Anda di halaman 1dari 38

HUKUM ISLAM

SEBAGAI BAGIAN DARI


AJARAN ISLAM

 KAHAR LAHAE
SUB-BAGIAN

 PENGERTIAN HUKUM
 SYARIAH
 FIQH

 BEBERAPA PENGERTIAN DASAR


HUKUM ISLAM
Pengertian Hukum
 Pemaknaan sehari-hari
 Hukum umumnya dipandang sebagai
seluruh aturan atau ketentuan baik yang
bersumber dari Allah SWT, penguasa yang
membuat hukum, maupun yang dimaksud
aturan kebiasaan, adat dan tata krama
lainnya dalam masyarakat.
HUKUM (bahasa Arab)
 Segala ketentuan Tuhan yang mengatur seluruh
makhluknya.
 Makna yang sesuai adalah segala ketentuan
Tuhan yang mengatur berbagai hubungan
muamalah yang terdapat dalam AQ, As-sunnah,
Ijma, Qiyas, serta sumber-sumber hukum
lainnya
 Hukum Islam berasal dari kata Hukum dan
Islam.
 Hukum berarti ketentuan atau ketetapan
 Islam berarti selamat, damai sejahtera, atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada ALLAH SWT
Simpulan dari makna tersebut

 Bahwa Hukum Islam (etimologis) adalah


segala macam ketentuan atau ketetapan
mengenai sesuatu hal dimana ketentuan
itu telah ditetap oleh Agama Islam.
 Hukum adalah peraturan-peraturan yang
terdiri dari ketentuan-ketentuan, suruhan
dan larangan, yang menimbulkan
kewajiban dan atau hak.
Hukum dalam Konteks Hukum
Islam
 Hukum Islam (Ensiklopedia Hukum Islam:
Dahlan, 1997:570)
 Hukum berasal dari kata bahasa Arab, yaitu
AL-HUKM berarti menetapkan sesuatu atas
sesuatu atau meniadakannya.
 AL-HUKM juga berarti mempunyai
pengertia AL-Qada’ (ketetapan), dan AL-
MANI’ (pencegahan)
 Perkataan Hukum (AL-HUKM), jamaknya
(AHKAM), mengandung arti:
 Putusan (judgement, verdict, decision)
 Ketetapan (provision)
 Perintah (command)
 Pemerintahan (government)
 Kekuasaan (authority, power)
 Hukuman (sentence)
 (Hans Wehr, 1980:196)
HUKUM asal kata HAKAMA, YAHKUMU
(Bhs Arab)
 Memutuskan
 Mengadili
 Menetapkan
 Memerintahkan
 Memerintah
 Menghukum
 Mengendalikan
Asal usul kata HAKAMA
 Berarti mengendalikan dengan suatu
pengendalian.
 Hukum berhubungan dengan keputusan atau
perintah yang bijak
 Hukum juga diartikan sebagai kebijakan
(policy)
 Secara Umum, terungkap dalam bahasa “ Anda
memutuskan sesuatu dengan begini dan
begitu, baik keputusan tersebut mengikan
orang lainny ataupun tidak (Ar-Raghib al-
Ashfahani, tt: 126)
HUKUM dalam Konteks HUKUM
ISLAM
 Berarti MENCEGAH atau MENOLAK
 Hukum ISLAM harus mencegah
ketidakadilan, kezhaliman, dan segala
bentuk penganiayaan dan kekerasan
 Perwujudan makna HUKUM dalam berbagai
Ayat AL-Qur’an yang berkaitan dengan
PERBUATAN Mukallaf (manusia dewasa
cakap) dapat berupa bentuk: TUNTUTAN
atau PILIHAN, serta dalam bentuk WADH’IY
(hubungan antara satu perbuatan dengan
perbuatan yang lain)
 Ayat AQ berisi perintah (amr) Wajib dan
Sunat
 LARANGAN (haram dan makruh)
 Memberi kebebasan atau pilihan dalam
melakukan suatu tindakan atau tidak
melakukannya (MUBAH)
Beberapa Pengertian terkait

 HAK dalam perspektif yuridis merupakan kekuasaan


atau kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada
seseorang atau suatu badan hukum, dan menjadi
kewajiban bagi pihak lain untuk mengakui dan
menghargainya.
 HAK sebagai kekuasaan dan kewenangan bukan dalam
makna absolut, melainkan amanah yang diberikan oleh
Allah SWT kepada makhluknya. Pemilik Hak Absolut
adalah Allah SWT.
 Walillahi Mulku al-samawati wal ardhi (Dan Allah-lah
pemilik penuh atas segala yang ada dilangit dan di
bumi).
Mahkum Bihi

 Perbuatan atau tindakan yang dikenai


hukum, baik dalam pengertian untuk
melakukan suatu tindakan maupun untuk
tidak melakukan suatu perbuatan sehingga
suatu tindakan hukum terpenuhi.
 Misal: Janji adalah suatu perbuatan hukum, jika
seorang tidak menepati janjinya maka dia dapat
dituntut untuk memenuhi janjinya itu.
Mahkum Alaih

 Merupakan tergugat atas suatu tindakan


hukum yang telah dilakukannya sehingga
memberikan hak kepada orang lain
(penggugat) untuk menuntut atas yang
bersangkutan.
Mahkum Lahu

 Merupakan penggugat yang


mengajukan tuntutan hak kepada
seseorang atau lembaga
Ahliyyatul Wujud
 Selagi masih hidup, manusia dipandang
cakap sebagai pendukung hak dan kewajiban
 Disebut sebagai SUBJEK HUKUM (Manusia
dan Badan Hukum)
 Anak dalam kandungan bila kepentingannya
menghendaki, adalh juga penyandang HAK
 Perbedaan:
 Kecakapan orang hidup adalah sempurna,
sedangkan kecakapan anak dalam kandungan
tidak sempurna.
Ahliyyatul Ada’
 Kecakapan seseorang untuk melakukan perbuatan
hukum yang langsung dilakukannya sendiri.
 Setiap Manusia statusnya adalah Subjek Hukum,
namun dalam melakukan perbuatan hukum yang sah
hanya manusia dewasa dan cakap menurut hukum.
 Dalam HI, apabila seorang manusia dewasa dan
telah mukallaf wajib melaksanakan segala perintah
Allah dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga.
Jika tidak melaksanakan perintah maka akan
berdosa dan akan mendapat siksaan, tetapi
sebaliknya bila melaksanakan kewajiban maka akan
diberikan ganjaran PAHALA dari ALLAh SWT.
SYARIAT DAN FIQH

PENGERTIAN SYARIAT
 Secara ETIMOLOGIS, Syariat berasal dari Bahasa Arab
yang berarti:
 Jalan ke tempat bersiram (jalan harus diturut), (Fyzee,
1965: 22, An Outline of Mohammeden Law)
 Jalan yang lempang (Pengantar Ilmu Fiqih, Budiman, 1982)
dan Pengantar Ilmu Fiqih, Ashshiddieqy, 1967)
 Jalan yang lurus (Masjfuk Zuhdi, Pengantar
Hukum Syariah, 1987)
Secara Istilah/Terminologis

 Keseluruhan Perintah Tuhan. Tiap-tiap perintah adalah hukum


(Canon of law, Fyzee, 1965)

 Menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan


manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan
umat manusia lainnya (Dede Rosyada, 1995, Hukum Islam dan
:Pranata Sosial)

 Hukum yang ditetapkan Allah melalui rasul Nya untuk hamba-Nya,


agar mereka menaati hukum itu ada dasar iman, baik yang berkaitan
dengan aqidah, amaliyah (ibadah dan muamalat dan yang berkaitan
dengan akhlak (Masjfuk Zuhdi Pengantar Hukum Syariah, 1987)
 Kesimpulan: Jalan yang yang harus ditempuh oleh umat manusia
dalam hidupnya. Jalan yang harus ditempuh itu tidak akan mungkin
diketahui tanpa perantaraan wahyu.
 Syariat adalah segala apa yang
disyariatkan oleh Allah baik dengan Al-
Qur’an maupun sunnah Rasulullah ataupun
yang dapat melengkapi semua dasar-dasar
agama, akhlak, hubungan manusia dengan
manusia, bahkan meliputi apa yang
menjadi tujuan hidup dan kehidupan
manusia untuk keselamatan dunia dan
akhirat
SYARI’AT,
ialah hukum-hukum yang disyariatkan Allah
untuk hamba-Nya, yang dibawa oleh seorang
Nabi baik hukum-hukum tersebut berhubungan
dengan cara mengerjakan perbuatan, yang biasa
disebut dengan “hukum-hukum far’iyyah
‘amaliyah” yang dapat dipelajari melalui ilmu
fiqih, atau berhubungan dengan cara “I’ti-
qodiyah” yang biasa disebut dengan hukum-
hukum pokok dan kepercayaan, yang dapat
dipelajari melalui Ilmu Kalam. Syariat (Syara’)
disebut juga “agama” (Ad-din atau Al-millah)
Syariat Islam
 Syariat yang paling luas,
 karena tidak hanya terbatas pada masalah
kejiwaan saja, melainkan termasuk pula hukum-
hukum aqidah atau kepercayaan, hukum-hukum
akhlak dan hukum tentang amaliyah (ibadah dan
muamalat).
 3 cabang Syariat yang terpenting:
 Aqidah (hukum tentang kepercayaan yang dikaji dan
dipermasalahkan oleh Ilmu Kalam (Ilmu Ketuhanan)
 Akhlak (budi pekerti), dikaji oleh Ilmu Akhlak
 Amaliyah (hukum-hukum ttg perbuatan lahir, dikaji
dan dipermasalahkan oleh ILMU FIQIH
Pengertian FIQIH
 Istilah FIQIH berasal dari Bahasa Arab,
yang berarti:
 Kecerdasan (Fyzee)
 Tahu atau Faham (Ashshiddiqy)
 Pemahaman atau pengertian (Budiman)
 Mengetahui sesuatu atau
memahaminya dengan baik (Dede
Rosyada)
Pengertian Terminologis
FIQIH
 Pengetahuan tentang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban seseorang sebagaimana diketahui dari
Al-Qur’an dan Sunnah,atau yang disimpulkan
dari keduanya atau apa yang kaum cerdik pandai
telah sepakat (Fyzee)
 Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’
yang diperoleh dalil-dalilnya yang tafshily
(terperinci) ((Ashshiddiqy)
 Ilmu pengetahuan hukum yang hanya mencakup
bidang amaliyah saja dan pengetahuan hukum itu
bersumber dari Ijtihad (Budiman).
 Ilmu yang mengambil Hukum Syariah dari
bukti-bukti syariah (dari AQ, Sunnah, Ijma,
dan Qiyas), Agnides, P. Nicolas, 1984 “The
Background Introduction to Muhammeden
Law”.
 Mengetahui hukum-hukum syara’ yang
bersifat amaliyah yang dikaji dari dalil-dalilnya
yang terinci (Dede Rosyada).
 Ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad
(penelitian) dan memerlukan pemikiran dan
perenungan.
 KESIMPULAN
 FIQIH ADALAH MEMAHAMI SESUATU
SECARA MENDALAM ATAU ILMU
PENGETAHUAN.

 ISTILAH FIQIH DIGUNAKAN DALAM DUA


ARTI (FUQAHA)
 Nama dari hukum-hukum itu
sendiri
 Hukum yang digali dari sumber
aslinya.
USHUL FIQIH

 Ilmu Hukum dalam Islam yang mempelajari


kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-
sumber secara terperinci dalam rangka
menghasilkan hukum Islam yang diambil dari
sumber-sumber nya.
PEMBAHASAN HUKUM DALAM USHUL
FIQIH
1. HAKIM, yaitu orang yang menetapkan hukum
atau menetapkan baik buruknya satu perbuat-
an (dalam hal ini Allah).
2. HUKUM, yaitu sesuatu yang berasal dari ha-
kim atau firman pembuat syara’ yang berhu-
bungan dengan perbuatan orang dewasa (mu-
kallaf) yang mengandung tuntutan.
3. MAHKUM FIIHI, yaitu perbuatan mukallaf yang
berhubungan dengan hukum. Misalnya wajib,
mandub (sunnat), haram, makruh, dan mubah.
4. MAHKUM ALAIHI, yaitu orang mukallaf (dewasa),
dimana perbuatannya menjadi tempat
berlakunya hukum Allah dan firman-Nya (subyek
hukum). Misalnya wajibnya shalat hanya untuk
orang yang telah mukallaf (dewasa) bukan di-
peruntukkan bagi anak-anak atau orang gila, dsb.
5. AZIMAH DAN RUKHSOH
Azimah, ialah peraturan agama yang pokok dan
berlaku umum sejak dari semula. Sedangkan
Rukhsoh, ialah peraturan tambahan yang dijalan
kan berhubungan dengan adanya hal-hal yang
memberatkan, sebagai pengacualian dari pera-
turan-peraturan pokok
Persamaan dan Perbedaan Syariah dan Fiqih
 PERSAMAAN
 Baik syariat maupun fiqih kedua-duanya dipakai
secara bersama-sama untuk menunjukkan
bahwa hukum Islam itu adalah sistem hukum
yang sempurna.
 Keduanya pada hakekatnya adalah hukum
yang mengatur perbuatan dan sikap manusia
terhadap dua arah, yaitu hubungan manusia
dengan Tuhan yang disebut Ibadah dan
hubungan antara manusia dengan manusia
yang sebut dengan Muamalah.
Perbedaan SYARIAT DAN FIQIH
 Syariat langsung  Fiqih ditetapkan oleh
disyariatkan oleh Allah manusia (para Mujtahid)
berdasarkan Syariat itu;

 Syariat lebih luas daripada  Fiqih hanya terbatas


Fiqih, karena syariat meliputi perbuatan lahir manusia saja
semua perbuatan manusia
baik lahir maupun bathin

 Syariat bagi hukum diartikan  Fiqih bagi dunia hukum


sebagai jalan untuk dipergunakan sebagai
mencapai kebenaran yang term/istilah ilmu
diilhamkan oleh Allah pengetahuan
Perbedaan Syariat dan Fiqih (Mohammad
Daud Ali, 2001,“Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum
dan Tata Hukum Islam di Indonesia)

1. SYARIAT, terdapat dalam AQ dan Kitab Hadist (Wahyu


Allah dan Sunnah Nabi Muhammad SAW); FIQIH,
terdapat dalam kitab-kitab fiqih (pemahaman manusia
yang memenuhi syarat tentang syari’at dan hasil
pemahaman itu;
2. SYARIAT bersifat fundamental dan mempunyai ruang
lingkup yang lebih luas karena ke dalamnya termasuk
pula akidah dan akhlak.
FIQIH, bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas
pada hukum yang mengatur perbuatan manusia (yang
disebut perbuatan hukum)
3. SYARIAT, adalah ketetapan Allah dan
ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku
abadi;
FIQIH, karya manusia yang tidak berlaku
abadi, dapat berubah dari masa ke masa;
4. SYARIAT hanya satu; FIQIH mungkin lebih dari
satu, misalnya terlihat pada aliran-aliran
hukum yang disebut mazhab-mazhab.
5. SYARIAT, menunjukkan kesatuan dalam Islam,
FIQIH, menunjukkan keberagamannya.
Hubungan Syariat dan Fiqih

 Fiqih adalah formula yang dipahami dari


Syariat. Syariat tidak dapat dijalankan
dengan baik tanpa dipahami melalui fiqih
atau pemahaman yang memadai dan
diformulasikan secara baku.
 Fiqih tiudak dapat dipisahkan dari syariat,
oleh karena fiqih adalah bahagian yang
tidak terpisahkan dari syariat.
CONTOH
 A menerima titipan barang dari B, atau A
meminjam barang dari B. Barang
titipan/pinjaman tersebut hilang.
 Ketentuan dalam AQ (Al-Baqarah:283) “ …jika
seorang dipercaya oleh orang lain, hendaklah
orang yang dipercayai itu menunaikan amanah
atau kepercayaan yang diberikan kepadanya itu

 Olehnya itu, siapapun diberi amanah harus
bertanggung jawab, maka A harus
mengembalikan barang B (Permasalahan fiqih
muncul, karena permasalahan ini tidak diatur
dalam ayat tsb.)
 Karena tidak diatur, maka timbullah
berbagai pendapat:
 Mazhab Hanafi, A harus mengganti
kerugian yang diderita oleh B sejumlah
harga barang itu waktu dibeli oleh B.
 Mazhab Hambali, A harus mengganti
kerugian pada B sebesar harga barang itu
ketika hilang ditangannya.
 Mazhab Syafi’I, A harus membayar kerugian
pada B menurut harga tertinggi yang terjadi
antara barang itu dibeli dan dihilangkan oleh A.
JENIS-JENIS FIQIH, antara
lain:
 Fiqih Ibadah (aturan yang berhubungan
dengan ibadah)
 Fiqih Muamalah (hubungan antara manusia
dalam masalah harta)
 Fiqih Munakahat (perkawinan)
 Fiqih Mawaris (Kewarisan)
 Fiqih Jinayah (Pidana)
 Fiqih Siyasah (Politik dan Kenegaraan)
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai