PERKAWINAN DAN
PERATURAN
PELAKSANAANNYA
Disampaikan Oleh :
KHOBIBAH, MA, M.HI
(Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Surabaya)
ma
:
Kh
obi
ba
Curriculum vitae
Khobibah, MA, M.HI, lahir di Blitar, 27
Januari 1971sekarang tinggal di
Na
: Perum
Manggala Residen Kav. 2 Surabaya
h,
M
A,
M.
HI
NI
P
:
19
71
01
27
20
05
01
20
01
Jab
ata
n
:
Wi
dy
ais
wa
ra
Sur
ab
ay
a
Po
nor
og
o
S.2
A
mp
el
Sur
ab
ay
a
Pe
ng
ala
1. Wi
dy
ais
wa
ra
BD
K
De
np
2. Wi
dy
ais
wa
ra
BD
3
4
Renungan “bagaimana membangun
Negara yang kuat??”
Negara yang kuat dibangun dari Rumah Tangga
yang kuat
Negara yang adil dibangun dari Rumah Tangga
yang adil
Negara yang makmur dibangun dari Rumah
Tangga yang makmur
6
Pada masa pemerintahan
Belanda
Belanda menghimpun hukum Islam yang disebut
dengan Compendium Freiyer,
Pada Konggres Perempuan Indonesia I pada tanggal
22-25 Desember 1928 di Yokyakarta mengusulkan
kepada Pemerintah Belanda agar segera disusun
undang-undang perkawinan,
tahun 1937 Pemerintahan Hindia Belanda menyusun
rencana pendahuluan Ordonansi Perkawinan tercatat
(onwerpordonnantie op de ingeschrevern huwelijken)
7
Setelah kemerdekaan
UU No: 22 Tahun 1946 mengenai
Pencatatan Nikah, talak dan Rujuk bagi
masyarakat beragama Islam.
Instruksi Menteri Agama No: 4 tahun
1946 yang ditujukan untuk Pegawai
Pencatat Nikah (PPN).
8
Instruksi Menteri Agama No: 4
tahun 1946 berisi:
1. keharusan PPN berusaha mencegah perkawinan
anak yang belum cukup umur, menerangkan
kewajiban-kewajiban suami yang berpoligami,
2. mengusahakan perdamaian bagi pasangan yang
bermasalah,
3. menjelaskan bekas suami terhadap bekas istri
dan anak-anaknya apabila terpaksa bercerai,
selama masa idah agar PPN mengusahakan
pasangan yang bercerai untuk rujuk kembali
9
Agustus 1950
Front Wanita dalam Parlemen, mendesak
agar Pemerintah meninjau kembali
peraturan perkawinan dan menyusun
rencana undang-undang perkawinan. Maka
akhirnya Menteri Agama membentuk
Panitia Penyelidikan Peraturan Hukum
Perkawinan, Talak dan Rujuk. Maka
lahirlah Peraturan Pemerintah (PP) No: 19
tahun 1952
10
6 Mei 1961
Menteri Kehakiman membentuk
Lembaga Pembinaan Hukum Nasional
yang secara mendalam mengajukan
konsep RUU Perkawinan, sehingga pada
tanggal 28 Mei 1962 Lembaga hukum ini
mengeluarkan rekomendasi tentang asas-
asas yang harus dijadikan prinsip dasar
hukum perkawinan di Indonesia.
11
Tahun 1967
Disusun Konsep RUU Perkawinan khusus
umat Islam
Tahun 1968 disusun konsep Rancangan
Undang Undang Pokok Perkawinan yang di
dalamnya mencakup materi yang diatur
dalam Rancangan tahun 1967.
12
tahun 1973
Fraksi Katolik di Parlemen menolak
rancangan UU Perkawinan yang
berdasarkan Islam.
Akhirnya Pemerintah menarik kembali
kedua rancangan dan mengajukan RUU
Perkawinan yang baru pada tahun 1973
13
Tanggal 22 Desember 1973
Menteri Agama mewakili Pemerintah
membawa konsep RUU Perkawinan yang
di setujui DPR menjadi Undang-Undang
Perkawinan. Maka pada tanggal 2 Januari
1974, Presiden mengesahkan Undang-
Undang tersebut dan diundangkan dalam
Lembaran Negara No: 1 tahun 1974
tanggal 2 Januari 1974.
14
Kedudukan dan fungsi UUP
Undang-undang adalah Peraturan
Perundang-undangan yang tertinggi
Undang-undang merupakan peraturan
yang mengatur lebih lanjut ketentuan
UUD 1945
15
Asas-asas UUP
1. Asas sukarela
2. Perkawinan harus dicatatkan
3. Asas partisipasi keluarga
4. Perceraian dipersulit
5. Poligami di batasi dengan ketat
6. Kematangan calon mempelai
7. Memperbaiki derajat kaum muda
16
Pokok-pokok isi
UUP
17
Undang-Undang No. I Tahun 1974
Undang-undang tersebut dari 14 Bab yang terbagi dalam 67 pasal.
Bab-bab itu adalah sebagai berikut :
I. Dasar Perkawinan.
II. Syarat-syarat Perkawinan.
III. Pencegahan Perkawinan.
IV. Batalnya Perkawinan.
V. Perjanjian Perkawinan.
VI. Hak dan Kewajiban Suami Istri.
VII. Harta Benda dalam Perkawinan.
VIII. Putusnya Perkawinan serta akibatnya.
IX. Kedudukan Anak.
X. Hak dan Kewajiban antara Anak dan Orang Tua.
XI. Perwalian.
XII. Ketentuan-ketentuan lain.
XIII. Ketentuan Peralihan.
XIV. Ketentuan Penutup.
Kelompok I:
Pokok-pokok masalah implementasi UU
Perkawinan dan Solusinya
Kelompok II:
Nikah siri dan upaya mengatasinya
Kelompok III:
Upaya menciptakan SDM penghulu yang
Berintegritas.
Diskusi
PERANAN AGAMA DALAM UU
PERKAWINAN
Peranan Agama tercermin pada pasal-pasal berikut :
1. Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME
2. Pasal 2 : 1
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaan itu
3. Pasal 8 huruf f
Bahwa perkawinan dilarang diantaranya karena mempunyai hubungan
yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin
03/10/20
PERJANJIAN PERKAWINAN (PS 29
UUP)
- Sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua belah
pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan
perjanjian tertulis dan disahkan oleh Pegawai Pencatat
Perkawinan
- Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana
melanggar hukum, agama dan kesusilaan
Dalam KHI ps 45 dinyatakan :
Perjanjian perkawinan dalam bentuk :
1. Taklik Talak
2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum
Islam
Isi perjanjian misalnya pengaturan harta bawaan, harta
bersama kedua pihak dsb
03/10/20
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI
ISTRI
HAK BERSAMA SUAMI ISTRI
- Suami istri mempunyai hak yang seimbang baik dalam kehidupan rumah
tangga maupun dalam pergaulan masyarakat (ps 31 UUP)
- Masing-masing suami istri dapat melakukan perbuatan hukum (ps 31 : 2
UUP)
- Menjalankan kekuasaan orangtua terhadap anak-anak yang belum berumur
18 th atau belum pernah kawin (ps 47 : 1 UUP)
- Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi hak bersama (ps
35 : 1 UUP)
- Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan (ps 34 : 3 UUP)
- Apabila cukup alasan hukum, tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami
istri dapat melakukan gugatan cerai pada pengadilan (ps 39 : 2 UUP)
03/10/20
HAK SUAMI
- Suami sebagai kepala keluarga (ps 31 : 3 UUP)
- Harta bawaan yang diperoleh sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah
kekuasaannya sepanjang tidak ditentukan lain oleh suami istri (ps 35 : 2
UUP)
HAK ISTRI
- Istri sebagai ibu rumah tangga (ps 31 : 3 UUP)
- Memperoleh keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuan
suami (ps 34 : 1 UUP)
- Memperoleh perlindungan dan perlakuan yang baik dari suami (ps 31 : 1
UUP)
- Harta bawaan yang diperoleh sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah
kekuasaannya sepanjang tidak ditentukan lain oleh suami istri (ps 35 : 2
UUP)
- Memperoleh kebebasan berpikir dan bertindak sesuai batas-batas yang
ditentukan dalam ajaran agama dan norma sosial
03/10/20
KEWAJIBAN BERSAMA SUAMI ISTRI
- Menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
masyarakat (ps 30 UUP)
- Harus mempunyai tempat kediaman yang tetap (ps 32 : 1 UUP)
- Saling mencintai, menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin (ps
33 UUP)
- Mememlihara dan mendidik anak penuh tanggungjawab (ps 45 : 1 UUP)
- Saling memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi
- Sabar dan rela atas kekurangan dan kelemahan masing-masing
- Selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama
- Menghormati orangtua dan keluarga kedua belah pihak
- Menjaga hubungan baik bertetangga dan bermasyarakat
03/10/20
KEWAJIBAN SUAMI
- Memberikan keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan
kemampuan (ps 34 : 1 UUP)
- Memimpin dan membimbing keluarga lahir batin
- Melindungi istri dan anak
- Mengatasi keadaan dan mencari penyelesaian secara bijaksana
serta tidak sewenang-wenang
- Membantu tugas istri dalam urusan rumah tangga
KEWAJIBAN ISTRI
- Mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya (ps 34 : 2
UUP)
- Memelihara dan menjaga kehormatan rumah tangga
03/10/20
KETENTUAN PIDANA (PS 45 PP 9 TH
1975)
Pegawai pencatat yang melakukan pelanggaran tentang
ketentuan pencatatan diancam :
- Pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan atau
- Setinggi-tingginya denda Rp. 7.500,- apabila :
- tidak melakukan penelitian atau
- tidak memberitahukan adanya halangan perkawinan atau
- tidak menyelenggarakan pengumuman atau
- tidak menyiapkan dan menandatangani akta perkawinan atau
- tidak menyimpan helai pertama
- tidak memberikan helai kedua ke pengadilan dan kutipan
akta perkawinan kepada suami / istri
03/10/20
Lanjutan…
Pidana denda setinggi-tingginya Rp 7.500 (tujuh ribu
lima ratus rupiah) :
- Mempelai yg tdk memberitahukan perkawinannya
kpd Pegawai Pencatat dimana perkawinan akan
dilangsungkan (ps 3)
- Perkawinannya tdk dilaksanakan dihadapan
Pegawai Pencatat dan tdk dihadiri 2 orang saksi (ps
10 : 3)
- Beristri lebih dari seorang (poligami) dan tdk lebih
dahulu mengajukan permohonan pada pengadilan
(ps 40)
03/10/20
PERCERAIAN, WAKTU TUNGGU DAN RUJUK
PERCERAIAN
Berdasarkan ps 39-41 UUP dan ps 14-36 PP 9 / 75 perceraian ada 2 macam :
1. Cerai Talak (khusus bagi yang beragama Islam)
2. Cerai Gugat (gugatan pada salah satu pihak suami / istri ke pengadilan)
Menurut penjelasan ps 39 : 2 UUP / ps 19 PP no 9 th 1975 alasan-alasan cerai adalah :
- Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi yang
sukar disembuhkan
- Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa
izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah
- Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat
- Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan terhadap pihak lain
- Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak
dapat menjaalankan kewajibannya sebagai suami istri
- Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam rumah tangga
03/10/20
WAKTU TUNGGU (PS 11 : 1 UUP)
Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka
waktu tunggu
Waktu tunggu diatur dalam PP no 9 / 1975 ps 39 sebagai
berikut :
- Janda karena kematian suami dan tidak hamil waktu
tunggunya 130 hari
- Perkawinan putus karena talak (talak roj’i) waktu tunggunya
90 hari atau 3 kali suci
- Perkawinan putus sedang janda dalam keadaan hamil waktu
tunggunya sesudah melahirkan
RUJUK
Kewajiban PPN mengenai rujuk diatur dalam PMA no 2 / 1990
sedangkan secara lebih rinci diatur dalam INPRES no 1 th
1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)
03/10/20
PERKAWINAN CAMPURAN
Secara umum diatur dalam ps 57 sampai dengan ps 62
UUP dan lebih tehnis diatur dalam PMA no 2 th 1990
tentang kewajiban PPN ps 8 huruf g dan ps 15.
Menurut ps 57 perkawinan campuran adalah :
Perkawinan antara dua orang di Indonesia yang tunduk
pada hukum yang berlainan karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak
berkewarganegaraan Indonesia
Perkawinan campuran dicatat oleh pegawai pencatat :
- Di KUA Kecamatan, yang dilakukan menurut agama
Islam
- Di KCS yang dilakukan menurut agama selain agama
Islam
03/10/20
PERSYARATAN PERKAWINAN
CAMPURAN
1. Kedua belah pihak telah memenuhi persyaratan perkawinan yang
ditentukan menurut hukum masing-masing (ps 60 : 1 UUP)
2. Surat keterangan dari pejabat yang berwenang, jika persyaratan
perkawinan telah terpenuhi (ps 60 : 2 UUP)
3. Pejabat yang berwenang bagi WNI adalah Pegawai Pencatat
Perkawinan, sedang bagi WNA adalah kedutaan besar yang
bersangkutan (ps 60 : 2 UUP)
4. Surat keputusan pengganti keterangan dari pengadilan, jika
pejabat yang berwenang menolak memberikan surat keterangan
(ps 60 : 3 UUP)
5. Perkawinan campuran dilakukan menurut UUP jika
dilangsungkan di Indonesia (ps 59 : 2 UUP)
6. Perkawinan campuran dicatat oleh Pegawai Pencatat Perkawinan
(ps 61 : 1 UUP)
03/10/20
PERKAWINAN WNI DI LUAR NEGERI
Yaitu perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia
antara dua orang WNI atau seorang WNI dengan
warga negara asing yang kedua-duanya beragama
Islam
Dasar Hukum
1. Ps 56 UU no 1 th 1974
2. SKB Menag dan Menlu no 589 / 1999 dan no 182 /
OT / XX / 1999 tentang JUKLAK Perkawinan WNI di
luar negeri
3. SKB Dirjen BIPH dan Dirjen Protokol dan Konsulen
no 280 / 07 / 1999 dan no D / 447 / 1999
4. PMA no 1 / 1994 tentang pendaftaran surat bukti
perkawinan WNI yang dilangsungkan di luar negeri
03/10/20
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
Perkawinan yang dilakukan di luar Indonesia sah bila dilakukan
menurut hukum yang berlaku di negara itu
Bagi WNI yang akan melakukan perkawinan di luar Indonesia harus :
- tidak melanggar ketentuan UU no 1 th 1974
- menyerahkan surat bukti perkawinannya ke KUA Kecamatan tempat
tinggal mereka dalam waktu 1 tahun dengan membawa :
a. surat keterangan kades / lurah yang mewilayahi tempat
tinggalnya
b. passport dan fotocopynya
c. akta perkawinan dan terjemahan resmi yang dilegalisasi oleh
KBRI
- PPN melakukan pemeriksaan seperlunya dan mencatat pernikahan
tersebut pada buku akta nikah khusus dan pada akta perkawinan yang
bersangkutan
03/10/20
Terima Kasih
Selamat Bekerja .....
03/10/20