Anda di halaman 1dari 48

AIR UNTUK INDUSTRI

SISTEM PENGOLAHAN AIR


(SPA)

Basic Principles of GMP


AIR Sebagai bahan baku PRODUKSI OBAT

Air yang dihasilkan harus diperhatikan karena merupakan


PRINSIP salah satu elemen / komponen utama dalam produksi
pembuatan obat.

harus berkualitas sesuai persyaratan WHO

harus memenuhi standar GMP-CPOB

harus tersedia spesifikasi dan pemeriksaan rutin untuk air

harus divalidasi
JENIS AIR
1. Proses Air:
– Potable Water AIR MINUM
– Softened Water AIR LUNAK
– Purified Water, Highly Purified Water (EP) AIR MURNI
– Distilled water, Ultrafiltration Water (USP JP) - AIR UNTUK
INJEKSI (WFI)
– Pure, or clean Steam  UAP MURNI
Untuk sintesis kimia,
• sebagai eksipien,
• sebagai produksi biokimia,
• sebagai pemulihan produk akhir,
• sebagai pembersih.
2. Air digunakan untuk keperluan spesifikasi farmasi dan metode
produksinya di definisikan dalam peraturan farmasi.
KONTAMINAN DALAM AIR
a. Mineral

• Ca dan Ma • Aluminium
• Iron and manganese • Logam berat
• Silicates - Arsenic, Pb,
• Carbon dioxide cadnium
• Hydrogen sulfide • Nitrates
• Phosphates
• Copper
KONTAMINAN DALAM AIR
b. Mikroorganisme – Biofilm

• Algae - ganggang
• Protozoa
 Cryptosporidium
 Giardia

• Bakteri
 Pseudomonas Diminuta
 Gram (-) dan (+), non-fermenting bacteria
 Escherichia coli and coliforms
KONTAMINAN DALAM AIR
Biofilm Buildup/1
Bakteri yang bebas berkeliaran dalam air menggunakan
polymucosaccharides untuk membentuk koloni pada
permukaan Komunitas kompleks yang terbentuk kemudian
menyebarkan koloni-koloni kecil dari bakteri
KONTAMINAN DALAM AIR
Biofilm Buildup/2
KONTAMINAN DALAM AIR
c. Kekeruhan

• Zat-zat kapur (kesadahan), tanah yang tersuspensi


adalah penyebab kekeruhan
• Partikel halus "colloids"
• Menghilangkan kekeruhan dan koloid adalah
langkah pertama penanganan air baku
KONTAMINAN DALAM AIR
KESADAHAN AIR

Klasifikasi mg/L atau ppm


kesadahan air sebagai CaCO 3

Kesadahan rendah (air lunak) 0-60

Kesadahan sedang 61-120

Kesadahan tinggi 121-180


Kesadahan sangat tinggi > 180
Sistim  Pengolahan  Air
(SPA)

7/14/2015 10
Material dan Desain
Tangki penyimpanan
a. Design tangki :
- Hilangkan static areas ==> air “diam” dan "dingin“
- Permukaan tangki harus, fully drain atau continuously flushed
- Air yang masuk melalui sprayballs

b. Spesifikasi :
– Stainless steel 316 L
– Tahan panas s/d 95 °C
– Harus tahan tekanan dan vacuum

c. Ventilasi
– hydrophobic vent filter(PTFE) tahan temperatur k/l 10°C diatas temperatur air

d. Blanketing (bila perlu) Nitrogen Blanketing


– Selama proses CO2 naik conductivity naik, dicegah dengan nitrogen
blanketing

e. Indikator (biasanya diluar tangki)


– jangan digunakan  dead leg

f. Sanitasi reguler  pembentukan Biofilm


Sistim distribusi/Pemipaan
- Hilangkan static area : air “diam” (dead leg)
- Arah pipa bersudut / miring, fully drain
- Stainless steel 316 L atau bahan lain yang sesuai
- Tahan panas s/d 95ºC
- Harus tahan tekanan dan vacuum
- Pengelasan pipa : Orbital / orbital welding
- Penyambungan – penggabungan : sambungan saniter → gunakan
“Clamps” dan “O rings” daripada sambungan beralur (“threaded fittings”),
jangan tersembunyi.

- Label identitas, arah aliran yang jelas


- Pada sirkulasi dan distrubusi sebaiknya tanpa filter → penumpukan
bakteri
- Non-return valvet NRV → mencegah aliran balik
- Jangan gunakan Ball Valve
- Lengkapi dengan alat pemantau : suhu, tekanan, conductifity, flowrate
Sistim distribusi/Pemipaan
Tidak boleh ada sambungan mati (“dead legs”)

Flow direction arrows


on pipes are important

Deadleg section

If D=25mm & distance X is X <3D


greater than 150mm, we have
a dead leg that is too long.

Sanitary Valve

Water scours deadleg


14
Sistim distribusi/Pemipaan

Ball valves tidak boleh digunakan

1. Bakteri dapat
bertumbuh saat katup
ditutup
Genangan air
2. Air dikontami- di dalam katup

nasi saat mengalir


melalui valve
Pompa SPA

Centrifugal type
Design ●
Sanitary design dan drainable


Stainless steel 316 L
Tahan panas s/d 95ºC
Spesifikasi


Kecepatan aliran : harus dihitung kapasitas dan panjang pipa → > 1.0
m/sec pada kondisi normal (→masuk dalam spesifikasi dan IQ)


Jangan dipasang permanen tetapi harus siap dipasang saat dibutuhkan
Bila terpasang permanen perhatikan tidak terjadi dead legs dan kontaminasi
Pompa cadangan


Setiap penggantian pompa perhatikan → tidak terjadi kontaminasi dan
pompa harus disanitasi dahulu sebelum digunakan.
PROSES
PENGOLAHAN AIR
Penanganan Awal
1. Pengurangan kontaminan mikroba :
◦    Klorinasi
2. Pengurangan kontaminan partikel besar :
◦    Filtrasi Kasar dan atau Multi-media

3. Penurunan kesadahan
◦    Pelunakkan (“Softening”)
Pengurangan kontaminan mikroba

a. klorinasi

Kadar :1– 2 ppm efektif 0,8 ppm

Effektifitasnya tergantung pada : pH, konsentrasi dan waktu kontak

Monitor kadar

Penambahan yang kontinyu automatic injection
 Penghilangan kembali khlor aktif

b. Menghilangkan kembali khlor aktif


Filtration Carbon
Penyaringan dengan Carbon filter dengan Disposable cartridge
activated carbon filters lebih disukai karena penangannya mudah dan
perlu diganti untuk meminimalisir bioburden.

• Chemical reaction
Alternatif lain untuk menghilangkan chlorin terlarut , dengan
menambahkan Sodium Metabisulphite
Pengurangan kontaminan partikel
besar
Partikel besar (koloid dsb.) dalam air baku tertalu banyak akan
menimbulkan kesulitan pada sistim pengolahannya : filter, Resin, RO
membran dan EDI

 Particulate Filtration
• Sand filter, bila cemaran partikel dalam air baku cukup
banyak
• Multi – media filter
• Filter, 10 µm, 5 µm sebelum masuk kedalam system SPA
Penurunan Kesadahan
Kesadahan Ca+ dan Mg+ (dan juga silika) yang tinggi 
pengerakan dan kerusakan Resin, RO membran dan EDI
 Softener, Antiscalant atau Basic-dosing
 Merupakan pre-treatment process, menggunakan cation
exchange resin.
 Selama proses Ca+ dan Mg+ akan digantikan oleh Na+ garam
natrium sangat lebih mudah larut/tidak mengendap sehingga
tidak “berhenti”/mengganggu baik RESIN atau RO system.
 Resin softener diregenerasi dengan larutan NaCl.
 Untuk menghindari stagnasi pada umumnya digunakan 2 set
Softener yang dioperasikan dan diregenerasi secara bergantian.
WATER SOFTENER WASTE TO
OPERATION
DRAIN
CaCl2 MgCl2and NaCl
HARD WATER
Ca(HCO3)2 Mg(HCO3)2
CaCl2 MgCl2
CaSO4 MgSO4

SODIUM CATION
EXCHANGE (ZEOLITE)

REGENERANT
CONC. BRINE
SOFT WATER
(H2O + NaCl)
NaHCO3
NaCl SOFTENER
Na2SO4 REGENERATION
Penanganan Awal Air Baku
Gambar skematik – Proses Air sadah

"soft" water to deioniser


by pass valve

brine and salt tank

zeolite water softener


-exchanges
brine
-Ca and Mg for Na

"hard" water
in

drain
Rangkuman Penanganan Awal

• Bila kesadahan air baku < 50 ppm CaCO3 Antiscalant-Dosing untuk


menjaga tingkat kestabilan kesadahan
• Bila kesadahan air baku > 50 ppm CaCO3 softener dalam arti proses
pertukaran ion Ca dan Mg dengan Na
• Bila kandungan carbon dioxide/CO 2 > 5 ppm  diperlukan Membrane
Degasification atau NaOH-Dosing
• Bila kandungan silica > 30 ppm Antiscalant-Dosing, NaOH-Dosing untuk
menurunkan pH atau menurunkan RO recovery
• Bila kandungan substan lain melebihi persyaratan tertentu perlu retreatment
tambahan misalnya : Multi-Layer Filtration, Activated Carbon Filtration,
Microfiltration, Ultrafiltration, Sulfite-Dosing, UV-irradiation dsb.
Pemurnian  Air
Pemurnian
 Deionisasi/Demineralisasi – Conventional Deionization
menggunakan resin sebagai kation dan anion exchanger
Twin bed resin

 Mixed bed resin
 RO - Reverse Osmosis : pemurnian air menggunakan
membran semi permiable
 EDI - Electro Deionisation : pemurnian air menggunakan
sistim terpadu  mixed resin, membran dan elektroda
 Ultra filtrasi
 Distilasi
1. Conventional Deionisation

 Cara kerja :
◦ Air baku dilewatkan resin bed  pertukaran ions dan dissolved
-
salts dengan hydrogen (H+ ) dan hydroxyl ions(OH )
◦   Kemampuan resin terbatas sehingga kinerja dari resin bed nya
juga akan menurun

 Pemilihan resin :
◦   tergantung pada sistim yang ditawarkan, perhatikan :
  Kualitas dan effek non-ionic kontaminan
 Sistim mencegah keluarnya “fines resin” dalam air yang dihasilkan.

 Re-generasi resin :

◦ secara kimia dengan acids/HCl and alkali/NaOH.


Conventional Deionisation

• Design
perhatikan supaya kelebihan chlorine dalam air baku dapat
dicegah tidak masuk kedalam deioniser – resin
• Sistim
– harus tertutup/closed system dan diuji tidak ada potential
stagnant areas dan dead-legs.
– terdiri dari 2 set ion exchange unit yang digunakan secara
“seri”,
• Unit pertama menghilangkan hampir seluruh kontaminan utama dan
• Unit ke 2 sebagai polishing system terhadap keluaran unit pertama.
Conventional Deionisation
 Masalah yang sering timbul dari sistim conventional
ion exchangers :
 Deionizers adalah media yang baik untuk pertumbuhan
mikroba. Populasinya akan naik seiring dengan naiknya
interval waktu regenerasi. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba :
 flow rates, temperatur, permukaan dari resin beds dan kualitas
dari feed water  biofilm
 Penggunaan bahan kimia untuk sanitasi (H O , Ozone,
2 2
Chlor bebas dsb)  masalah lingkungan hidup
Proses Pemurnian Air
Gambar skematik alat Deionizer atau Demineralizer

from water softener


HCl NaOH

6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
Water must be kept
circulating
Cationic column Anionic column Cartridge Cartridge
UV light filter 5 µm filter 1 µm

Eluates to Ozone generator


neutralization
plant
Hygienic pump
Return to de-ioniser

Outlets or storage.
Drain line

Air break to sewer


2. Reverse Osmosis
a. Reverse osmosis (RO) adalah sistim yang paling efektif
untuk menghilangkan sebagian besar dissolved
organics/garam terlarut
– Reverse osmosis works by segregating very low weighted molecules
(200 to 300 Daltons).

This technology allows partial or total removal of most salts, microorganisms,
organic materials and endotoxins
b. RO system pengganti sistim cation/anion exchange
 Air baku dengan tekanan tinggi dilewatkan membran semi-permeable

 Sebagian dari air tersebut (the permeate) yang hampir tidak


mengandung dissolved organics, pyrogens dan mikroba akan dapat
melewati membran dan
 Sebagian lagi yang mengandung ion akan ditahan oleh membrane.
Residue (retentate) tsb adalah “larutan pekat” dan akan dibuang
Reverse Osmosis (RO) theory

High pressure Low pressure

Semi-permeable
membrane
Feed
water
under
Purified water
pressure raw water

Permeate
Reject
water

water
drain or recycle
Reverse Osmosis

• Osmoser (RO unit)


• BiOsmoser (Double stage RO unit or two
serial osmosers)
Gambar skematik Sistem RO 2 Tahap

Water from softener or de-ioniser

Second stage reject water goes back to first stage buffer tank
1st stage buffer tank
First stage RO cartridge
1st stage reject concentrate

Branch
Branch

First stage filtrate feeds second stage RO


with
. excess back to 1st stage buffer tank
Air break
to sewer Second stage RO cartridge 2nd stage buffer tank

High pressure
pump Cartridge
filter 1 µm Hygienic pump
Second stage RO
water Water returns to 1st stage buffer
meets Pharmacopoeia Outlets or storage tank
standards
Reverse Osmosis
c. Untuk air dengan kesadahan tinggi, beberapa anorganic
material akan mengkristal pada permukaan membran,
diperlukan
- Pre- treatment system
- Membran perlu dibersihkan dan disanitasi (panas atau
H2O2)

d. Pemilihan Membrane secara umum Tergantung pada


supplier sari sistim tsb. Tetapi harus ditetapkan operating
limits dan garansi terhadap kinerja membran terhadap
pengaruh: temperatur, pH, chlorine level, silt, hardness dsb,
termasuk permeate flux and kualitasnya.
Reverse Osmosis

e. Air baku hendaknya tidak mengandung suspended


solid dan colloidal matter (silt).
- Harga atau besaran dari colloid index or silt density
index yang terukur dalam air baku merupakan
indikasi/parameter apakah diperlukan pre-treatment
system atau tidak  SDI harus < 3.

- Variasi kualitas air baku akan menyebabkan adanya


variasi baik kualitas maupun kuantitas dari permeate.
3. Electro Deionisation - EDI

• Adalah proses membran elektrokimia yang menggabungkan elektrodialisis dan


pertukaran ion.
• Elektrodialisis : Elektrodialisis adalah teknik pengelompokkan yang
memanfaatkan membran ionik (atau ion yang bertukar membran),
memungkinkan penangkapan ion dari dalam larutan di bawah aksi medan listrik.

- Sesuai dengan sifat gugus fungsi pada membran ionic kami melihat:
• Membran permeabel kation, bernama membran kationik (anion pengecualian),
• Selaput permeabel anion, yang disebut selaput anionik (kation pengecualian)

Electrodeionisation (EDI) Electrodeionisation adalah teknologi produksi dari PT


air murni atau ultra-murni yang memanfaatkan teknologi berikut: pertukaran ion
resin, membran ionik dan perbedaan potensial listrik antara keduanya elektroda.
ElectrodialysisContinuous Process

Cathode (-)
- - - - -

+
Na+
Na Cation-Transfer
Na+
Membrane
Na+
Na+ Demineralized
Cl - -
Cl Na +
Product
Cl - Anion-Transfer
-
Cl
Cl
Cl - Cl - Membrane
+
Na Cl-
Cl
+
Na
Concentrate
Cl - Cl - Na+ Na+ Na +
Cation-Transfer
+
Na Membrane
Na+
+ +
Na Na
Anode (+)
+ + + + +
Electro Deionisation - EDI
  EDI harus dipasang sebagai 1 sistim terpadu. Ada 2 macam tipe
EDI :
• Jenis pelat - tumpukan dipasang dan
• Luka sistem spiral

 Jenis pelat bekerja dengan :


Intensitas arus mulai dari 2,5 hingga 6 A dan level tegangan mulai dari
250 hingga 600 V,

 Sistem spiral bekerja dengan:


Intensitas arus berkisar antara 15 hingga 25 A dan level tegangan mulai
dari 60 hingga 100 V

  Keduanya mempunyai effectifitas yang sama


• keduanya didorong oleh laju aliran.
Electro Deionisation - EDI

 Merupakan tekhnologi pengolahan air yang disukai dan


diterima secara luas
 Perlu pengajian mendalam pada tahap designnya supaya air
baku yang dipakai memenuhi kriteria untuk EDI. Pada
umumnya digunakan reverse osmosis sebagai pre-treatment
system.
 Proses EDI mempunyai keuntungan jauh diatas conventional
twin bed deionisers. Resinnya tidak perlu diregenerasi dengan
acid/HCl and alkali/NaOH
 EDI pengganti Mixed bed Ion exchange
Electro Deionisation - EDI

 EDI adalah sistim/process yang menggunakan kombinasi


dari mixed resin, selectively permeable membranes dan
electrodes, yang akan “menyetir” migrasi ion dari air
baku/incoming water kedalam waste water (concentrate).

 EDI dapat menghasilkan PW dengan konduktifitas sangat


rendah (< 0,1 µs/cm)

 Sekarang juga sudah dapat dilakukan sanitasi dengan panas.


Prinsip - EDI process

7/14/2015 43
3. Sistim Penampungan,
Distribusi dan Sanitasi

7/14/2015 44
Sistem Penampungan,
Distribusi dan Sanitasi
Metoda Penampungan – Sirkulasi -
Sanitasi
1. Hot Water Systems
Panas  Panas  Panas

Panas  Dingin  Panas

2. Cold Water Systems


Dingin  Dingin  Panas
Dingin  Dingin  cara sanitasi lainnya

3. Cara Sanitasi lain : UV, OZON


Metode disinfeksi SPA (2)
U-V
• U-V tidak mengsterilkan
• Laju alir (“Flow Rate”) air adalah kritis
• Kemungkinan terjadi kontaminasi kembali sesudah
melewati fase radiasi
• Lampu UV terbatas umurnya
Bahan Kimia
• Persenyawaan ammonium kuartener – Hydro 259
• H2O2
• Ozon
• Halogen
• Formaldehyde
ANY
 QUESTIONS
?

Anda mungkin juga menyukai