Anda di halaman 1dari 19

Asma Pada Anak

Pembimbing :
dr. Syarifah Mahlisa Soraya Sp.A

Mohamad Rheza Firmansyah Zamzami


20360043

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2020
Keadaan kronik yang ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran
napas sebagai respon terhadap stimulus yang tidak menyebabkan penyempitan serupa pada
banyak orang. (WHO)
DEFINISI
ASMA
WORLD
WHO (2011)
235 JUTA

9,5% 8,2%
EPIDEMIOLOGI
Etiologi & Faktor Resiko
Belum Diketahui

Faktor Resiko

• Genetik • Obesitas
Host • Usia • Atopi
• Jenis Kelamin • Ras

Lingkungan ALERGEN
• Makanan • Bahan iritan
 Udara  Binatang
 Obat-Obatan  Pikiran.
Get a modern PowerPoint Presentation that
is beautifully designed. Easy to change
colors, photos and Text.

You can simply impress your audience and add a


unique zing and appeal to your Presentations. Easy to
change colors, photos and Text. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I
hope and I believe that this Template will your Time,
Money and Reputation. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal to your
Presentations.
Diagnosa
ANAMNESA
01 Gejala timbul secara episodik atau berulang ( biasanya
batuk)

02 Gejala lebih berat pada malam hari nokturnal.

Gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat


03 pereda asma.

04 Timbul bila ada faktor pencetus

05 Adanya Riwayat alergi pada pasien atau keluarganya


.
Diagnosa
Pemeriksaan
INSPEKSI
Gelisah, sesak (napas cuping hidung, napas Fisik
cepat, retraksi sela iga, retraksi epigastrum,
retraksi suprasternal), sianosis

PALPASI
Biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada
serangan yang berat dapat terjadi pulpus
paradoksus).

PERKUSI
Biasanya tidak ada kelainan yang nyata.

AUSKULTASI
Ekspirasi memanjang, wheezing, suara lendir.
Pemeriksaan Diagnosa
Penunjang
• Jenis eosinofil lebih dari Hiperinflasi atau
4% penebalan dinding
• Serum IgE, lebih
Laboratoriu
bronkial
dari 100 IU Foto
m Rontgen
• Analisis gas darah arteri Thorax
(AGDA) : Hipoksemia
dan HIperkarbia

• Peak Flow Meter


Perbedaan nilai APE lebih dari 20% sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator dianggap konsisten untuk asthma

• Spirometri
Uji Fungsi  Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik (VEP1)>12% atau 200 mL
Paru
setelah pemberian bronkodilator mengindikasikan obstruksi saluran
napas reversibel 
 Kapasitas Vital Paksa (KVP) yang diukur bersamaan saat mengukur
FEV1. Nilai rasio FEV1/FVC kurang dari 70% mengindikasikan
restriksi akibat terperangkapnya udara dalam paru atau air trapping
Diagnosa Banding
Bronkiolitis Benda Asing

Stenosis Trakhea Rhinosinusitis

Infeksi respiratorik bawah viral berulang Tumor


O

Benda Asing Tuberkulosis


Saat Tidak Serangan
Klasifikasi Derajat Asma Pada Anak

No Parameter Episodik Jarang Episodik Sering Persisten

1 Frekuensi serangan < 1 x/ bulan > 1 x/ bulan Sering

2 Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanja ng tahun, hampir tidak ada

remisi

3 Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

4 Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam

5 Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu  

6 Pemeriksaan fisik diluar serangan Normal (tidak ditemukan kelainan) Mungkin terganggu(ditemukan Tidak pernah normal

kelainan)

7 Obat pengendali(anti inflamasi) Tidak perlu Perlu, steroid Perlu, steroid Tidak perlu

8 Uji faal paru (di luar serangan) PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60%-80% PEF/FEV1 <60% variabilitas 20 – 30%
Saat Serangan
Penanganan Jangka Pendek
Penanganan di rumah Penanganan di Klinik atau IGD Penanganan di Ruang Rawat Inap

1. B-Agonis kerja pendek 1. Pasien dengan serangan, nilai 1. Pemberian oksigen diteruskan
2. Jika ada dehidrasi dan
hingga 3x dlm 1 jam (jika derajat serangan.
asidosis maka diatasi dengan
respon (-), tambah steroid 2. Penanganan awal : nebulasi b- pemberian cairan intravena
oral. agonis dan/atau mukolitik 3. Steroid diberikan tiap 6-8 jam,
2. Nilai respon-> tentukan ditambahkan dlm cairan nebulasi secara bolus IV / IM / oral
derajat serangan, jika berat (1-3x selang 20 menit) 4. Nebulisasi B-agonis +
langsung rujuk 3. Pemberian ke 2, tambahkan antikolinergik dengan oksigen
prednisone oral 1mg//kgbb/kali dilanjutkan tiap 1-2 jam
5. Aminofilin diberikan secara
+ O2
intravena
4. Jika serangan berat: 6. Jika dalam 24 jam pasien tetap
nebulasi+antikolinergik stabil, pasien dapat
5. Serangan dipulangkan dengan dibekali
berat+dehidrasi+asidosis obat B- agonis (hirupan atau
metabolic: 1x nebulasi lalu rawat oral) atau kombinasi dengan
(IV Steroid dan aminofilin) teofilin, yang diberikan tiap 4-6
jam selama 24-48 jam
Penanganan di Klinik atau IGD
Serangan Ringan Serangan Sedang Serangan Berat
1. B-agonist secara inhalasi. 1. Berikan oksigen, ->diobservasi 1. O2 + nebulisasi sejak masuk.
(MDI= Metered Dose Inhaler atau dan ditangani di Ruang Rawat 2. Pasang jalur parenteral dan
DPI=Dry Powder Inhaler atau Sehari . lakukan foto toraks. Jika sejak
nebulisasi). 2. Di RRS, nebulisasi (B-agonis + penilaian awal pasien mengalami
2. Pasien diobservasi selama 1−2 antikolinergik) tiap 2 jam. Bila serangan berat, nebulisasi cukup
jam-> jika respons tersebut responsnya baik-> frekuensi diberikan sekali langsung dengan
bertahan (klinis tetap baik), nebulisasi dikurangi tiap 4 jam, B-agonis dan antikolinergik
->dipulangkan. kemudian tiap 6 jam. (ipratropium bromide), tidak perlu
3. Pasien dibekali obat 3. Jika dalam 12-24 jam klinis tetap melakukan tahapan serangan ringan
bronkodilator (hirupan atau oral) baik, maka pasien dipulangkan lalu serangan sedang.
yang diberikan tiap 4−6 jam. (tidak dan dibekali obat seperti pasien 3.Pada pasien dengan gejala dan
perlu kortikosteroid, kecuali virus serangan ringan. Bila dalam 12 tanda Ancaman Henti Napas, pasien
dan ada Riwayat asma berat). jam responsnya tetap tidak baik, harus langsung dirawat di Ruang
4. Kortikosteroid oral diberikan maka pasien dialih rawat ke Rawat Intensif.
jangka pendek (3−5 hari), dengan Ruang Rawat Inap, dan mendapat 4. Adrenalin 1/1000 diberikan secara
dosis 1−2 tatalaksana sebagai serangan intra muskuler jika tidak ada nebulasi,
mg/kgBB/hari(prednisone dan berat. dengan dosis 0,01 ml/kgBB/kali,
prednisolone). dengan dosis maksimalnya 0,5
5.Kontrol Kembali setelah 24−48 ml/kali. Sesuai dengan panduan
jam untuk re-evaluasi tatalaksana di IGD, adrenalin dapat
tatalaksananya. diberikan 3 kali berturut dengan
6. Apabila dalam kurun waktu selang 20 menit.
observasi gejala timbul kembali,
maka pasien diperlakukan sebagai
Penanganan Jangka Panjang
Asma Episodik Jarang Asma Persisten Sedang Asma Persisten Berat

• B-agonis inhalasi, atau • Kromoglikat inhalasi (jika • Steroid inhalasi. (Dalam keadaan tertentu,
khususnya pada anak dengan asma berat,
nebulisasi kerja pendek tidak berhasil diganti
dianjurkan untuk menggunakan steroid dosis
(jika ada serangan / dengan steroid inhalasi). tinggi dahulu, bila perlu disertai steroid oral
gejala). jangka pendek (3-5 hari)).
• Bila dengan steroid saja • Evaluasi 1-2 bulan -> perbaikan-> maka
asma belum dapat dosis steroid dapat dikurangi bertahap.
dikendalikan dengan baik, • penggunaan B-agonis sebagai obat pereda
kromoglikat atau B-
dosis steroid perlu tetap diteruskan.
agonis kerja pendek • Bila dengan steroid hirupan asmanya belum
ditingkatkan,
sebelum aktivitas fisik terkendali, maka perlu dipertimbangkan
atau pajanan dengan tambahan pemberian B-agonis kerja
• Terapi tambahan : B- lambat, teofilin lepas lambat, atau
alergen. agonis atau teofilin lepas leukotriene modifier.
lambat, atau leukotriene • Jika dengan penambahan obat tersebut,
receptor antagonist asmanya tetap belum terkendali, obat
(zafirlukast atau tersebut diteruskan dan dosis steroid
inhalasi dinaikkan, bahkan bila perlu
montelukast) atau
diberikan steroid oral. Untuk steroid oral
leukotriene synthesis sebagai dosis awal dapat diberikan 1-2
inhibitor (Zileutan). mg/kgBB/hari. Dosis kemudian diturunkan
sampai dosis terkecil dan diberikan selang
sehari pada pagi hari.
Komplikasi

05
04
03 Perubahan Bentuk Thorax

02 Emfisema.

01 Atelektasis

Bronkopneumonia

Gagal Nafas
PENCEGAHAN & EDUKASI
PENCEGAHAN
• Hindari Faktor Pencetus : Asap Rokok, Debu Rumah, Makanan Tertentu
• Riwayat Atopi, Rhinitis Alergi -> Tangani Sejak Dini

ORANG TUA
• Edukasi untuk memberikan pertolongan pertama asma dalam serangan saat di rumah
• Memantau kapan gejala asma muncul
• Mengontrol faktor pencetus asma anak
• Harus tahu kapan harus berobat ke dokter

ANAK
• Pengertian tentang mendasar, penyebab, dan pencetus asma
• Mengidentifikasi dan mengontrol faktor-faktor yang memperburuk gejala asma dan pencetus serangan
• Pengertian tentang pentingnya penggunaan obat yang tepat dan benar dari spacer dan inhaler untuk kontrol jangka Panjang .
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai