• Tujuan:dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang
• Kriteria hasil: Skala
No. nyeri 0-1, pasien
Intervensitampak rileks Rasional

1 Pantau/catat karakteristik nyeri, kaji lokasi dan Untuk mendapatkan indikator dan skala nyeri
intensitas nyeri

35% 45%
2 Hangatkan bagian perut Dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi
dan mengurangi kontraksi spasmodik uterus

85% 65%
3 Masase daerah perut yang terasa nyeri Mengurangi nyeri karena adanya stimulus
sentuhan terapeutik

4 Lakukan latihan ringan Dapat memperbaiki aliran darah ke uterus dan


tonus otot
2. Diagnosa: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual dan muntah
• Tujuan: Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharakan pasien menunjukkan perbaikan nutrisi
• Kriteria hasil: Mual muntah teratasi

No. Intervensi Rasional

1 Timbang BB setiap hari Agar dapat mengetahui perubahan berat


badan setiap harinya

2 Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan 35% 45%
berat badan.

3 Beri suasana menyenangkan saat makan Dapat meningkatkan nafsu makan

85% 65%
4 Beri porsi kecil tapi sering Mengurangi rasa mual dan muntah yang
timbul saat makan

5 Beri makanan dengan protein dan kalori yang Meningkatkan asupan energi
tinggi
Diagnosa: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan. Kelemahan akibat nyeri  abdomen
• Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien dapat beraktivitas seperti semula
• Kriteria hasil:
 Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperringan intoleransi
aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas
No. Intervensi Rasional

1 Beri lingkungan yang tenang dan periode istirahat Menghemat energi untuk aktivitas
tanpa gangguan, dorong istirahat sebelum makan dan regenerasi seluler/ 35% 45%
penyembuhan jaringan

85% 65%
2 Tingkatkan aktivitas secara bertahap Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan

3 Berikan bantuan sesuai kebutuhan Menurunkan penggunaan energi


dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
2. PMS (PENYAKIT MENULAR SEKSUAL)

• Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan


salah satu Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) yang
ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi
saluran reproduksi merupakan infeksi yang
disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya
kuman penyebab infeksi ke dalam saluran
reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut
dapat berupa jamur, virus, dan parasit.
MACAM-MACAM PMS

SIFILIS  GONORE HIV


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT SIFILIS
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
b. Pemeriksaan sistemik
Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah.
c.Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin)
2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi

a. Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan


Tujuan: nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi
Kriteria:
– Nyeri klien berkurang
– Ekspresi wajah klien tidak kesakitan
– Keluhan klien berkurang

Intervensi:
– Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
– Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi nyeri dan jelaskan tentang teknik mengurangi nyeri dan
penyebab nyeri
– Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
– Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
– Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
b. Hipertermi b.d proses infeksi

Tujuan: klien akan memiliki suhu tubuh normal


Kriteria:
– Suhu 36–37 °C
– Klien tidak menggigil
– Klien dapat istirahat dengan tenang

Intervensi:
– Observasi keadaan umum klien dengan tanda vital tiap 2 jam sekali
– Berikan antipiretik sesuai anjuran dokter dan monitor keefektifan 30-60 menit kemudian
– Berikan kompres di dahi dan lengan
– Anjurkan agar klien menggunakan pakaian yang tipis dan longgar
– Berikan minum yang banyak pada klien
c. Cemas b.d proses penyakit

Tujuan: cemas berkurang atau hilang


Kriteria:
– Klien merasa rileks
– Vital sign dalam keadaan normal
– Klien dapat menerima dirinya apa adanya

Intervensi:
– Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling percaya
– Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan benda-benda berbahaya
– Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
– Ajarkan penggunaan relaksasi
– Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan secara sederhana
3. Infeksi Reproduksi

• Infeksi Saluran Reproduksi adalah masuk dan


berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi kedalam
saluran reproduksi yang berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit. Infeksi pada organ reproduksi dapat terjadi karena
penularan lewat hubungan seksual, masalah
kebersihan/higiene dan perawatan yang kurang baik.
Perempuan lebih mudah terkena dibandingkan laki-laki,
karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus
dan saluran kencing. Pada perempuan juga sering tidak
diketahui, karena gejalanya kurang jelas dibandingkan laki-
laki.
Gejala yang Dialami

a)  Rasa sakit di sekitar panggul


b)  Demam tinggi secara tiba-tiba
c)  Menggigil Haid tidak teratur
d)  Cairan vagina yang tidak normal
e)  Timbul rasa sakit saat berhubungan seksual
Jenis-Jenis Infeksi Reproduksi :
a.     ISR endogen adalah jenis ISR yang paling umum di dunia.
Timbul akibat pertumbuhan tidak normal, organisme yang seharusnya tumbuh normal didalam vagina,
antara lain vaginosis bakteri dan kandidiasis yang mudah disembuhkan.

b.      ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis adalah


infeksi yang disebabkan masuknya mikroorganisme kedalam saluran reproduksi
melalui prosedur medis yang kurang atau tidak steril, antara lain induksi haid,
aborsi, pemasangan AKDR, peristiwa persalinan atau apabila infeksi sudah ada dalam
slauran reproduksi bagian bawah menyebar melalui mulut rahim hingga ke saluran
reproduksi bagian atas. Gejala yang mungkin timbul, antara lain rasa sakit disekitar panggul,
demam tinggi secara tiba-tiba, menggigil, haid tidak teratur, cairan vagina yang tidak normal dan
timbul rasa sakit saat berhubungan seksual.

c.     PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual


dengan pasangan yang telah terinfeksi.
Pencegahan Infeksi Reproduksi
• ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan
individu (misalnya dengan menghindari penggunaan vaginal
douching atau pembasuh/pembersih vagina).
• ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan medis
yang digunakan, kedisiplinan untuk mengikuti protokol standar
penggunaan peralatan yang steril selama pemeriksaan, serta
skrining atau pengobatan terhadap ISR sebe-lum melaksanakan
prosedur medis.
• PMS dapat dicegah dengan menghindari hubungan seks atau
mengadopsi strategi perilaku "seks yang aman", termasuk perilaku
monogami, seks tanpa penetrasi (seks oral), dan penggunaan
kondom pria dan/atau kondom wanita yang benar dan konsisten.
GANGGUAN KEHAMILAN (INFETIL)
Pengertian Infertilitas
• Menurut dunia medis Infertilitas adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut pasangan yang belum
mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun
waktu satu tahun (diah, 2012: www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
• “Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan
hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama satu tahun” (Sarwono dalam diah, 2012:
www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
• “Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan
keturunan” (Elizbeth dalam diah,2012: www.jurnalbidandiah.blogspot. com).
Jenis-Jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
• Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan
seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

• Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu
memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan
alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.

2.      Riwayat Kesehatan
-          Wanita
a.        Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2)      Riwayat infeksi genitorurinaria
3)      Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4)      Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5)      Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6)      Riwayat penyakit menular seksual
7)      Riwayat kista
b.        Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Endometriosis dan endometrits
2)      Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3)      Gangguan ovulasi
4)      Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5)      Autoimun

c.         Riwayat Kesehatan Keluarga


Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic

d.        Riwayat Obstetri
1)      Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2)      Mengalami aborsi berulang
3)      Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
C.    Diagnosa Keperawatan
1.        Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2.        Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3.        Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk

INTERVERENSI
1)      Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
1.      Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2.      Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
3.      Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosis dan
prognosis

Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai
menolak, depresi, dan marah. reaksi yang normal Perasaan tidak diekspresikan dapat
menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri

Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak
sebelumnya berubah
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat
Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
1.      Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2.      Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3.      Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil Menunjukan kesopan santunan / penghargaan dan
pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus,
kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan
terjadi keadaan bahaya menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif
mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif

Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai
dikatakannya menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai
perubahan fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri
efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian
5. Tumor / Kanker Reproduksi

• Kanker ini mengacu pada pertumbuhan yang ganas dan timbul dari
ovarium. Kanker ovarium yang paling umum adalah “epithelial”:
Mereka timbul dari “kulit” (epithelium) ovarium. Kanker kedua yang
umum terjadi adalah yang timbul dari “bagian dalam” ovarium, baik
dari sel telur (tumor sel germinal) atau sel pendukung (seks
cord/stromal). Ada pula kanker yang sangat langka yang berasal
dari sel limfa ovarium, dikenal dengan limfoma ovarium
a. Penyebab /Risiko:
Kumpulan penyebabnya meliputi kehamilan di usia tua, menstruasi terlalu dini,
menopause yang terlambat, riwayat keluarga akan kanker ovarium, dan endometriosis.

b. Gejala
Gejala-gejalanya meliputi ketidaknyamanan di perut, kembung, dan perubahan
kebiasaan BAB yang mana cenderung menandakan adanya kanker ovarium.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM
I. PENGKAJIAN
• Data diri klien
• Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
• Riwayat kesehatan masa lalu
• Riwayat kesehatan keluarga
• Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
• Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
• Pemeriksaan fisik
• Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
2. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan
peran
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone
III. INTERVERENSI
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau skala nyeri berkurang 1-3, dan pasien tidak meringis

Intervensi :
• Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
R/:membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.
• Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien.
R/: mengevaluasi factor – factor yang yang dapat meningkatkan persepsi akan intensitas
nyerinya.
• Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
R/: menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
• Jelaskan kegunaan analgetik dan cara-cara untuk mengurangi efek samping.
R/: agar pasien mengetahui mengenai penggunaan dan efek samping dari analgetik.
• Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi,
stimulasi kutan.
R/: membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian,
sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan
fungsi dan peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Kriteria Hasil :
– Klien dapat menerima status kesehatannya
– Klien dapat menerapkan koping individu yang adaptif

Intervensi :
• Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
R/: mengetahui respon pasien dalam penegakan diagnosa.
• Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan
keputusan
R/: mempertahankan / membuka garis komunikasi
• Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran
tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang
lazim
R/: menjelaskan keadaan yang terjadi dan memberi pengertian kepada pasangan serta
mendiskusikan dalam pemenuhan kebutuhan seksual .
.
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormon
Tujuan : Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
Kriteria Hasil :
– Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
– Klien mampu memenuhi kebutuhan seksualnya sesuai dengan kemampuan

Intervensi:
• Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
R/: masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan/ atau ungkapan yang
gamblang
• Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
R/: nyeri vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilanagn sensori dapat terjadi
sehubungan dengan trauma bedah. Meskipun kehilangan sensori biasanya sementara, ini dapat
dialami selama beberapa minggu atau bulan untu kembali baik.
• Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur
pembedahan
R/: menunjukan kesalahan informasi/konsep yang mempenagruhi pengambilan keputusan.
Harapan negative sehubungan dengan hasil yang buruk
IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun.

V. EVALUASI
1. Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
2. Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
3. Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan
keinginan seksual
4. Menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan rasa cemas yang sedang dihadapinya.
5. Klien mengetahui tentang kondisi dan prognosis tentang penyakitnya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai