Anda di halaman 1dari 37

STUDI KASUS III

Dosen Pengajar : Khairil Armal,Sp.FRS,Apt


Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi
Universitas Andalas
Padang
2020
Kelompok 3
01. ELVIRA HARDIANTI
1941012151
ANGGOTA
02. MIPERA ZANELSA 06. ELSA RAHMADHANTI
1941012153 1941013047

03. TRIA OCTAVIANTY 07. AYU ASWITA BATUBARA


1941012155 1941013049

04. NADILLA ALFITRI 08. NURUL AFIFAH


1941013043 1941013051

MASAYU INDAH PERMATA


05. SARI 09. HAIRANI
1941013045 1941013053

COVID-19
PENDAHULUAN
• Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat di mana aktivitas otak menjadi tidak normal,
yang menyebabkan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa, sensasi, dan terkadang
hilangnya kesadaran..
• Bangkitan epilepsi berasal dari sekelompok sel neuron yang abnormal di otak yang melepas
muatan secara berlebihan dan hipersinkron.
• Sekelompok sel ini yang disebut fokus epileptik.
• Lepas muatan ini kemudian menyebar melalui jalur-jalur fisiologis anatomis dan melibatkan
daerah sekitarnya.
• Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di alam otak lebih dominan dari pada proses
inhibisi (hambatan).

COVID-19
menyebabkan perubahan emosi atau perubahan cara hal
melihat, mencum, merasa, cita rasa atau suara. Mereka juga
Klasifikasi dapat mengakibatkan tak sadar menyentak bagian tubuh,
seperti lengan atau kaki, dan gejala sensorik spontan seperti
kesemutan, pusing.

Tanpa kehilangan
kesadaran
(sederhana)
Focal seizures
(Parsial)
Disertai dg gangguan
Epilepsi
kesadaran (kompleks)

Generalized Seizures
melibatkan perubahan atau hilangnya kesadaran. Selama
serangan terjadi, pasien dapat menatap kosong dan tidak
merespon secara normal terhadap lingkungan, atau
melakukan gerakan berulang, seperti menggosok tangan,
mengunyah, menelan atau berjalan melingkar
Kejang Umum  melibatkan semua area otak disebut kejang umum.

 Absence seizures /Petit mal  sering terjadi pada anak dan dicirikan dengan menatap
kosong atau pergerakan tubuh yg halus seperti mata berkedip atau memukul bibir. Kejang
ini dapat terjadi dalam kelompok dan menyebabkan hilangnya kesadaran singkat
 Tonic seizures  menyebabkan otot kaku biasanya mempengaruhi otot di punggung,
lengan dan kaki yang dapat menyebabkan pemderita jatuh.
 Atonic seizures  menyebabkan hilangnya kontrol otot  menyebabkan penderita tiba-
tiba runtuh atau jatuh.
 Clonic seizures  berhubungan dengan pergerakan otot menyentak dengan berulang atau
berirama  biasanya mempengaruhi leher, wajah dan lengan.
 Myoclonic seizures  biasanya muncul sebagai sentakan singkat dan mendadak atau
lengan dan kaki terasa berkedut
 Tonic-clonic/Grand mal seizures  dapat menyebabkan hilangnya kesadaran mendadak,
tubuh kaku & gemetar, dan terkadang kehilangan kontrol kandung kemih atau menggigit
lidah
PATOFISIOLOGI
FARMAKOTERAPI
Tujuan Pengobatan Epilepsi

Memastikan
Mengontrol atau kepatuhan yang
mengurangi memungkinkan
Meminimalkan
frekuensi dan pasien untuk
efek samping
tingkat keparahan menjalani
kejang kehidupan
senormal mungkin

(Dipiro et al, 2015)


Penggolongan Antikonvulsan

Memblok aktivasi berulang dari kanal natrium: Phenytoin, carbamazepine,


oxcarbazepine, eslicarbazepine, lamotrigine, topiramate, cenobamate

Meningkatkan inaktivasi yang lambat dari kanal natrium: Lacosamide, rufinamide

Meningkatkan reseptor Gamma-aminobutyric acid (GABA): Fenobarbital,


benzodiazepin, clobazam

N -methyl-D-aspartic acid (NMDA) receptor Blocker: Felbamate

Alfa-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoksazol propionate (AMPA) receptor Blocker:


Perampanel, topiramate

T-calcium channel blockers: Ethosuximide, valproate

(Ko, 2020)
COVID-19
Lanjutan

N- and L-calcium channel blockers:


Inhibitor karbonik anhidrase:
Lamotrigine, topiramate, zonisamide,
Topiramate, zonisamide
valproate

Modulator H-saat ini: Gabapentin, Pembuka kanal ion kalium neuronal :


lamotrigin Ezogabine

Unique binding sites blocker: Antikonvulsan lainnya: Cannabidiol,


Gabapentin, levetiracetam, perampanel stiripentol

(Ko, 2020)
COVID-19
Tipe kejang Pilihan pertama Pilihan kedua
Kejang parsial
Kejang parsial,
Parsial kompleks
Karbamazepin (M/A)
Lamotrigin (M/A)
Acetazolamid (A)
Clonazepam (A)
Daftar Obat
Umum sekunder Levetiracetam (M/A)
Oxcarbazepin (M/A)
Gabapentin (A)
Phenobarbital (A)
Anti Epilepsi
Topiramat (M/A) Phenitoin (M/A) beserta
Valproat (M/A)
Kejang umum Indikasi
Tonik-klonik/grand Karbamazepin Acetazolamid (A)
mal, Klonik (M/A), Levetiracetam (A)
Lamotrigine (M/A) Phenobarbital (A) Ket.
Topiramate (M/A) Phenitoin (M/A)
Valproate (M/A) M : Monoterapi
Absence /petit Ethosuximid*(M/A) Acetazolamid (A)
mal/lena Lamotrigin (M/A) Clonazepam (A) A : Adjuvan terapi
Valproat (M/A)
Atonik, Tonik Valproat (M/A) Acetazolamid (A)
Clonazepam (A)
Lamotrigin (A)
Phenitoin (M/A)
Topiramat (A)
Mioklonik Valproat (M/A) Acetazolamid (A)
Clonazepam (M/A)
Lamotrigin (A)
Levetiracetam (A)
Phenobarbital (M/A) (Consensus Guidelines on the
Piracetam (A)
Management of Epilepsy 2010)
COVID-19
Dosis Umum
Obat Anti
OAE Dosis Harian Dosis /Hari Epilepsi Dewasa
Karbamazepin Awal: 100 mg. Pemeliharaan: 400-1600 mg. 2-3
Klonazepam Awal: 0.25 mg. Pemeliharaan: 0.5-4 mg. 2-3
Ethosuximid Awal: 250 mg/kg. Pemeliharaan: 750-2000 mg. 2-3
Ket.
Gabapentin Awal: 300 mg. Pemeliharaan: 900-3600 mg. 2-3
Lamotrigin Awal: 25 mg. Pemeliharaan: 100-200 mg. 1-2 M : Monoterapi
Levetiracetam Awal: 500 mg. Pemeliharaan: 1000-3000 mg 2
A : Adjuvan terapi
Oxcarbazepin Awal: 600 mg. Pemeliharaan: 1200-2400 mg. 2

Phenobarbital Awal: 30 mg. Pemeliharaan: 30-180 mg. 1-2

Phenitoin Awal: 200-300 mg. Pemeliharaan: 300-400 mg. 1

Topiramat Awal: 25-50 mg. Pemeliharaan: 200-400 mg. 2


Valproat Awal : 400-600 mg. Pemeliharaan: 400-2500 mg. 2

(Consensus Guidelines on the


Management of Epilepsy 2010)
COVID-19
Algoritma
penatalaksanaan
epilepsy

(Dipiro,2008)
Pertimbangan Khusus Dalam Penggunaan OAE

Metabolisme Michaelis-Menten (fenitoin)

•Bahwa perubahan kecil dalam dosis menghasilkan perubahan besar dalam konsentrasi serum. Perubahan dosis yang
terlalu besar dapat menyebabkan keracunan terkait konsentrasi.

Ikatan Protein pada Beberapa OAE

•OAE yg sangat terikat dg protein plasma (Fenitoin n valproate)


• Kelompok pasien tertentu mengalami penurunan ikatan protein, menghasilkan peningkatan persentase obat yang tidak
terikat  toksisitas (gagal ginjal, nenonatus, ibu hamil, hypoalbuminemia, dll)

Autoinduction Carbamazepine

• Penginduksi potensial enzim mikrosomal hati yang meningkatkan laju metabolisme banyak obat lain, dan laju
metabolismenya
•Memerlukan dosis awal yang kecil yang meningkat dari waktu ke waktu untuk mengkompensasi induksi enzim

(DipiroCOVID-19
et al, 2016)
Terapi Non Farmakologi

1. Pembedahan 2. Diet Ketogenik


• opsi pada pasien yang tetap mengalami kejang meski sudah • diet tinggi lemak, cukup protein,dan rendah karbohidrat,
mendapat >3 agen antikonvulsan, adanya abnormalitas yang akan menyediakan cukup protein untuk pertumbuhan,
fokal, lesi epileptik yang menjadi pusat abnormalitas terapi kurang karbohidrat untuk kebutuhan metabolisme
penyebab epilepsy. tubuh.

• Kemungkinan terbesar untuk menghilangkan kejang. • Tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi,
yang pada gilirannya akan menghasilkan senyawa keton.
• Pendekatan bedah yang paling umum untuk epilepsi 
lobektomi temporal. • senyawa keton ini diperkirakan berkontribusi terhadap
pengontrolan kejang.
• Ketika fokus kejang dapat terlokalisasi dan berada di
daerah otak yang tidak terlalu dekat dengan area kritis, • Makanan terdiri dari lemak makanan (misalnya, mentega,
seperti yang bertanggung jawab untuk kontrol bicara atau krim kental, daging berlemak) dan protein tanpa tambahan
otot, gula.

• pengangkatan fokal dg bedah dapat menghasilkan 80% - • biasanya hanya digunakan pada anak-anak dengan kejang
90% pasien menjadi bebas kejang. yang sulit dikendalikan.

• Prosedur bedah lain kecil kemungkinannya untuk membuat


pasien bebas kejang.
(Dipiro et al, 2016)
KASUS
Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan
Seorang Pasien perempuan berusia 35 tahun kejang (status epileptikus) dan memberikan
dibawa IGD rumah sakit dengan keluhan kejang terapi berupa: Diazepam 10 mg iv, Setelah
berulang sejak kemaren tadi pagi kejang pada diulang 3 kali baru kejang pasien teratasi
seluruh tubuh, pada saat di IGD pasien masih dalam Selanjutnya pasien diberkan injeksi fenitoin
keadaan kejang Keluarga pasien menjelaskan 100 mg iv bolus. Dan dikirim ke ruang rawat
bahwa pasien sudah menggunakan obat epilepsi inap
sejak usia 8 tahun. Obat yang digunakan adalah Di ruang rawat inap pasien diberi terapi
Fenitoin yang diminum 2 kali sehari 200 mg, dan sebagai berikut :
sejak satu minggu yang lalu pasien berhenti minum - Fenitoin kapsul 200 mg 3x/hari PO
obat dengan alasan tidak sempat kontrol. Selain itu - Carbamazepin 300 mg 2x/hari PO
pasien masih dalam pengobatan TB paru dan sedang - Rifampisin 450 mg 1x/hari PO
menggunakan obat TB paru nya. - Isoniazid 300 mg 1x/hari PO
• Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan TD120/80
- Pyrazinamid 500 mg 2x/hari PO
mmHg, laju pernafasan 40 x/menit, Nadi 100
x/menit, suhu tubuh 360 C. - Ethambutol 500 mg 2x/hari PO
• Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
dalam batas normal.
ANALISA DRP
Data Pasien
Jenis Kelamin Perempuan

Umur 35 tahun

Riwayat Penyakit Sekarang


● Keluhan pasien : Kejang berulang sejak kemarin. Tadi pagi kejang seluruh tubuh. Saat di IGD
pasien masih kejang
● Diagnosa : Status Epileptikus

Riwayat Penyakit Dahulu


● Epilepsi sejak usia 8 tahun
● Pasien sedang dalam pengobatan TB paru dan menggunakan obat TB.
● Riwayat Pengobatan : feniton 2 x 200 mg
PEMERIKSAAN FISIK

Data Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interpretasi

Tekananan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal

Laju pernafasan 12 – 20 x/menit 40 x/menit Tinggi

Nadi 60 – 100 x/menit 100 x/menit Normal

Suhu 36⁰C - 37⁰C 36⁰C Normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan dalam batas


normal

COVID-19
ANALISA DRP/ DRUG TERAHPY ASSESMENT WORKSHEET
Jenis Masalah Penilaian Masalah Terkait Obat Komentar/Catatan
Hubungan 1. Apakah ada obat 1. Ada masalah  Fenitoin: mengobati kejang dan
antara terapi tanpa indikasi medis? 2. Diperlukan lebih mengatasi status epileptikus
obat dan 2. Apakah ada obat yang banyak informasi untuk  Karbamazepin: mengobati kejang
masalah obat tidak diketahui (ada penentuan  Rifampisin: mengobati TBC
yang tidak berlabel- 3. Tidak ada masalah atau  Isoniazid: mengobati TBC
sebelum masuk- atau intervensi tidak  Pyrazinamid: mengobati TBC
kunjungan visit-tidak diperlukan  Etambutol: mengobati TBC
diketahui)?
3. Apakah ada kondisi
yang tidak diobati?
Pemilihan obat 1. Apa kemanjuran dari 1. Ada masalah Perlu ditambahkan vitamin B6 untuk
yang tepat obat yang dipilih? 2. Diperlukan lebih mengatasi efek samping dari penggunaan
2. Apakah obat yang banyak informasi untuk isoniazid yaitu neuropati perifer
dipilih sudah relatif penentuan
aman? 3. Tidak ada masalah atau
3. Apakah terapi yang atau intervensi tidak
diberikan sudah diperlukan
disesuaikan dengan
individu pasien
LANJUTAN……

Jenis Masalah Penilaian Masalah Terkait Obat Komentar/Catatan


1. Apakah dosis dan frekuensi yang 1. Ada masalah 1. Dosis karbamazepin yang diberikan
Regimen obat diresepkan sudah seusuai dengan 2. Diperlukan lebih banyak kurang tepat, sebaiknya diturunkan
range terapi dan/atau dimodifikasi informasi untuk penentuan menjadi 200 mg digunakan 2x sehari
sesuai kebutuhan pasien? 3. Tidak ada masalah atau 2. Pemakaian pyrazinamid sebaiknya
2. Apakah penggunaan obat yang atau intervensi tidak diubah menjadi 1 kali sehari 3 tablet (tab
diresepkan memang seperti itu? diperlukan 500 mg) sehari sesuai dengan pemakaian
3. Apakah rute/bentuk sediaan/cara dosis untuk pasien kategori pertama
administrasi sudah sesuai, 3. Pemakaian etambutol sebaiknya
pertimbangan efikasi, keamanan, diubah menjadi 1 kali sehari 3 tablet (tab
kenyamanan, keterbatasan pasien 250 mg) sehari sesuai dengan pemakaian
dan biaya? dosis untuk pasien kategori pertama
4. Apakah dosis yang ditentukan
dapat memaksimalkan efek terapi
dan kepatuhan dapat meminimalkan
efek yang tidak diinginkan, interaksi
obat dan kompleksitas regimen?
5. Apakah lama terapi sudah tepat?

COVID-19
LANJUTAN…..

Jenis Penilaian Masalah Terkait Obat Komentar/Catatan


Masalah
Duplikasi Apakah terdapat duplikasi terapi? 1. Ada masalah
2. Diperlukan lebih banyak informasi untuk
penentuan
3. Tidak ada masalah atau atau intervensi
tidak diperlukan
Alergi 1. Apakah pasien alergi atau 1. Ada masalah
terhadap obat intoleran terhadap obat 2. Diperlukan lebih banyak informasi untuk
tertentu (atau pengobatan penentuan
yang berhubungan secara 3. Tidak ada masalah atau atau intervensi
kimia) yang sedang tidak diperlukan
diperoleh?
2. Apakah pasien
menggunakan metode
tertentu untuk mengingatkan
tenaga kesehatan mengenai
alergi/intoleransi (masalah
medis yang serius)?
LANJUTAN….
Jenis Masalah Penilaian Masalah Terkait Obat Komentar/Catatan
Kejadian yang Apakah gejala atau masalah 1. Ada masalah Jika pasien mengalami urin yang
merugikan medis yang mungkin disebabkan 2. Diperlukan lebih banyak berwarna merah, gangguan
oleh obat? Seperti apa hubungan informasi untuk penentuan penglihatan, maupun gangguan
masalah dengan obat? 3. Tidak ada masalah atau atau pencernaan itu karena efek samping
intervensi tidak diperlukan OAT. Jadi pasien tidak perlu
khawatir. Atau jika memungkinkan
konsultasi kembali ke dokter
Interaksi obat: 1. Apakah ada interaksi antar 1. Ada masalah - Rifampicin menurukan efek dari
obat-obat, obat- obat? Apakah 2. Diperlukan lebih banyak karbamazepin dg mempengaruhi
penyakit, obat- mempengaruhi secara informasi untuk penentuan metabolism enzim CYP3A4
makanan dan klinis? 3. Tidak ada masalah atau atau - Rifampin meningkatkan toksisitas
obat-tes labor 2. Apakah ada obat yang di intervensi tidak diperlukan dari INH dg meningkatkan
KI (relatif/absolut) pada metabolism
kondisi penyakit tersebut? - Karbamazepin dan rifampin akan
3. Apakah ada interaksi obat- menurunkan efek dari fenitoin dg
makanan? Apakah secara mempengaruhi metabolism enzim
klinis signifikan? hati CYP2C9/10
4. Apakah ada interaksi uji - Fenitoin menurunkan efek
lab dengan obat? Apakah karbamazepin dg mempengaruhi
secara klinis signifikan? metabolism enzim CYP3A4 di
hati/usus
- INH meningkatkan efek
karbamazepin dg mempengaruhi
metabolism CYP3A4 di COVID-19
hati/usus
LANJUTAN…..

Jenis Masalah Penilaian Masalah Terkait Obat Komentar/Catatan


Kegagalan dalam 1. Apakah pasien gagal 1. Ada masalah Ada, karena pasien berhenti minum obat
menerima terapi menerima obat karena 2. Diperlukan lebih banyak sejak satu minggu yang lalu pasien dengan
kesalahan sistem atau informasi untuk penentuan alasan tidak sempat kontrol
ketidakpatuhan? 3. Tidak ada masalah atau atau
2. Apakah ada faktor intervensi tidak diperlukan
yang menghambat
pencapaian efek
terapi?
Dampak terhadap 1. Apakah biaya 1. Ada masalah Perlu ditanyakan terlebih dahulu kepada
keuangan pengobatan yang 2. Diperlukan lebih banyak pasien mengenai kesanggupan dalam
dipilih sudah efektif? informasi untuk penentuan menebus obat
2. Apakah biaya terapi 3. Tidak ada masalah atau atau
obat menyebabkan intervensi tidak diperlukan
kesulitan bagi pasien?

COVID-19
LANJUTAN…..

Jenis Penilaian Masalah Terkait Obat Komentar/Catatan


Masalah
Pengetahuan 1. Apakah pasien mengerti tujuan 1. Ada masalah Edukasi terhadap pasien mengenai indikasi
pasien dari pengobatannya, bagaimana 2. Diperlukan lebih obat, cara pakai, lama pakai, waktu minum
tentang terapi cara menggunakan dan banyak informasi obat dan lama penggunaan obat. Dan jangan
obat kemungkinan efek samping dari untuk penentuan menghentikan minum obat jika bukan
terapi? 3. Tidak ada masalah anjuran dari dokter. Serta disarankan untuk
2. Apakah pasien memperoleh atau atau intervensi kembali lagi konsultasi ke dokter jika obat
manfaat dari peralatan edukasi tidak diperlukan habis. Karena kepatuhan dalam minum obat
(seperti lembar petunjuk, kartu akan mempengaruhi pencapaian terapi obat.
dan pengingat pada kemasan? Meskipun pasien pernah menggunakan obat
sebelumnya, namun edukasi tetap diberikan

Sosial atau 1. Apakah penggunaan obat 1. Ada masalah Keluhan kejang berulang yang dialami pasien
penggunaan pasien secara sosial 2. Diperlukan lebih disebabkan karena pasien berhenti minum
obat bermasalah? banyak informasi obat sejak satu minggu yang lalu.
2. Dapatkah penurunan secara untuk penentuan Penggunaan obat kejang ini tidak boleh
tiba-tiba atau penghentian obat- 3. Tidak ada masalah dihentikan jika bukan anjuran dari dokter.
obatan berkaitan dengan gejala atau atau intervensi
pasien? tidak diperlukan
REKOMENDASI OBAT
Rekomendasi Dosis Alasan
Fenitoin 200 mg 2 kali sehari peroral  Obat ini memiliki margin keamanan yang sempit (perbedaan antara
dosis terapi dan toksik). Oleh karena itu peningkatan tidak boleh
lebih dari 50 mg untuk mencegah efek samping toksik.
 Kadar fenitoin akan meningkat bila diberikan bersama isoniazid,
jadi tidak perlu ada penambahan dosis. Dan dapat di tingkatkan
sampai target 3-7 hari

Carbamazepin 200 mg 2 kali sehari  Carbamazepin di anjurkan untuk dihilangkan karena carbamazepin
dapat menurunkan kadar fenitoin.
 Jika tidak dihilangkan maka dosis diberikan 2 kali sehari 200 mg
karena carbamazepin mempunyai waktu paruh yang pendek dan
kadar akan menurun jika digunakan bersamaan dengan fenitoin jadi
diberikan dua kali sehari dan dosis awal yaitu 400-600 mg perhari.

COVID-19
REKOMENDASI OBAT (LANJUTAN….)

Rekomendasi Dosis Alasan

Rifampisin 450 mg 1 kali sehari  Dosis sudah pas, sesuai dengan dosis kategori pertama

Isoniazid 300 mg 1 kali sehari  Dosis sudah pas, sesuai dengan dosis kategori pertama

Pyrazinamid 1 kali shari 3 tablet (tab 500 mg)  Dosis sesuai dosis kategori pertama

Etambutol 1 kali sehari 3 tablet (tab 250 mg)  Dosis sesuai dosis kategori pertama

COVID-19
RENCANA ASUHAN
(Pelayanan Kefarmasian
Untuk Kasus)

COVID-19
RENCANA PEMANTAUAN EFEK TERAPI
Nama : Ny. Umur : 35 Tahun No. DMK : Dokter :Dr.
BB : - kg TB: - cm Ruangan :- Farmasis : S.Farm

Health Care Pharmacotherapeutic Recommendatio Monitoring Desired Endpoint(s) Monitoring Frequency


Need Goal ns for therapy Parameter
Pengobatan - Mencegah bangkitan Berikan OAE: *Carbamazepine* *Carbamazepine* - Untuk monitoring
kekambuhan (kejang) kembali, dan (Antikonvulsi, - Bioavaibilitas - Biovaibilitas(75- biovaibilitas,
kejang (Apilepsi) kecilnya efek samping mencegah dan - Protein Binding - t½ 80%) Protein binding, t½
yang ditimbulkan mengobati - Protein Binding (70- dan konsentrasi
bangkitan epilepsi) (24-45) 80%) dalam serum setiap
- Konsentrasi serum - t½ (24-45 jam) harinya selama
- Phenytoin carbamazepine - GOT ( 5-40u/L) pengobatan.
200 mg 2x sehari 1 - Nilai SGOT - GPT (7-56u/L) - GOT,GPT, Serum
tab - Nilai SGPT - Ureum (13-43 kreatin, Ca, Kreatin
- Carbamazepine - Serum Ca mg/dL) haruslah setiap
200 mg 2x sehari 1 - Ureum - Kreatin (0,70- 1,20 bulannya, jika tidak
cap - Serum kreatin mg/dL) bisa 3-6 bulan
  - Jumlah sel darah - Serum Ca (8,6-10.3 sekali. Pemakaian
lengkap mg/dL) obat yang lama.

 
 
COVID-19
LANJUTAN

Health Care Pharmacotherapeutic Recommendatio Monitoring Desired Endpoint(s) Monitoring Frequency


Need Goal ns for therapy Parameter
Pengobatan - Mencegah bangkitan Berikan OAE: *Phenytoin* *Phenytoin* - Untuk monitoring
kekambuhan (kejang) kembali, dan (Antikonvulsi, - Bioavaibilitas - Biovaibilitas(85-90%) biovaibilitas,
kejang (Apilepsi) kecilnya efek samping mencegah dan - Protein Binding - Protein Binding (90- Protein binding, t½
- t½ (9-40) 93%)
yang ditimbulkan mengobati - Konsentrasi serum t½ (24-45 jam) dan konsentrasi
bangkitan epilepsi)carbamazepine - GOT ( 5-40u/L) dalam serum setiap
- Nilai SGOT - GPT (7-56u/L) harinya selama
- Phenytoin - Nilai SGPT - Serum Ca (8,6-10.3 pengobatan.
200 mg 2x sehari 1 - Serum Ca mg/dL)
tab - Jumlah sel darah - GOT,GPT, Serum
lengkap
- Carbamazepine kreatin, Ca, Kreatin
200 mg 2x sehari 1 haruslah setiap
cap bulannya, jika tidak
  bisa 3-6 bulan
sekali. Pemakaian
obat yang lama.

 
 

COVID-19
LANJUTAN

Health Care Pharmacotherapeutic Recommendatio Monitoring Desired Endpoint(s) Monitoring Frequency


Need Goal ns for therapy Parameter

Pengobatan TB - Mengobati TB paru OAT Ketegori 1 *OAT Ketegori I* *OAT Ketegori I* GOT,GPT, haruslah
Paru pasien - Menurunkan jumlah 2(RHZE)/4(HR)3) - Nilai SGOT - GOT ( 5-40u/L) setiap bulannya, jika
bakteri dan - Rifampicin - Nilai SGPT - GPT (7-56u/L) tidak bisa, 3-6 bulan
membunuh bakteri 450 mg, 1x sehari - kepatuhan dalam   sekali. Pemakaian obat
dalam, pasien sembuh 1 tab minum obat pasien yang lama.
dan mencegah - Isoniazid  
kekambuhan 300 mg, 1x sehari
1 tab
- Pyrazinamid
500 mg, 1x sehari
3 tab
- Ethambutol
250 mg, 1x sehari
3 tab

COVID-19
RENCANA PEMANTAUAN EFEK TERAPI
Nama : Ny. No. DMK :
Umur : 35 Tahun Ruangan :
BB : -kg Dokter :Dr.
TB:-cm Farmasis :S.Farm
No. Manifestasi ESO Nama Obat Regimen Cara Mengatasi ESO
Dosis
1. E.S yang mengancam jiwa: Carbamazepine 200 mg 2x Dilakukan monitoring dari obat terapi seperti SGPT,SGOT, serum
Anemia aplastik, hepatoksisitas, sindrom sehari 1 cap obat dalam darah, jumlah sel darah, serum kreatin, urea, serum Ca.
Steven-Johnson, lupuslike   Jika terjadi obat OAE diturunkan bertahap (tapering off). Lalu
syndrome.osteoporosisi dilakukan penamban obat atau penggantian obat OAE yang lain
E.S Minor:
Ataksia, diplopia, mual, kelelahan,
lekopeni, tromositopenia, hiponatremia,
disfungsi seksual, nuropati perifer

2. E.S yang mengancam jiwa: Phenitoin 200 mg 2x Dilakukan monitoring dari obat terapi seperti SGPT,SGOT, serum
Anemia aplastik, hepatoksisitas, sindrom sehari 1 tab obat dalam darah, jumlah sel darah, serum kreatin, urea, serum Ca.
Steven-Johnson, lupuslike syndrome.   Jika terjadi obat OAE diturunkan bertahap (tapering off). Lalu
E.S Minor: dilakukan penamban obat atau penggantian obat OAE yang lain
Hipertrofi gusi, hirsurtisme, ataksia,
nistagmus, diplopia, ruam, anokresia,
mual, neuropati perifer, disfungsi seksual,
penurunan absorbsi Ca pada usus
LANJUTAN
Manifestasi ESO Nama Obat Regimen Cara Mengatasi ESO
No.
Dosis

3. Urine bewarna merah, gangguan fungsi Rifampicin 450 mg 1x Dilakukan monitoring dari obat terapi seperti SGPT,SGOT, serum
hati, demam, ruam kulit, gangguan sehari 1 tab obat dalam darah, jumlah sel darah, bilirubin dan albumin serum.
gastrointestinal, sesak nafas, anemia dalam 2 bulan Dan dilakukan pemeriksaan skin test jika terdapat ruam kulit
(tahap intensif)

4. Neuropati perifer, Psikosis toksik, Isoniazid 300 mg 1x Dilakukan monitoring dari obat terapi seperti SGPT,SGOT, serum
gangguan fungsi hati, kejang sehari 1 tab obat dalam darah, jumlah sel darah,bilirubin dan albumin serum.
dalam 2 bulan Dilakukan penambahan vitamin B6
(tahap intensif)

5 Gangguan pendengaran, anafilaksis, pyrazinamid 500 mg 1x Dilakukan monitoring dari obat terapi seperti SGPT,SGOT, serum
anemia, agranulositosis, trombositopenia sehari 3 tab obat dalam darah, jumlah sel darah, bilirubin dan albumin serum
dalam 2 bulan
(tahap intensif)

6 Gangguan Penglihatan, buta warna, Ethambutol 250 mg 1x Dilakukan monitoring dari obat terapi seperti SGPT,SGOT, serum
Neuritis perifer sehari 3 tab obat dalam darah, jumlah sel darah,bilirubin dan albumin serum
dalam 2 bulan
(tahap intensif)

COVID-19
RENCANA PEMANTAUAN EFEK TERAPI (MONITORING)

Pharmacotherapeutic Goal Monitoring Parameter Desired Endpoint Monitoring Frequency


1 Bioavaibilitas Carbamazepine 75-80% Setiap harinya
Protein Binding Carbamazepine 70-80%
t½ Carbamazepine 24-45 jam
Bioavaibilitas Phenytoin 85-90%
Protein Binding Phenytoin 90-93%
t½ Phenytoin 24-45 jam
1 dan 2 SGOT 5-40u/L Diutamakan 1 bulan sekal atau 3-6 bulan sekali
SGPT 7-56u/L
Albumin 3,9-5,0 g/dL
Bilirubin 0,20-1,50 mg/dl
1 SCr 0,70- 1,20 mg/dL Diutamakan 1 bulan sekal atau 3-6 bulan sekali
Ureum 13-43 mg/dL
BUN 7-20 mg/dL
1 Hematologi Lengkap - 13.2-17.3 g/dL Diutamakan 1 bulan sekal atau 3-6 bulan sekali
- Hemoglobin - 40-52%
- Hematokrit - 4,4-5,9 106/uL
- Eritrosit
- 150-440 103/dL
- Trombosit
- Leukosit - 5000- 10000/Ul

1 Serum Ca 8,6-10.3 mg/dL Diutamakan 1 bulan sekal atau 3-6 bulan sekali

1 dan 2 Kepatuhan dalam minum obat Epilepsi membaik dan TB Setiap harinya selama
paru sembuh perawatan
COVID-19
RENCANA EDUKASI PASIEN
Nama : Ny No. DMK : Dokter :Dr.
Umur : 35 Tahun BB : -kg TB: -cm Ruangan : Farmasis : S.Farm

Uraian Rekomendasi/Saran
Menjelaskan efek samping dari rifampisin Yaitu kemungkinan terjadinya tinja, urin, keringat dan air mata berwarna
kemerahan Menjelaskan kepada pasien bahwa tidak perlu cemas dan khawatir, hal
tersebut adalah efek samping dari obat. Tidak perlu diberi apa-apa
Menjelaskan efek samping dari isoniazid Menjelaskan bahwa obat tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kesemutan,
namun efek samping ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin B6 (piridoksin)
Menjelaskan efek samping dari etambutol Obat ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, jika terjadi segera hubungi
dokter.

Menjelaskan risiko penggunaan Obat ini dapat menyebabkan pusing atau kantuk, beri penjelasan kepada pasien
carbamazepine untuk menghindari mengemudi, megoperasikan mesin atau melakukan kegiatan
  yang berat ketika mengkonsumsi obat ini.

Menjelaskan risiko penggunaan fenitoin Apabila pasien merasakan adanya peningkatan stress, munculnya depresi,
perubahan mood atau perilaku yang tidak biasa serta pemikiran melukai diri
sendiri, segera laporkan kepada keluarga.
LANJUTAN

Uraian Rekomendasi/Saran
Penggunaan obat dan kepatuhan minum obat Menjelaskan kepada pasien tujuan dan manfaat pengobatan, lama pengobatan,
  nama dan jumlah obat yang harus dikonsumsi, cara penggunaan obat serta jelaskan
  kepada pasien mengenai pentingnya kepatuhan minum obat, tidak boleh lupa.
Beritahu keluarga pasien agar dapat membantu kepatuhan minum obat pasien.

Cara penyimpanan obat Obat disimpan pada suhu kamar, terlindungi dari cahaya matahari langsung dan
jauhkan dari jangkauan anak-anak

Terapi non farmakologi  Mengkonsumsi makanan bergizi


 Lingkungan yang sehat

Pencegahan penularan TBC  Gunakan masker ketika bertemu orang lain, agar meminimalkan penularan
TBC
 Pisahkan ruangan tidur dan tidak tidur bersama orang lain, serta pastikan
kamar dengan ventilasi yang baik
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan

COVID-19
REFERENSI

● Dipiro CV, Schwinghammer TL, Dipiro JT, dan


Wells BG.2015. Pharmacotherapy Handbook 9th.
2015. USA : McGraw-Hill Education
● Dipiro JT, Kolesae J.M, Malone PM, Wells
BGSchwinghammer TL, and Burns M. A.C. 2016.
Pharmacotherapy Principles & Practice 4th. USA:
McGraw-hill Education
● Consensus Guidelines on the Management of
Epilepsy 2010. Epilepsy council, Malaysian Society
of Neuroscience

COVID-19
TERIMA KASIH
Wassalamualaikum, Wr. Wb

COVID-19

Anda mungkin juga menyukai