MUSLIMAH
Ustadzah Cut Rafiqa Majid Hafidzahallahu
Summary
“Dan bersegaralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang
bertakwa” QS. Ali Imran ayat 133
Artinya ketika kita menghadapi hal diluar kendali kita bersegeralah terhadap
ampunan Rabb kita.
Rasa malu di zaman sekarang sangat langka, maka malu ini sangat lah
berharga. Fenomena yang terjadi saat ini banyak wanita yang sudah berhijab
namun rasa malu nya pudar seperti tertawa terbahak – bahak (keras),
berlenggak – lenggok dalam berjalan, dan sebagainya. Perlu kita ketahui
antara hijab dan rasa malu, itu satu paket. Banyak sekali wanita – wanita yang
sudah menikah pada usia muda namun sulit untuk mengendalikan diri.
Sadarlah wahai wanita inilah yang menyebabkan kita hilang identitas.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anak perempuanmu dan
istri – istri orang mukmin: “hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi
Maha penyayang. QS. Al Ahzab 59
Harus kita ingat lagi dan sadari bahwa wanita senang dipuji, karena pujian
itulah kita menjadi orang yang lemah, tergadaikan izzah dan iffah kita, berbicara
tentang self control dalam islam juga bagian dari kesabaran, dan ini adalah
tingkat kesabaran yang paling tinggi yakni menjauhi larangan yg digemari
(bukan kebutuhan tetapi keinginan) ini adalah kesabaran yg paling berat.
9 hal ini menjadi bekal di akhir zaman sehingga kita punya benteng
pengendalian diri. Mudah mudahan kita bisa menjadi pribadi yang tangguh,
pesan dari Ustadzah Cut Rafiqa Majid “Seorang akhwat akhir zaman harus
punya mental baja dan tangguh, tidak seperti kerupuk. Serta bertakwalah
kepada Allah dimanapun kita berada”.
Question and Answer Page
Ini kembali lagi pada diri kita dalam menentukan skala prioritas, media
sosial adalah wasilah orang kemudian hijrah mendapatkan tausyiah
atau kata motivasi, kata ulama, dan sebagainya. Ini kembali kepada
pribadi masing masing. Cobalah belajar manajemen waktu dan skala
prioritas, bisa kita lakukan multi atau tunggal. Ustadzah Cut Rafiqa
menggunakan 4 skala prioritas dalam hidupnya :
1. Kepada Allah, ibadah. Hablumminallah
2. As a wife, sebagai seorang istri
3. As a mother, sebagai ibu dari anak anak, mendidik mentarbiyah
4. As a human social, sebagai makhluk sosial, sebagai ummat nabi
Muhammad meneruskan dakwah Rasulullah, sesuai ranah yang
diikat.
Dalam segala hal tinjau dari segi maslahat dan mudharatnya. Mulailah
dakwah dari ranah kecil, mulai dari keluarga sampai ummat. Tergantung
mana yang menjadi urgensi kita, kembali pada pola pikir kita, kira - kira
banyak maslahat atau mudharatnya, bisa atau tidakkah kita
menjalankan skala prioritas tersebut.
Sibukkan dengan hal - hal yang positif, ada yang nama nya kurikulum
hidup, jangan seperti air mengalir berjalan apa adanya. Seorang muslim
harus punya kurikulum kehidupan, mulai dari apa tujuan hidup ? apa
yang saya lakukan di dunia ? Jangan sampai merasa sepi karena sepi
cenderung membuat jiwa jadi kosong, celah masuknya setan. Sibukkan
diri, usahakan dari bangun tidur sampai tidur ada aktivitas yang
bermanfaat.
Tentang suami, mencintai pasangan sebaiknya sesuai kadarnya saja,
itu patokannya. Jangan sampai jatuhnya ghuluw, berlebihan dalam
bersikap, mengekspresikan diri. Tanamkan dalam diri semua yang ada
di dunia ini pasti hilang pasti mati. Maka mohonlah kepada Allah,
mintalah kepada Allah untuk menjadikan cinta kita kepada pasangan
membawa kita semakin dekat dengan Allah, dipertemukan di akhirat.
Serahkan penjagaan kepada Allah, tugas kita ikhtiar berbuat baik
mencintai pasangan dengan kadarnya.
5. Berapa maksimal kajian online yang sebaiknya kita ikuti dalam sehari ?
Dan berinteraksi perihal agama dengan ikhwan apakah diperbolehkan ?
Jika tempat kuliah kita ada ikhtilat, hal yang dapat kita lakukan adalah
menjaga batasan diri kita. Ulama memfatwakan asalkan si akhwat
mengenakan pakaian muslimah yang benar serta menjaga rasa
malunya dan memperhatikan adab dengan lawan.
Sebaiknya dan seharusnya tidak ikhtilat, tapi karena kondisi begitu jadi
bentengilah diri. dalam hal ini Ulama mengatakan seorang muslimah
harus bisa menjaga dirinya dari fitnah, itu kuncinya. Harus mengingkari
hal tersebut. Dan ketika kuliah tunaikan hajat sebagai mahasiswi, kuliah
tidak perlu aktif - aktif jika terlalu banyak ikhtilat.
Terkait tentang inner child ini butuh accessment butuh melihat akar
masalahnya, jika inner child tersebut ada kaitannya dengan traumatis,
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyelesaikan
masalah di masa lalu tersebut sehingga minimal kita sudah berdamai,
sudah survive, sudah punya pijakan, karena kalau tidak survive nanti
ketika menikah akan bertambah repotnya. Healing dulu inner child nya,
cari bantuan tenaga professional, bagaimana cara saya self healing.
Katakan pada diri sendiri bahwa takdir itu hikmah sehingga tidak
menyatakan diri kita sebagai korban.
Memang sangat ideal dan indah sekali jika satu pemahaman, semanhaj
dan sesuai dengan karakternya. Namun jika ada muslim belum
mengenal sunnah tapi hanif (lurus) in syaa Allah itu baik. Maksud hanif
disini tidak berafiliasi. Jangan sampai kita terlalu kaku dalam memahami
sesuatu. Tak perlu tanya apa manhajnya. Cukup dengan pertanyaan
tentang Allah berada dimana ? Bagaimana tentang maulid nabi ? dan
sebagainya.
Wallahu A’lam.