Anda di halaman 1dari 37

2 ND MEET TUTORIAL ASKEB

PERSALINAN
TAHAPAN-TAHAPAN DALAM
PERSALINAN
KALA 1 PERSALINAN

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif.
• Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix secara bertahap.
Pembukaan servix kurang dari 4 cm. Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
• Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi Frekuensi dan lama
kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Servix membuka dari 4 ke 10 cm
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm). Terjadi
penurunan bagian terendah janin
FISIOLOGI KALA 1

• Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah
abdomen.
• Serviks
Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan
penipisan serviks.
Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks.
Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah sedikit atau
sedang dari serviks.
KALA 11 PERSALINAN

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada
multi.
TANDA DAN GEJALA KALA II

• Ibu ingin meneran


• Perineum menonjol
• Vulva vagina dan sphincter anus membuka
• Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
• His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
• Pembukaan lengkap (10 cm )
• Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam
• Pemantauan, tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
FISIOLOGI KALA II

• His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2-3
menit.
• Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak.
• Pasien mulai mengejan.
• Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
• Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his
berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala
membuka pintu”.
• Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah
symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.
• Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut
pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek
pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut.
• Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga
dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
• Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
• Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban
pecah, kadang-kadnag bercampur darah.
• Lama kala II pada primi  50 menit pada multi  20 menit
MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase yaitu :


1. Masuknya kepala janin dalam PAP
2. Majunya kepala janin
3. Fleksi
4. Putaran paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putaran paksi luar
KALA III PERSALINAN

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban
• Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
• Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
• Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan
• Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari
Segmen Bawah Rahim
3. Tali pusat memanjang
4. Semburan darah tiba tiba
FISIOLOGI KALA 111

• Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,
kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil
• Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta
lepas.
• Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut
• Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu
seluruhnya.
TANDA-TANDA KLINIK DARI
PELEPASAN PLASENTA

• Semburan darah
• Pemanjatan tali pusat
• Perubahan dalam posisi uterus naik di dalam abdomen
PEMANTAUAN KALA 111

• Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada maka
tunggu sampai bayi kedua lahir.
• Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi
segera.
KALA IV PERSALINAN

• Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Paling kritis karena proses perdarahan
yang berlangsung.
• Masa 1 jam setelah plasenta lahir.
• Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering.
• Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
• Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500cc.
FISIOLOGI KALA IV

• Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan.
7 LANGKAH PEMANTAUAN YANG
DILAKUKAN KALA IV

1. Kontraksi Rahim
2. Perdarahan
3. Kandung kencing
4. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
7. Bayi dalam keadaan baik
CARA MENGATASI GANGGUAN
PSIKOLOGIS PADA MASA PERSALINAN
1. KECEMASAN

• Apabila kecemasan ini tidak dikelola dengan baik, maka kondisi psikis ibu
tersebut akan semakin memburuk. Tidak menutup kemungkinan pula ia bisa
sampai mengalami gangguan obsesif kompulsif.
• Untuk mengatasi kecemasan ini, maka dukungan dari orang terdekat (suami
atau keluarga) benar-benar dibutuhkan. Cara menghilangkan kecemasan ini
efektif. Mendengar pengalaman yang menenangkan akan lebih baik, sebab
bagaimana pun juga seringkali ibu yang akan melahirkan justru terpapar oleh
informasi-informasi yang semakin membuatnya khawatir.
2. KETAKUTAN

• Dalam masa persalinan, seorang wanita bisa saja menjadi takut pada proses
persalinan normal. Ia membayangkan apakah janin yang akan dilahirkannya
selamat atau tidak. Atau kesakitan yang ada pada saat bersalinan apakah ia
sanggup jalani atau tidak.
• Untuk mengatasi ketakutan, maka seorang wanita perlu ditenangkan terlebih
dahulu. Mendengarkan apa yang menjadi keluhannya adalah hal yang baik
yang bisa dilakukan. Sikap menggurui atau memintanya berhenti takut justru
tidak akan membantu mengurangi ketakutannya.
3. SIKAP PASIF

• Sikap pasif timbul manakala seorang wanita hamil memiliki keengganan pada
saat akan melahirkan. Ini juga didorong dengan dukungan yang lemah dari
lingkungan sekitar. Perhatian suami dan keluarga yang kurang akan
menimbulkan sikap yang pasif dari seorang wanita hamil. Oleh karenanya,
penting untuk memberikan dukungan kepadanya.
• Untuk mengatasi sikap pasif ini, kita bisa memberikan sistem dukungan yang
baik berupa bentuk perhatian dan kasih sayang kepadanya. Bagaimana pun
juga, hal ini akan sangat berpengaruh pada kelancaran proses persalinannya
nanti.
4. HIPERMASKULIN

• Kondisi hipermaskulin menggambarkan bagaimana seorang calon ibu merasa


goyah keinginannya antara ingin atau tidak punya anak. Padahal, ia sudah
berada di saat-saat menjelang persalinannya. Akibatnya, emosinya menjadi
tidak stabil. Ini biasanya terjadi pada wanita yang memang berkarir. Pikirannya
menjadi buyar karena ia ingin mempertahankan cara dia bekerja, tetapi di sisi
lain juga merindukan kehadiran anak. Gangguan psikologi pada masa
reproduksi bisa menjadi salah satu penyebabnya.
• Untuk mengatasi hal ini maka kita bisa memberikan sistem dukungan yang
baik. Mendengarkan keluhannya dan sama-sama mencari penyelesaian
bersama adalah hal yang tepat untuk dilakukan.
5. HIPERAKTIF

• Menjelang persalinan, seorang wanita juga bisa menjadi lebih hiperaktif karena
ia ingin segera melaksanakan proses persalinan. Oleh karenanya, ia menjadi
lebih banyak beraktivitas demi proses persalinan yang berlangsung sesegera
mungkin. Menenangkan ibu hamil dengan cara memberikan pengertian-
pengertian tentang proses persalinan adalah hal yang bisa dilakukan untuk
mengatasi permasalahan ini. Psikologi konseling juga bisa dilakukan agar
wanita menjadi lebih siap.
6. KOMPLEKS MASKULIN

• Kompleks maskulin adalah bentuk dari hiperaktif yang tidak tertangani. Pada
saat persalinan, seorang wanita menjadi lebih agresif lagi. Sikapnya
menunjukkan bahwa proses persalinan yang ia alami harus segera selesai dan
tidak ingin membuang-buang waktu. Sikapnya menjadi lebih pengatur pada
orang-orang di sekitarnya. Untuk mengatasi gangguan psikologi pada masa
persalinan ini, maka ada baiknya tenaga medis yang membantu persalinan
menghadirkan orang paling terdekatnya (suami).
7. HALUSINASI HIPNAGONIK

• Pada saat akan bersalin, seorang wanita pasti akan mengalami kontraksi-
kontraksi. Ada fase istirahat selama kontraksi tersebut. Seorang ibu bisa
mengalami kondisi tidur semu. Di sinilah terjadi kondisi halusinasi hipnagonik.
Ia akan menjadi tidak tenang karena muncul pikiran-pikiran yang tidak-tidak.
Bahkan, kadang bisa juga muncul gangguan psikosomatis. Untuk
mengatasinya, maka kita bisa tetap mempertahankan interaksi pada ibu
menjelang persalinan.
8. SINDROM BABY BLUES

• Biasanya terjadi setelah proses persalinan. Bounding attachment yang kurang


baik menyebabkan seorang ibu justru menolak kehadiran bayinya. Oleh
karenanya, dukungan berupa pemberian motivasi dan juga langkah-langkah
untuk siap mengalami perubahan status menjadi ibu bisa diberikan supaya
sindrom ini tidak terjadi.
KEBUTUHAN FISIOLOGIS IBU
BERSALIN
1. KEBUTUHAN OKSIGEN

• Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan


oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup
sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen
yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat
mengganggu kesejahteraan janin.
2. KEBUTUHAN CAIRAN DAN NUTRISI

• Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa
pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan
asupan makan dan minum yang cukup.
• Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his,
dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami
dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan
eliminasi yang sedikit.
3. KEBUTUHAN ELIMINASI

• Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau


minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.
• Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga
panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena bersama
dengan munculnya kontraksi uterus
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih yang penuh
menghambat kontraksi uterus
4. KEBUTUHAN HYGIENE

• Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam


memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik
dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah
infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada
jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.
5. KEBUTUHAN ISTIRAHAT

• Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud
adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa
adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his
(disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his,
makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk
melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala
II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.
• Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan observasi,
bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan.
6. POSISI DAN AMBULASI

• Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I dan
posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu
yang dilakukan pada kala I.
• Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya
tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus
memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran,
serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran bila
posisi yang dipilih ibu tidak efektif.
MACAM-MACAM POSISI MENERAN

1. Duduk atau setengah duduk


2. Merangkak
3. Jongkok atau berdiri
4. Berbaring miring
7. PENGURANGAN RASA NYERI

• Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang


terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan
janin selama persalinan
• Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan dengan
teknik self-help. Teknik ini merupakan teknik pengurangan nyeri persalinan
yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu bersalin, melalui pernafasan dan
relaksasi maupun stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help dapat
dimulai sebelum ibu memasuki tahapan persalinan, yaitu dimulai dengan
mempelajari tentang proses persalinan, dilanjutkan dengan mempelajari cara
bersantai dan tetap tenang, dan mempelajari cara menarik nafas dalam
8. PENJAHITAN PERINEUM

• Penjahitan perineum merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin.


Dalam melakukan penjahitan perineum, bidan perlu memperhatikan prinsip
sterilitas dan asuhan sayang ibu. Berikanlah selalu anastesi sebelum dilakukan
penjahitan. Perhatikan juga posisi bidan saat melakukan penjahitan perineum.
Posisikan badan ibu dengan posisi litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di
depan bidan. Hindari posisi bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit, karena
hal ini dapat mengganggu kelancaran dan kenyamanan tindakan.
9. KEBUTUHAN AKAN PROSES
PERSALINAN YANG TERSTANDAR

• Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan


terstandar dimulai dari penerapan upaya pencegahan infeksi. Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir dapat mengurangi risiko penularan infeksi pada ibu maupun bayi.
Dilanjutkan dengan penggunaan APD (alat perlindungan diri) yang telah
disepakati. Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai standar,
dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan Kemenkes dan
IBI. Ruang persalinan harus memiliki sistem pencahayaan yang cukup dan
sirkulasi udara yang baik.

Anda mungkin juga menyukai