Anda di halaman 1dari 8

SELF CONTROL

MUSLIMAH
Ustadzah Cut Rafiqa Majid Hafidzahallahu

Direktur Kobar Islamic Academy


Direktur Luqmanulhakim Academy
Praktisi dan Pengajar Islamic Parenting
Konselor Pernikahan, Anak, Remaja dan Keluarga Muslim

Summary

STIES Imam Asy Syafi’i Pekanbaru


STDI Imam Asy Syafi’i Jember
SELF CONTROL MUSLIMAH

Berbicara tentang wanita, wanita adalah makhluk yg sangat unik, ia punya


ragam perasaan dibandingkan dengan laki – laki. Dalam ilmu psikologi, wanita
bisa berfikir multi, walhasil kurang nya self control, hal ini dikarenakan bahwa
wanita pendek akalnya karena hakikatnya wanita demikian, oleh karena itu
wanita butuh laki laki yg panjang akalnya yg bisa menasehati wanita. Wanita
tau banyak hal namun ada kondisi psikis yg tidak bisa di kontrol di dirinya. Saat
ini yg harus kita lakukan adalah jangan menjadi akhwat yg shalehah tampak
dzahir tetapi di dalam kesunyian berbuat maksiat, Semoga kita semua adalah
orang orang yg Allah pilih untuk mampu belajar dan semangat dalam mencari
ilmu, Allahumma aamiin
Dari perspektif psikologi, yang dimaksud dengan self control adalah
pengendalian diri atau penguasaan diri dalam suatu hal. Sedangkan di dalam
islam self control juga merupakan mujahadah al nafs, artinya perjuangan
sungguh sungguh atau jihad melawan ego dan nafsu yg ada di dalam diri.
Kenapa demikian disebut “perjuangan”? Karena sulitnya untuk mengendalikan
diri kecuali dengan ilmu. Pengendalian diri ini termasuk mengendalikan diri di
dunia maya ataupun di dunia nyata.
Lalu kenapa disebut “mujahadah”? Karena memiliki kecenderungan untuk
mencari segala sesuatu hal sehingga dikhawatirkan melanggar norma norma
agama.
Jadi ketika kita berinteraksi dengan sesama manusia maka gunakan lah otak
pikir sehingga self control ini berada di depan. Pusat self control ini terletak di
otak fikir yaitu dekat dengan dahi dan ubun ubun. Fungsinya agar kita bisa
menahan lisan, menjaga rasa malu karena otak kita telah berfikir dan
mempertimbangkan sebelum mengaktualisasikan diri. Sudah hal yang umum
diketahui bahwa wanita senang sekali akan pujian, sehingga wanita
mengendalikan nya dengan menggunakan otak belakang atau disebut juga
dengan otak emosi, itulah mengapa demikian wanita dominan dengan
perasaan nya. Alangkah baiknya jika wanita berfikir sebelum
mengaktualisasikan dirinya, think about “Do I need to expose my feeling on
something it’s not should be ? Perlukah saya untuk mengeskpresikan rasa
senang saya dalam hal ini dan itu ? maka sangat perlu kita menjaga izzah
(kehormatan) dan iffah (kesucian) agar kehormatan diri kita tetap terjaga.
Pengendalian diri ini berkaitan dengan emosi, manner dan attitude ada pada
dalam pengendalian emosi wanita, yaitu kecerdasan emosi kita. Kita tidak
hanya dituntut untuk mengendalikan kecerdasan intelektual saja, tetapi kita
juga dituntut untuk mengendalikan kecerdasan emosional yang ada dalam diri.
Di dalam Studi Neuro Sains Allah menciptakan otak yang sedemikian rupa luar
biasa menakjubkan, tugas kita adalah menjaga nya agar tidak melampaui batas
di dalam bersikap. Ada 3 alasan yang menyebabkan kita harus mengendalikan
diri yakni :

1. Kita mempunyai kecenderungan negatif di dalam diri kita, dan terkadang


syaithan lebih mudah mempengaruhi kita dalam perasaan negatif. Syaithan
selalu menghasut sehingga kita sulit mengendalikan emosi, ketika kita
mengaktifkan perasaan negatif kemudian melihat hal yang dilarang oleh Allah
hanya untuk memuaskan hawa nafsu, maka syaithan akan cepat menguasai
kita, maka kita akan selalu dikuasai dengan kecenderungan dengan hal - hal
yang negatif. jika kita bisa kendalikan maka kita akan punya mental yg tangguh
2. Dikarenakan seseorang salah tempat dalam mendahulukan sesuatu.
Maksudnya ketika kita sulit untuk mengendalikan diri karena sudah salah
tempat dalam meletakkan yaitu menjadi peope pleasure (tidak enakan)
sehingga merusak benteng yang sudah di jaga
3. Ketidakmauan dalam mengendalikan diri akibat lebih mengedepankan hawa
nafsu dan meremehkan hal tersebut. Firman Allah yang artinya,

“Dan bersegaralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang
bertakwa” QS. Ali Imran ayat 133

Artinya ketika kita menghadapi hal diluar kendali kita bersegeralah terhadap
ampunan Rabb kita.

Contoh Pengendalian Diri


Pengendalian diri yang paling sulit adalah pengendalian diri saat bertemu
dengan lawan jenis, sehingga lebih dominan perasaan. Karena nya pemuda
yang sholeh jika ia mampu menjaga dirinya dan taat terhadap Rabb nya maka
ia akan mendapatkan naungan Allah, sadarilah bahwa kita semua akan dihisab,
semua anggota tubuh kita akan berbicara ketika hari akhir, kita akan ditanya
Allah. Berikut adalah contoh pengendalian diri :

1. Pengendalian diri dalam mencontek, yaitu dengan ikhtiar belajar dengan


sungguh - sungguh
2. Pengendalian diri terhadap amanah, yaitu dengan bertanggung jawab
3. Pengendalian diri dalam menjaga hijab kita
4. Pengendalian diri terhadap rasa malu, karena rasa malu adalah mahkota
kemuliaan seorang muslimah

Rasa malu di zaman sekarang sangat langka, maka malu ini sangat lah
berharga. Fenomena yang terjadi saat ini banyak wanita yang sudah berhijab
namun rasa malu nya pudar seperti tertawa terbahak – bahak (keras),
berlenggak – lenggok dalam berjalan, dan sebagainya. Perlu kita ketahui
antara hijab dan rasa malu, itu satu paket. Banyak sekali wanita – wanita yang
sudah menikah pada usia muda namun sulit untuk mengendalikan diri.
Sadarlah wahai wanita inilah yang menyebabkan kita hilang identitas.

Role Model Wanita Adalah Istri – Istri Rasulullah


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dulu mengangkat derajat wanita dari
kehinaan kemudian kita menjadi wanita yg memiliki kedudukan tinggi di dunia.
Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam,
kepada siapakah aku harus berbuat kebaikan ya Rasulullah ? beliau menjawab,
“ibumu.” Ia bertanya, “lalu siapa ?” beliau menjawab, ”ibumu.” Ia bertanya lagi,
“kemudian siapa ?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “lalu siapa ?”
Nabi menjawab, “ayahmu.” (HR Al Bukhari Muslim).
Tiga kali wanita disebutkan, inilah bukti bahwa wanita sebagai seorang ibu
tinggi derajat nya.
Di dalam berdakwah, ranah wanita yaitu di kalangan anak – anak dan wanita,
baik wanita muda maupun wanita tua. Jika kita saling tolong menolong dalam
hal kebaikan ranah nya pun di kalangan anak anak dan sesama wanita. Seperti
yang dilakukan Ummahatul Mukminin dalam berdakwah dan berinteraksi ada
adab adab yang perlu diperhatikan, kala itu istri Rasulullah ‘Aisyah bertanya
dibalik tabir. Demikian beliau menjaga kehormatan nya. Bayangkan jika kita
tidak punya izzah dan iffah. Hilanglah sudah kehormatan diri. Wanita berbeda
dengan laki – laki, laki – laki adalah seorang pemimpin ummat, dan berdakwah
di kalangan ummat. Dalam berinteraksi ada hal yang harus diperhatikan wanita
yaitu suara, hukum suara pada asalnya tidaklah haram maka janganlah
mendayu - dayu, jangan sampai salah digunakan di depan laki laki ajnabi,
jatuhnya haram. Hati hati dengan perkara bermudah - mudahan, sebaiknya
dihindari. Wanita harus seperti karang, di terpa badai, hujan, gelombang ia
tetap berdiri tegap karena ia punya pijakan yg kokoh. jangan seperti ikan mati
yang mudah terbawa ombak. Untuk memiliki self control yang baik diperlukan :
1. Akidah yang kokoh
2. Belajar tauhid, sepanjang hayat sampai nyawa di kerongkongan
3. Harus memiliki benteng akhlak, dengan begitu tidak akan bermudah
mudahan
4. Faham apa itu izzah dan iffah sehingga tidak gampang mengekspos
dirinya
Fenomena yg terjadi di zaman sekarang begitu banyak akhwat yang senang
diekspos. Misalnya menjadi seorang youtuber, betul sekali bahwa kita mungkin
bisa sukses dengan cara tersebut namun disitulah kita harus berfikir, disinilah
letak pengendalian diri kita sebagai wanita muslimah, jangan sampai kita
memperturutkan hawa nafsu kita saja, think before action. Kita akan
mempertanggung jawabkan semuanya di hadapan Allah dengan hisab yang
lama. Perlunya kita berfikir, apakah hal ini dicontohkan tidak oleh ummahatul
mukminin ? karena seorang muslimah harus memiliki kesadaran yg tinggi.
Tolak ukur sebuah kebenaran itu pada ketenangan hati kita, kalau kita gelisah
maka itu salah, yang menjadi salah kadang kita tidak bisa mengendalikan hati
kita, menafikannya. Firman Allah yang artinya,

“Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian


untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda
– tanda kekuasaan Allah, mudah – mudahan mereka selalu ingat.” QS. Al A’raf
ayat 26

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anak perempuanmu dan
istri – istri orang mukmin: “hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi
Maha penyayang. QS. Al Ahzab 59

Cerminan izzah dan iffah


“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” QS. An Nur ayat 31

Harus kita ingat lagi dan sadari bahwa wanita senang dipuji, karena pujian
itulah kita menjadi orang yang lemah, tergadaikan izzah dan iffah kita, berbicara
tentang self control dalam islam juga bagian dari kesabaran, dan ini adalah
tingkat kesabaran yang paling tinggi yakni menjauhi larangan yg digemari
(bukan kebutuhan tetapi keinginan) ini adalah kesabaran yg paling berat.

Apa itu Delay Gratification ?


Delay gratification secara bahasa adalah menunda kepuasan. Secara istilah
adalah kemampuan menahan diri untuk mendapatkan kepuasan. Di dalam
Islam menunda segala sesuatu hal yang menyenangkan di dunia (tapi tidak
ada kebaikan) justru malah menjerumuskan kita. Mengendalikan diri agar tidak
bermudah mudahan. Ingatlah pepatah "Kehidupan dunia sementara, akhirat yg
kekal". Namun bagi orang yang mampu mengendalikan dirinya dari hal yang
dilarang oleh Allah maka ia akan diberikan balasan yang besar di akhirat in
syaa Allah. Ada beberapa hal yang harus kita pahami untuk mengendalikan diri
yang paling utama yaitu akidah. Jangan lupa di akhir zaman ini, bekal yang
harus dimiliki adalah :
1. Iman
2. Ketakwaan
3. Bekal ilmu
4. Teman yg shaleh
5. Memperbanyak membaca Al Qur’an menjadi obat bagi jiwa
6. Menjaga rasa malu
7. Belajar mengelola emosi
8. Belajar untuk menjadi pribadi yang sabar dan kokoh seperti batu karang
9. Memiliki izzah dan iffah

9 hal ini menjadi bekal di akhir zaman sehingga kita punya benteng
pengendalian diri. Mudah mudahan kita bisa menjadi pribadi yang tangguh,
pesan dari Ustadzah Cut Rafiqa Majid “Seorang akhwat akhir zaman harus
punya mental baja dan tangguh, tidak seperti kerupuk. Serta bertakwalah
kepada Allah dimanapun kita berada”.
Question and Answer Page

1. Bagaimana kita menyampaikan terkait self control dengan bahasa yang


sederhana dengan orang awam ? Tidak dengan bahasa yg berat ?

Sebenarnya yang membuat tampak berat adalah sulit menerima,


kebenaran memang harus disampaikan tetapi ada seninya, ada hal
positif yang orang tersebut lihat dari diri kita, kemudian jika ingin
menyampaikan suatu hal coba fasilitasi dahulu misalnya traktir makan,
dalam perut kenyang orang akan lebih mudah menerima nasihat.
Kuncinya adalah coba dulu sampaikan dengan cara yg ahsan, ini akan
membuat dia lebih tersadarkan in syaa Allah. Usahakan kita menjadi
orang yang ketika kita bertemu orang ada ilmu yg didapatkan orang
lain dari kita. Jangan menggebu gebu memberi nasihat, dan jangan takut
menyampaikan kebenaran, karena tugas kita meluruskan yang bengkok,
mengajak manusia lebih mengenal Rabb nya. Jangan menyerah dulu
untuk menyampaikan. Di dalam psikolog ada teknik mirroring, belajar
beradaptasi, kita lihat apa yang lawan bicara kita sukai kemudian masuk
dari sisi itu. Misalnya drama korea. Kemudian ajak berfikir dan
pengendalian diri. Manusia ketika diingatkan perkara akhirat maka
hatinya akan lembut in syaa Allah. Memberi nasihat sekaligus reminder
ke diri sendiri, jangan seperti “kamu tu ga boleh gitu gini, “nanti masuk
neraka loh.” Sederhanakan bahasa ke orang - orang yang masih butuh
proses dalam menerima, tapi jangan menyerah dulu.

2. Iri dengan teman yang sudah menikah, mohon nasihat dalam


mengkontrol diri ustadzah

Sibukkan diri menjadi Thalabul ‘ilm untuk menafikan perasaan cemas.


Perasaan cemas adalah hal yang wajar akan segera sembuh ketika
dibentengi dengan ilmu. Cara mengendalikanya dengan memainkan
fikiran kita agar logis sehingga berkhusnudzan kepada Allah, jangan
sampai di bajak karena emosi, ketika kondisi jiwa sedang futur, cepat –
cepat ganti fikiran negatif tadi dengan fikiran positif dan yakin dengan
takdir Allah. Positive self talk bisa kita lakukan, istilah dalam agama
adalah memberi udzur kepada diri kita, katakan dalam hati mungkin
Allah tidak beri sekarang, Allah masih memberikan kesempatan disaat
sendiri untuk banyak – banyak belajar. Positive self talk sangat
bermanfaat untuk diri kita. Ketahuilah tidak ada orang yang bisa
mengendalikan diri kita selain diri kita sendiri. Masalah jodoh Allah yang
mengetahui, kita tidak mengetahui, karena ini perkara ghaib.

3. Bijak tidak jika menonaktifkan akun instagram khusus dakwah karena


takut lalai ?

Ini kembali lagi pada diri kita dalam menentukan skala prioritas, media
sosial adalah wasilah orang kemudian hijrah mendapatkan tausyiah
atau kata motivasi, kata ulama, dan sebagainya. Ini kembali kepada
pribadi masing masing. Cobalah belajar manajemen waktu dan skala
prioritas, bisa kita lakukan multi atau tunggal. Ustadzah Cut Rafiqa
menggunakan 4 skala prioritas dalam hidupnya :
1. Kepada Allah, ibadah. Hablumminallah
2. As a wife, sebagai seorang istri
3. As a mother, sebagai ibu dari anak anak, mendidik mentarbiyah
4. As a human social, sebagai makhluk sosial, sebagai ummat nabi
Muhammad meneruskan dakwah Rasulullah, sesuai ranah yang
diikat.
Dalam segala hal tinjau dari segi maslahat dan mudharatnya. Mulailah
dakwah dari ranah kecil, mulai dari keluarga sampai ummat. Tergantung
mana yang menjadi urgensi kita, kembali pada pola pikir kita, kira - kira
banyak maslahat atau mudharatnya, bisa atau tidakkah kita
menjalankan skala prioritas tersebut.

4. Tips supaya tidak kesepian ? Dan bagaimana mencintai pasangan dan


tidak berlebihan mencintai pasangan kita ?

Sibukkan dengan hal - hal yang positif, ada yang nama nya kurikulum
hidup, jangan seperti air mengalir berjalan apa adanya. Seorang muslim
harus punya kurikulum kehidupan, mulai dari apa tujuan hidup ? apa
yang saya lakukan di dunia ? Jangan sampai merasa sepi karena sepi
cenderung membuat jiwa jadi kosong, celah masuknya setan. Sibukkan
diri, usahakan dari bangun tidur sampai tidur ada aktivitas yang
bermanfaat.
Tentang suami, mencintai pasangan sebaiknya sesuai kadarnya saja,
itu patokannya. Jangan sampai jatuhnya ghuluw, berlebihan dalam
bersikap, mengekspresikan diri. Tanamkan dalam diri semua yang ada
di dunia ini pasti hilang pasti mati. Maka mohonlah kepada Allah,
mintalah kepada Allah untuk menjadikan cinta kita kepada pasangan
membawa kita semakin dekat dengan Allah, dipertemukan di akhirat.
Serahkan penjagaan kepada Allah, tugas kita ikhtiar berbuat baik
mencintai pasangan dengan kadarnya.

5. Berapa maksimal kajian online yang sebaiknya kita ikuti dalam sehari ?
Dan berinteraksi perihal agama dengan ikhwan apakah diperbolehkan ?

Tergantung waktu yang kita gunakan, jangan sampai melalaikan kita


sampai kita lupa dengan ilmu tersebut, semua tergantung dari
bagaimana kita membagi waktu.
Jikalau ada ikhwan nanya perihal agama, katakan “'Afwan ana masih
thalabul ‘ilmu tanyakan kepada ahlinya” untuk menghindari hal - hal yang
tidak bisa control nantinya.

6. Bagaimana berinteraksi di perkuliahan yang bercampur baur agar tetap


sopan dan tidak menjatuhkan jati diri sebagai muslimah?

Jika tempat kuliah kita ada ikhtilat, hal yang dapat kita lakukan adalah
menjaga batasan diri kita. Ulama memfatwakan asalkan si akhwat
mengenakan pakaian muslimah yang benar serta menjaga rasa
malunya dan memperhatikan adab dengan lawan.
Sebaiknya dan seharusnya tidak ikhtilat, tapi karena kondisi begitu jadi
bentengilah diri. dalam hal ini Ulama mengatakan seorang muslimah
harus bisa menjaga dirinya dari fitnah, itu kuncinya. Harus mengingkari
hal tersebut. Dan ketika kuliah tunaikan hajat sebagai mahasiswi, kuliah
tidak perlu aktif - aktif jika terlalu banyak ikhtilat.

7. Ketakutan untuk menikah karena inner child, bagaimana caranya


mengatasi hal itu ?

Terkait tentang inner child ini butuh accessment butuh melihat akar
masalahnya, jika inner child tersebut ada kaitannya dengan traumatis,
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyelesaikan
masalah di masa lalu tersebut sehingga minimal kita sudah berdamai,
sudah survive, sudah punya pijakan, karena kalau tidak survive nanti
ketika menikah akan bertambah repotnya. Healing dulu inner child nya,
cari bantuan tenaga professional, bagaimana cara saya self healing.
Katakan pada diri sendiri bahwa takdir itu hikmah sehingga tidak
menyatakan diri kita sebagai korban.

8. Bagaimana untuk yakin dalam memilih pasangan ? Manakah yang baik


semanhaj namun tidak sesuai dengan karakternya atau tidak semanhaj
namun terlihat shalih ?

Memang sangat ideal dan indah sekali jika satu pemahaman, semanhaj
dan sesuai dengan karakternya. Namun jika ada muslim belum
mengenal sunnah tapi hanif (lurus) in syaa Allah itu baik. Maksud hanif
disini tidak berafiliasi. Jangan sampai kita terlalu kaku dalam memahami
sesuatu. Tak perlu tanya apa manhajnya. Cukup dengan pertanyaan
tentang Allah berada dimana ? Bagaimana tentang maulid nabi ? dan
sebagainya.

Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai