Anda di halaman 1dari 47

1

Studi Kasus Penyakit Non-Infeksi

Kel. 3 B
» RIELENDA FADHILAH, S.Farm 1941012150
» METRI NORSELINA, S.Farm 1941012152
» YUMI RAHMATIKA, S.Farm 1941012154
» RISKI INDRIANI, S.Farm 1941013044
» SISKA INDAH, S.Farm 1941013046
» LEO NISRIADI, S.Farm 1941013048
» ADE IRMA SAFITRY, S.Farm 1941013050
» YUMNA ATHIFAH, S.Farm 1941013052
» TRIA MARSHA, S.Farm 1941013054
Kasus
» Seorang Pasien perempuan berusia 35 tahun dibawa IGD rumah
sakit dengan keluhan kejang berulang sejak kemaren tadi pagi
kejang pada seluruh tubuh, pada saat di IGD pasien masih dalam
keadaan kejang. Keluarga pasien menjelaskan bahwa pasien sudah
menggunakan obat epilepsi sejak usia 8 tahun. Obat yang
digunakan adalah Fenitoin yang diminum 2 kali sehari 200 mg, dan
sejak satu minggu yang lalu pasien berhenti minum obat dengan
alasan tidak sempat kontrol. Selain itu pasien masih dalam
pengobatan TB paru dan sedang menggunakan obat TB paru-nya.
» Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg,
laju pernafasan 40 x/menit, Nadi 100 x/menit, suhu tubuh 360 C.
» Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan dalam batas normal
» Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan kejang (status epileptikus)
dan memberikan terapi berupa: Diazepam 10 mg iv, Setelah diulang
3 kali baru kejang pasien teratasi
» Selanjutnya pasien diberkan injeksi fenitoin 100 mg iv bolus. Dan
dikirim ke ruang rawat inap.
» Di ruang rawat inap pasien diberi terapi sebagai berikut :
» Fenitoin kapsul 200 mg 3 kali sehari per oral (AHFS, 100mg 3-4x/hr) :
100 mg/hr
» Carbamazepin 300 mg 2 kali sehari per oral ( 200 mg 2xsehari, max
1,2 g/hr)
» Rifampisin 450 mg 1 kali sehari per oral
» Isoniazid 300 mg 1 kali sehari
» Pyrazinamid 500 mg 2 kali sehari
» Ethambutol 500 mg 2 kali sehari
Tinjauan
Patofisiologi
Patofisiologi Epilepsi

» Kejang adalah manifestasi paroksismal dari sifat listrik di


bagian korteks otak.
» Terjadi saat ada ketidakseimbangan tiba-tiba antara
kekuatan pemicu (eksikatori) dan penghambat (inhibitori)
dalam jaringan neuron kortikal.

6
Patofisiologi Epilepsi

7
Patofisiologi Epilepsi

» Pada gambar, dijelaskan bahwa pada kondisi nomal impuls saraf dari otak akan
dibawa oleh neurotransmitter seperti GABA melalui sel-sel neuron ke organ
tubuh lain.
» Jika pada sistem tersebut tidak normal maka akan terjadi ketidakseimbangan
aliran listrik pada neuron dan mengakibatkan terjadinya serangan kejang.
» Ketidakseimbangan bisa terjadi karena kurangnya transmisi inhibisi misalnya
terjadi pada keadaan setelah pemberian antagonis GABA atau selama
penghentian pemberian GABA (alkohol, benzodiazepine), atau pada saat
meningkatnya aksi eksitasi seperti meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

8
Patofisiologi Epilepsi

Serangan epilepsi bergantung pada potensial aksi kanal natrium

Mekanisme terjadinya serangan kejang epilepsi diawali dengan


depolarisasi ion kalsium

Tegangan yang dihasilkan akibat aktivasi kanal kalsium menghasilkan jumlah


besar neurotransmitter eksikatori glutamat dilepaskan pada ceelah sinaps

Peningkatan akumulasi glutamat mengaktifkan reseptor NMDA, asam alfa–


amino-3-hidroksi-5-metil–4–isoksazolepropionat (AMPA) yang menyebabkan
neuron hipereksitabilitas

Peningkatan glumatat yang tak terkendali disertai dengan pengurangan


GABAergic yang menyebabkan kurangnya neurotransmitter inhibisi yaitu
GABA mengakibatkan serangan kejang pada kasus epilepsi

9
Patofisiologi Tuberkulosis
» Tempat masuk Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
luka terbuka pada kulit.
» Kebanyakan infeksi TBC terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
basil tuberkel dari orang yang terinfeksi.
» Hanya droplet nuklei yang kecil saja (1-5 mikron) yang dapat melalui dan menembus sistem
mukosilier saluran napas untuk mencapai bronkiolus dan alveolus.
» Basil TB berkembang biak dan menyebar melalui saluran limfe dan aliran darah. Sampai pada
alveolus, terjadi reaksi inflamasi non spesifik. Makrofag memfagosit basil TB tetapi tidak
semuanya mati.
» Penyebaran secara limfogen akan mencapai kelenjar regional sedangkan penyebaran
hematogen akan mencapai organ tubuh.
» Pada organ tertentu (paru, ginjal, dan otak), basil berkembang biak secara luas. Sewaktu
imunitas spesifik mulai terbentuk, tubuh akan menghambat perkembangan basil TB. Pada
sebagian kasus, imunitas spesifik kurang mampu menghambat sehingga dapat terjadi penyakit
TBC.

10
Patofisiologi Tuberkulosis
11
Tinjauan farmakoterapi
Tujuan farmakoterapi
Epilepsi

• mengontrol atau mengurangi frekuensi dan keparahan kejang,


meminimalkan efek samping dan memastikan kepatuhan,
memungkinkan pasien untuk hidup senormal mungkin

Tuberkulosis

• Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta


kualitas hidup
• Mencegah terjadinya kematian karena TB atau dampak buruk
selanjutnya
• Mencegah terjadinya kekambuhan TB
• Menurunkan penularan TB
• Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat (Dipiro edisi
10th, 2017)
Diagnosis epilepsi

Pilihan Farmakoterapi epilepsi


Mulai treatment dengan 1 OAE. Pilih
OAE sesuai klasifikasi kejang dan efek
samping

bebas kejang?

Yes No
Efek samping tidak tolerir Efek samping tidak tolerir

No Yes No Yes

Menurunkan dosis OAE Tingkatkan dosis OAE


(kembali ke box 3) (kembali ke box 3)

Kualitas hidup menigkat Turunkan dosis 1 OAE,


tambahkan 2 OAE
Yes No

Lanjutkan Lihat Box 4: Bebas kejang


pengobatan saat perkembangan
ini
Yes No

Pertimbangkan Efek samping tidak


Bebas kejang lebih 2 penghentian 1 OAE, ditolerir
tahun? kembali ke box 3

Yes No Yes No
Pertimbangkan Kembali ke Hentikan AED yang Tingkatkan 2 OAE,
penghentian OAE box 3 paling kecil perhatikan interaksi
efektifitasnya dan serta kepatuhan
tambahkan 2 OAE lain pasien, kembali ke
box 4

Yes No
Lanjutkan pengobatan Menegaskan diagnosis; Algoritma terapi epilepsi (Dipiro ed
saat ini atau kembali mempertimbangkan 10th, 2017)
ke box 4 operasi, OAE lainnya
Pilihan tarapi obat epilepsi (Dipiro ed 4th, 2016)
Obat Mekanisme kerja Dosis
Gabapentin memodulasi kanal Ca Loading dose:
(Neurontin, dan meningkatkan Tidak direkomendaikan karena waktu paruh obat pendek
aktivitas GABA
generic) Maintenance dose:
  900–3600 mg/hari dalam 3-4 dosis terbagi (dosis lebih dari 10,000 mg/hari
sudah toleransi)
Lamotrigine Mempercepat Loading dose:
(Lamictal, inaktivasi kanal Tidak direkomendasikan karena meningkatkan resiko ruam 
Lamictal XR, natrium Maintenance dose:
generic) 150–800 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis harus diawalai dan
  ditingkatkan sesuai dengan rekomendasi untuk mengurangi resiko ruam
Phenobarbital Mempercepat Loading dose:
(Luminal, generic) inaktivasi kanal 10–20 mg/kg secara infus IV tunggal atau terbagi atau secara oral dalam dosis
  natrium terbagu dari 24-48 jam
  Maintenance dose:
Dewasa: 1–4 mg/kg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi
Anak: 3–6 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
neonatus: 1–3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
Next...
Obat Mekanisme kerja Dosis
Phenytoin Mempercepat Loading dose:
(Dilantin, inaktivasi kanaldws: 15–20 mg/kg IV dosis tunggal atau dosis terbagi.
generic) natrium Bayi dibawah 3 bulan: 10–15 mg/kg IV single dose
    Neonatus: 15–20 mg/kg
single IV dose 
Maintenance dose:
Dws: 5–7 mg/kg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi
Anak: 6–15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
Neonatus: 3–8 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
Topiramate Mempercepat Loading dose:
(Topamax, inaktivasi kanal Na, Tidak direkomendasikan karena meningkatkan efek samping
generic) menghambat aktivitas Maintenance dose:
  glutamat, 100–400 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosisahrus di mulai dari 25-50
meningkatkan mg/hari dan ditingkatkan secara bertahap 3-6 minggu untuk menghindari
aktivitas GABA penigkatan efek samping
 
Obat Mekanisme kerja Dosis
Carbamazepin Mempercepat inaktifasi kanal Loading dose:
natrium Tidak direkomendasikan untuk karena toksisitas tinggi
Maintenance dose:
Sesuaikan dosis selama 3-4 minggu
Dewasa: 10–20 mg/kg/hari dosis terbagi
Anak: 20–30 mg/kg/hari
Dosis terbagi
Ethosuximide
Next... Memodulasi kanal Ca Loading dose:
(Zarontin, generic)   Tidak direkomendasikan karena meningkatkan efek samping
  Maintenance dose:
Dosis awal 250 mg dua kali sehari dan tingkatkan 500–1000 mg dua kali sehari
Clonazepam (Klonopin, Meningkatkan aktivitas GABA Loading dose:
generic)   Tidak direkomendasikan karena meningkatkan efek samping
   
Maintenance dose:
Dosis awal 0.5 mg tiga kali sehari, tingkatkan dosis untuk efektivitas, 3-5 mg/hari
dalam 2 atau 3 dosis terbagi
Valproic acid/ Mempercepat inaktivasi kanal Na Loading dose:
divalproex sodium 20–40 mg/kg
 
Maintenance dose:
Adults: 15–45 mg/kg/day in two to four divided doses
Children: 5–60 mg/kg/day in two to four divided doses
Pilihan Farmakoterapi tuberkulosis
» Tahapan pengobatan TB
⋄ Tahap awal (slm 2 bln): diberikan setiap hari.
⋄ Bertujuan menurunkan jumlah kuman dan
meminimalisisr pengaruh kuman yang sudah resistensi
sejak sebelum pengobatan.
⋄ Tahap lanjutan
⋄ Tahapan yg penting untuk membunuh sisa-sisa kuman
yg masih ada khususnya kuman persisten
Algoritma terapi TBC
(Dipiro ed 10, 2017)

OAT Dosis
harian 3x seminggu
Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum/
(mg/kg BB) (mg) (mg/kg BB) hari(mg)
Pilihan obat lini pertama
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
pada TBC
Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid (Z) 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol (E) 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin (S) 15 (12-18) - 15 (12-18) 1000
Tatalaksana pengobatan TB
1. Pengobatan TB dewasa
⋄ Kategori 1: 2 (HRZE)/ 4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
⋄ diberikan pada pasien:
⋄ TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
⋄ TB paru baru terdiagnosis klinis,
⋄ TB ekstra paru

» Dosis OAT dan KDT kategori 1


Berat badan Tahap awal Tahap lanjutan
tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama
RHZE 16 minggu
(150/75/400/275) RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
» Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
⋄ diberikan pada pasien: Berat badan Tahap awal Tahap lanjutan

⋄ Pasien kambuh, tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S 3 kali seminggu


RH (150/150) +
⋄ Pasien gagal pada pengobatan Kategori , E(400)
⋄ Pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (loss to follow-up) Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg + 2 tab Etambutol
» Dosis paduan OAT dan KDT kategori 2 Streptomisin inj.
38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
+ 750 mg + 3 tab Etambutol
Streptomisin inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg + 4 tab Etambutol
Streptomisin inj.
≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 1000mg + 5 tab Etambutol
Streptomisin inj.
2. Pengobatan TB anak
» Dosis pengobatan TB pada anak
Nama Obat Kisaran dosis (mg/kg Maksimum
BB) (mg)
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) -
Etambutol (E) 20 (15-25) -

» Dosis OAT KDT pada TB anak


Berat badan (kg) Fase intensif (2 bulan) Fase lanjutan (4 bulan)
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5–7 1 tablet 1 tablet
8 – 11 2 tablet 2 tablet
12 – 16 3 tablet 3 tablet
17 – 22 4 tablet 4 tablet
23 – 30 5 tablet 5 tablet
>30 OAT dewasa
Tatalaksan pasien berobat tidak teratur
 Tindakan pada pasien yang putus berobat selama kurang dari 1 bulan
 Dilakukan pelacakan pasien
 Diskusikan dengan pasien untuk mencari faktor penyebab putus berobat

1 bulan  Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi
 Tindakan pada pasien yang putus berobat 1-2 bulan
Tindakan pertama Tindakan kedua
- Lacak pasien Apabila hasil BTA Lanjutkan pengobatan dosis yang terasa sempit
- Diskusikan dengan negatif atau pada seluruh dosis pengobatan terpenuhi
pasien untuk awal pengobatan
Total dosis Lanjutkan pengobatan
mencari faktor adalah pasien TB pengobatan
dosis pengobatan
penyebab putus ekstra paru sebelumnya <5 bulan
terpenuhi
berobat
Apabila salah satu Total dosis Kategori 1:
- Periksa dahak pengobatan
atau lebih hasilnya Lakukan pemeriksaan
dengan 2 sediaan sebelumnya >5 bulan
BTA positif tes cepat dan berikan
contoh uji dan
kategori 2 mulai dari
melanjutkan
awal
pengobatan
sementara
Kategori 2:
menunggu hasilnya
Lakukan pemeriksaan
TCM TB atau dirujuk
1-2 bulan ke RS rujukan TB
MDR
 Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to follow up)
- Lacak pasien Apabila hasilnya Keputusan pengobatan selanjutnya ditetapkan
- Diskusikan dengan BTA (-) atau pada oleh dokter tergantung pada kondisi klinis
pasien untuk awal pengobatan pasien apabila:
mencari faktor adalah pasien TB - Sudah ada perbaikan nyata: hentikan
penyebab putus ekstra paru pengobatan dan pasien tetap di observasi.
berobat Apabila kemudian terjadi perburukan
- Periksa dahak kondisi klinis, pasien diminta untuk periksa
dengan 2 sediaan kembali
contoh uji dan atau - Atau
TCM TB - Belum ada perbaikan nyata: lanjutkan
- Hentikan pengobatan dosis yang tersisa sampai
pengobatan seluruh dosis pengobatan terpenuhi
Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan (WHO, 2003)

 Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to follow up)
- Lacak pasien Apabila hasilnya Keputusan pengobatan selanjutnya ditetapkan
- Diskusikan dengan BTA (-) atau pada oleh dokter tergantung pada kondisi klinis
pasien untuk awal pengobatan pasien apabila:
mencari faktor adalah pasien TB - Sudah ada perbaikan nyata: hentikan
penyebab putus ekstra paru pengobatan dan pasien tetap di observasi.
berobat Apabila kemudian terjadi perburukan
- Periksa dahak kondisi klinis, pasien diminta untuk periksa
dengan 2 sediaan kembali
contoh uji dan atau - Atau
TCM TB - Belum ada perbaikan nyata: lanjutkan
- Hentikan pengobatan dosis yang tersisa sampai
pengobatan seluruh dosis pengobatan terpenuhi
sementara Apabila salah satu Kategori 1
menunggu hasilnya atau lebih hasilnya Dosis pengobatan Berikan pengobatan
BTA (+) dan tidak sebelumnya < 1 bulan kategori 1 dari awal
ada bukti resistensi Dosis pengobatan Berikan pengobatan
sebelumnya >1 bulan kategori 2 dari awal
Kategori 2
Dosis pengobatan Berikan pengobatan
sebelumnya < 1 bulan kategori 2 dari awal
Dosis pengobatan Dirujuk kelayanan
sebelumnya >1 bulan spesialistik untuk
pemeriksaan lebih
lanjut
Apabila salah satu Kategori 1 maupun kategori 2 dirujuk ke RS
atau lebih hasilnya rujukan TB RO
BTA (+) dan ada
bukti resistensi
Analisa DRP serta
rekomendasi
Data Pasien
» • Nama : Tidak diketahui
» • Usia : 35 Tahun
» • Jenis Kelamin : Perempuan
» • Berat Badan : -
» • Tinggi Badan : -
» • Alamat :
Riwayat Penyakit
 Riwayat Penyakit sekarang:
 Epilepsi.
Keluhan : Kejang berulang sejak sehari yang lalu, sesampai di IGD pasien
masih mengalami kejang.
 Pasien sedang dalam terapi pengobatan TB

 Riwayat Penyakit dahulu


 Epilepsi sejak usia 8 tahun
Riwayat pengobatan : Fenitoin capsul 2 x sehari 200mg
Hasil Pemeriksaan
Data Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interpretasi
» Pemeriksaan Fisik
Tekananan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal

Laju pernafasan 12 – 20 x/menit 40 x/menit Tinggi

Nadi 60 – 100 x/menit 100 x/menit Normal

Suhu 36⁰C - 37⁰C 36⁰C Normal

» Pemeriksaan Laboratorium Dalam Batas Normal


Analisis DRP/Drug Theraphy Assessment
Worksheet
Jenis Permasalahan Penilaian Permasalahan (DRP) Komentar/Catatan
Korelasi antara terapi obat 1. Apakah ada pengobatan 1. Ada masalaah (DRP)  Diazepam: mengatasi
dan masalah obat tanpa indikasi obat? 2. Lebih banyak informasi status epileptikus dan
2. Apakah ada obat yang diperlukan untuk mengobati kejang
tidak diketahui (ada yang penetuan  Fenitoin: mengobati
tidak berlabel-sebelum 3. Tidak ada masalah atau kejang dan mengatasi
masuk-kunjungan visit- intervensi yang tidak status epileptikus
tidak diketahui)? diperlukan  Carbamazepine:
3. Apakah ada kondisi mengobati kejang
medis yang tidak diobati?  Rifampisin : mengobati
TBC
 Isoniazid : mengobati
TBC
 Pyrazinamide :
mengobati TBC
 Etambutol : mengobati
TBC
Pemilihan obat yang 1. Apa efek pembanding 1. Ada masalah  Perlu ditambahkan
sesuai dari obat yang dipilih? 2. Lebih banyak informasi vitamin B6 untuk
2. Berapakah obat yang diperlukan untuk mengatasi efek samping
dipilih sudah relative penetuan dari isoniazid yaitu
aman? 3. Tidak ada masalah atau neuropati perifer.
3. Apakah terapi telah intervensi yang tidak
disesuaikan untuk pasien diperlukan
tersebut?
Jenis Permasalahan Penilaian Permasalahan (DRP) Komentar/Catatan
Interaksi : obat-obat, obat – 1. Apakah ada interaksi antar 1. Ada masalaah (DRP) • Carbamazepine dengan
penyakit, obat –makanan, dan obat? Apakah mempengaruhi 2. Lebih banyak informasi rifampisin (rifampisin
obat –tes labor secara klinis? diperlukan untuk penetuan menurunkan efek
2. Apakah ada obat yang di KI 3. Tidak ada masalah atau carbamazepin)
(relative/absolut) pada kondisi intervensi yang tidak • Isoniazid-carbamazepin
penyakit tersebut? diperlukan (isoniazid meningkatkan efek
3. Apakah ada interaksi obat- carbamazepin)
makanan? Apakah secara
klinis signifikan?
4. Apakah ada interaksi uji lab
dengan obat? Apakah secara
klinis signifikan?
Sosial atau penggunaan obat 1. Apakah penggunaan obat 1. Ada masalaah (DRP)  Tanyakan riwayat penyakitnya
pasien secara social 2. Lebih banyak informasi pada keluarga, apakah
bermasalah? diperlukan untuk penetuan penyakit ini adalah turunan
2. Dapatkah penurunan secara 3. Tidak ada masalah atau (gen), atau karna factor lain.
tiba-tiba atau penghentian intervensi yang tidak  Keluhan kejang berulang
obat-obatan berkaitan dengan diperlukan yang dialami pasien
gejala pasien? disebabkan karena pasien
berhenti minum obat sejak
satu minggu yang lalu
Kegagalan dalam menerima 1. Apakah pasien gagal 1. Ada masalaah (DRP)  Ada, karena pasien sudah 1
terapi menerima obat karena 2. Lebih banyak informasi minggu yang lalu berhenti
kesalahan system atau diperlukan untuk penetuan minum obat dengan alasan
ketidakpatuhan? 3. Tidak ada masalah atau tidak sempat control sehingga
2. Apakah ada factor yang intervensi yang tidak epilepsinya kambuh.
menghambat pencapaian diperlukan
efek terapi?
Jenis Permasalahan Penilaian Permasalahan (DRP) Komentar/Catatan

Dampak terhadap 1. Apakah biaya 1. Terdapat masalah  Perlu ditanyakan terlebih


Keuangan pengobatan yang 2. Dibutuhkan informasi dahulu kepada
dipilih sudah efektif? lebih lanjut untuk pasien/keluarga pasien
2. Apakah biaya terapi penetapan mengenai kesanggupan
obat menyebabkan 3. Tidak terdapat dalam menebus obat
kesulitan bagi pasien? masalah atau tidak (jika tidak, berikan obat
membutuhkan generik atas persetujuan
intervensi pasien, atau ambil
separuh saja)

Pengetahuan Pasien 1. Apakah pasien 1. Terdapat masalah  Pasien sudah


tentang Terapi Obat mengerti tujuan dari 2. Dibutuhkan informasi memahami tentang
pengobatannya, lebih lanjut untuk tujuan pengobatan
bagaimana cara penetapan karena pasien sudah
menggunakan, dan 3. Tidak terdapat menggunakan obat
kemungkinan efek masalah atau tidak epilepsi sejak umur 8
samping dari terapi? membutuhkan tahun. selain itu pasien
2. Apakah pasien intervensi juga sudah
memperoleh manfaat menggunakan obat TB
dari peralatan edukasi sebelumnya.
(seperti, lembar
petunjuk, kartu, dan
pengingat pada
kemasan)
Jenis Permasalahan Penilaian Permasalahan (DRP) Komentar/Catatan
Regimen Obat 1. Apakah dosis dan 1. Terdapat masalah  Dosis fenitoin yang diberikan
frekuensi yang diresepkan 2. Dibutuhkan informasi lebih terlalu tinggi, maka perlu
sudah sesuai dengan lanjut untuk penetapan diturunkan, menjadi 100 mg
range terapi dan/atau 3. Tidak terdapat masalah 3-4 kali dalam sehari
dimodifikasi sesuai atau tidak membutuhkan  Dosis carbamazepine yang
kebutuhan pasien? intervensi diberikan kurang tepat,
2. Is pm use appropiate for sebaiknya diturunkan
those medications either menjadi 200 mg 2xsehari,
prescribed or taken that DM : 1,2 g/hr
way?  Penggunaan pyrazinamide
3. Apakah rute/bentuk sebaiknya diubah menjadi 1
sediaan/cara administrasi g 1xsehari untuk
sudah sesesuai, meningkatkan kepatuhan
mempertimbangkan pasien dalam
efikasi, keamanan, mengkonsumsi obat
kenyamanan, keterbatasan  Penggunaan ethambutol
pasien, dan biaya? sebaiknya diubah menjadi 1
4. Apakah dosis yang g 1xsehari untuk
ditentukan dapat meningkatkan kepatuhan
memaksimalkan efek pasien dalam
terapi dan kepatuhan dan mengkonsumsi obat
meminimalkan efek yang
tidak diinginkan, interaksi
obat, dan kompleksitas
regimen?
5. Apakah lama terapi sudah
tepat?
Jenis Permasalahan Penilaian Permasalahan (DRP) Komentar/Catatan
Duplikasi Terapi 1. Apakah terdapat duplikasi 1. Terdapat masalah  Carbamazepine dan fenitoin
terapi? 2. Dibutuhkan informasi lebih memiliki mekanisme kerja
lanjut untuk penetapan yang sama
3. Tidak terdapat masalah
atau tidak membutuhkan
intervensi

Alergi Obat atau Intoleransi 1. Apakah pasien alergi atau 1. Terdapat masalah  Perlu ditanyakan kepada
intoleran terhadap obat 2. Dibutuhkan informasi lebih pasien apakah pasien
tertentu (atau pengobatan lanjut untuk penetapan memliki alergi atau intoleran
yang berhubungan secara 3. Tidak terdapat masalah terhadap obat tertentu
kimia) yang sedang atau tidak membutuhkan
diperoleh? intervensi
2. Apakah pasien
menggunakan metode
tertentu untuk mengingatkan
tenaga kesehatan mengenai
alergi/intoleransi (atau
masalah medis serius)?
Rekomendasi
Health care Pharmacotheurapic Recommendations Monitoring Desired Monitoring
need goal for therapy parameter(s) endpoint (s) frequency
Kontrol Selektif menstabilkan Fenitoin cap - Plasma level - plasma : >10  
100mg, 3 x sehari. - Serum level mcg/mL
status kejang Diminum seseudah - CBC (10-20 mcg/mL)
epileptikus ambang batas dan makan (Complete  
tonik-klonik menekan aktivitas blood count)
- Urin
umum kejang - Albumin
  di korteks motorik. - trombosit
 
Pengobatan Membunuh bakteri Rifamfisin (KDT : - Bilirubin   (1x sebulan)
untuk TB dengan menghambat 150mg) 4 tab, 1x - sCr
paru pertumbuhan sehari - CBC
RNA/DNA bakteri - Trombosit
M.Tuberculosis
Rekomendasi

Health care Pharmacotheura Recommendations Monitoring Desired endpoint Monitoring


need pic goal for therapy parameter(s) (s) frequency
Mencegah Sumber eksogen Pyridoxine tab 100      
neuropati vitamin B6 mg, 1x sehari
akibat diperlukan untuk
penggunaan asam amino,
INH karbohidrat, dan
metabolisme lipid
 
Mencegah Di tulang, Vit D 800mg, 1 x - Kalsium serum   3x dalam seminggu
defisiensi bertindak dengan sehari dasar
akibat PTH untuk - Albumin
penggunaan merangsangresor - Aluminium
fenitoin psi kalsium   - fosfor
Health care Pharmacotheurapic Recommendations for Monitoring Desired endpoint Monitoring frequency
need goal therapy parameter(s) (s)
Pengobatan - Pasien sembuh - Pengobatan dengan 1. SGPT&SGOT 1. 7-56 µ/L & 5-40 1. Sekali sebulan
TBC dari TBC OAT selama 6 2. Pemeriksaan µ/L 2. Akhir bulan kedua
bulan. 2 bulan sputum 2. Sputum BTA pada fase intensif
intensif dan 4 bulan 3. Tes penglihatan negatif (-) dan akhir bulan
fase lanjutan. Pada (Visual testing) 3. Penglihatan keempat pada fase
fase intensif obat normal/tidak lanjutan
diberikan dalam memiliki 3. Pada awal terapi
bentuk OAT-KDT gangguan dan periodik
RHZE (150 / 75 / (pemeriksaan setelah terapi
400/ 275) 4 tablet subjektif) berjalan (dievaluasi
sekali sehari. Pada sekali sebulan pada
fase lanjutan obat pasien yang
diberikan dalam mendapat terapi
bentuk OAT-KDT etambutol >15
RH (150 / 150 ) 4 mg/kg/hari,
tablet 3 kali mendapat terapi
seminggu etambutol >2 bulan,
dan pada pasien
dengan penurunan
fungsi ginjal)
Health care Pharmacotheurapic Recommendations for Monitoring Desired Monitoring
need goal therapy parameter(s) endpoint (s) frequency
Pengobatan - Pasien patuh - Pemberian edukasi 1. Kepatuhan pasien 1. Pasien patuh 1. Setiap hari
TBC terhadap mengenai pentingnya terhadap terapi selama
pengobatan kepatuhan terhadap (dilakukan melalui perawatan di
pengobatan. interview) rumah sakit
Pemberian PIO
kepada pasien
terutama mengenai
efek samping obat
yang mungkin terjadi
Rencana
asuhan/pelayanan
kefarmasian
Rencana Pemantauan Efek Terapi
Date time
             
Pharmacotherapeutic Monitoring Monitoring
Desired
Goal Parameter Frequency
Endpoint            

Phenytoin Plasma level plasma : >10 1 minggu saat setelah            


  mcg/mL pemberian terapi terapi
  (10-20
  mcg/mL)
  Serum level 1 hingga 2              
  albumin mcg / mL
  Keracunan < 20 mcg / mL              
  dimulai dengan
nystagmus
CBC (Complete                
blood count)
 HB Lk : 14-16              
Pr: 12-14 gr/dl
 Eritrosit Lk : 4,5-5,5              
juta
Pr: 4-5 juta/µL
 Leukosit 4.000-              
10.000/µL
 Trombosit 150-450              
Date time
             
Pharmacotherapeutic Monitoring Monitoring
Desired
Goal Parameter Frequency
Endpoint
           

 Phenytoin Urin                
 
Albumin                
 
Trombosit                
Piridoksin Muncul/tidaknya Neuropati tidak Ketika muncul efek            
gejala neuropati muncul samping
Vitamin D Kalsium serum   3 kali dalam seminggu            
 
 
dasar
  Albumin        
 
Aluminium        

fosfor        

Albumin        

Pengobatan TBC SGPT&SGOT 7-56 µ/L & 5-40 Sekali sebulan            


  µ/L  
Kepatuhan pasien Pasien patuh Setiap hari selama            
terhadap terapi perawatan di rumah
(dilakukan melalui sakit
interview)  
Date time
             
Pharmacotherapeutic Monitoring Monitoring
Desired
Goal Parameter Frequency
Endpoint            

 pengobatan TBC Pemeriksaan Sputum BTA Akhir bulan kedua            


sputum negatif (-) pada fase intensif
  dan akhir bulan
keempat pada fase
lanjutan
Tes Penglihatan Pada awal terapi dan            
penglihatan normal/tidak periodik setelah
(Visual testing) memiliki terapi berjalan
gangguan (dievaluasi sekali
(pemeriksaan sebulan pada pasien
subjektif) yang mendapat
terapi etambutol >15
mg/kg/hari,
mendapat terapi
etambutol >2 bulan,
dan pada pasien
dengan penurunan
fungsi ginjal)
RENCANA PEMANTAUAN EFEK SAMPING OBAT
No Nama Obat Regimen Dosis Manifestasi ESO Cara Mengatasi ESO
1. OAT- KDT 150 mg
RHZE(150/75/400/275)
(seperti pro TB 4) 4
tablet sekali sehari.

a. Rifampisin Tinja, urin , dahak, keringat, Diberi penjelasan ke pasien agar tidak perlu
dan air mata berwarna cemas dan khawatir, hal tersebut memang
gelap (oranye kemerahan) merupakan efek samping dari obat, tidak perlu
  di beri apa-apa
 
Kehilangan nafsu makan, obat disarankan diminum pada malam hari
malaise, mual dan muntah sebelum tidur.
   
Gangguan fungsi hati  Lakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT
secara berkala dan berikan hepatoprotektor
 
Gatal dan kemerahan pada Berikan anti histamin, sambil meneruskan OAT
kulit dengan pengawasan ketat
   
Hormon kontrasepsi oral Ganti kontrasepsi oral dengan kontrasepsi IUD
tidak efektif bila diberikan
bersama dengan rifampisin,
yang menyebabkan
kegagalan kontasepsi.
No Nama Obat Regimen Dosis Manifestasi ESO Cara Mengatasi ESO
b.Isoniazid 75 mg - Neuritis perifer, gangguan pada - Berikan vitamin B6 (piridoksin)
sistem saraf yang
- Lakukan pemeriksaan SGOT dan
mengakibatkan terjadinya
SGPT secara berkala dan berikan
kesemutan sampai rasa
hepatoprotektor
terbakar dikaki
- Gangguan fungsi hati
- Gatal dan kemerahan pada kulit
- Berikan anti histamin, sambil
meneruskan OAT dengan pengawasan
ketat
c. Pirazinamid 400 mg - Gout arthritis - Lakukan tes kadar asam urat secara
berkala, dan untuk terapi nya dapat
diberikan NSAID atau allopurinol
- Gangguan fungsi hati - Lakukan pemeriksaan SGOT dan
SGPT secara berkala dan berikan
hepaprotektor
- Gatal dan kemerahan pada kulit - Berikan anti histamin, sambil
meneruskan OAT dengan pengawasan
ketat
d. Etambutol 275 mg - Gangguan penglihatan - Pemakaian etambutol harus dihentikan
- Lakukan pemeriksaan SGOT dan
- Gangguan fungsi hati SGPT secara berkala dan berikan
hepatoprotektor
- Berikan anti histamin, sambil
- Gatal dan kemerahan pada kulit meneruskan OAT dengan pengawasan
ketat
No Nama Obat Regimen Dosis Manifestasi ESO Cara Mengatasi ESO

2. Fenitoin kapsul PO - gangguan saluran cerna, - Apabila merasakan meningkat nya


100 mg/hari pusing, nyeri kepala, tremor, stress, kemunculan depresi,
3 x sehari insomnia, neuropati perifer, perubahan mood atau perilaku yang
ataksia, bicara tak jelas, tidak biasa, atau pemikiran tentang
penglihatan kabur, ruam, melukai diri sendiri segera laporkan
dapat meningkatkan stress, ke keluarga atau kepada orang-
kemunculan depresi, orang terdekat.
perubahan mood atau perilaku
yang tidak biasa, atau
pemikiran tentang melukai diri
sendiri
- mengurangi kandungan - Berikan suplemen vitamin D kepada
mineral dalam tulang pasien
3. Vitamin B6 (Piridoksin) 100 mg - Hipersensitivitas, Sakit kepala, - Segera laporkan dan hentikan
Tablet 1 x sehari mual, parasthesia, penggunaan apabila mengalami efek
mengantuk, penurunan samping tersebut.
konsentrasi asam folat serum,
peningkatan AST serum
No Nama Obat Regimen Dosis Manifestasi ESO Cara Mengatasi ESO
4. Vitamin D 800.mg - Overdosis Vitamin D dapat - Laporkan segera apabila
(Calsiferol) Tablet 1 x sehari menyebabkan mengalami gejala
hiperkalsemia, hiperkalsemia. Penyesuaian
hiperkalsiuria, dan dosis atau pengobatan mungkin
hiperfosfatemia. Tanda dan diperlukan. Kepatuhan terhadap
gejala keracunan vitamin D suplemen kalsium dan
seperti nyeri tulang, pembatasan fosfor diperlukan
sembelit, mulut kering, untuk memastikan efektivitas
sakit kepala, nyeri otot, terapi yang optimal. Hindari
mual, mengantuk, muntah, penggunaan obat-obatan tanpa
dan lemah. resep, termasuk antasida yang
mengandung magnesium.
Rencana Edukasi Pasien
Uraian Edukasi
Rifampisin Penggunaan OAT rifampisin menyebabkan sekret (urine, tinja, keringat)
berwarna kemerahan, pasien diberi penjelasan bahwa hal tersebut tidak apa-
apa, tidak perlu khawatir
Isoniazid Penggunaan OAT isoniazid menyebabkan terjadinya neuritis perifer yang
mengakibatkan terjadinya kesemutan sampai rasa terbakar dikaki, solusinya
pasien dianjurkan mengkonsumsi vitamin B6 (piridoksin).
Pirazinamid Penggunaan OAT pirazinamid dapat menyebabkan meningkatnya asam
urat, apabila pasien merasakan nyeri pada persendian, segera hubungi
dokter dan lakukan pemeriksaan, untuk menurunkan kadar asam urat dapat
dikonsumsi obat Allopurinol dan untuk nyeri nya diberikan NSAID
Etambutol Penggunaan OAT etambutol menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan,
apabila hal itu terjadi hentikan penggunaan obat, dan segera laporkan ke
dokter.
Fenitoin Penggunaan obat fenitoin dapat menyebabkan meningkatnya stres,
kemunculan depresi, perubahan mood atau perilaku yang tidak biasa, atau
Edukasi Umum pemikiran tentang melukai diri sendiri, apabila hal itu terjadi, segera laporkan
ke keluarga atau kepada orang-orang terdekat.
Uraian Edukasi
Edukasi Secara Umum  Pasien harus meminum obat secara rutin, tidak boleh lupa

 Apabila melewatkan jadwal minum suplemen vitain B6,


disarankan untuk segera meminumnya ketika teringat jika
jeda dengan jadwal inum berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, abaikan saja dan jangan menggandakan
dosis.

 Upayakan posisi aliran udara ke kamar penderita TB tidak


Lanjutan…
berhadapan dengan posisi keberadaan seseorang dan
ruangan bisa masuk sinar matahari

 Pisahkan ruang tidur untuk sementara waktu

 Gunakan masker bila ingin bersama keluarga, untuk


meminimalkan kemungkinan tertularnya anggota keluarga
lain

 Bila ada anggota keluarga yang menderita batuk lebih dari


3 minggu, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,
segera periksakan ke dokter

 Pasien harus diawasi apabila sedang berenang,


mengemudikan kendaraan, dan kegiatan lainnya yang
dapat berbahaya bila mengalami penurunan kesadaran
tiba-tiba.

Anda mungkin juga menyukai