Anda di halaman 1dari 37

BAB VII

PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN


KEBUDAYAAN
Kelompok 5:
Ahmad Ghazi Yullah 1610952034
Rohadatul Aisya 1810951018
Mutiara Dwi Yoza 1810953004
Vinoza Shalsabila 1810953027
A.PENYEBARAN PENDUDUK DI MUKA BUMI
- Penyebaran penduduk adalah pindahnya penduduk ( emigrasi
dan transmigrasi) dari satu tempat ke tempat lain oleh apapun
sebabnya ,yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan
penduduk yang selalu membawa hal-hal yang penting terhadap
ciri atau karakteristiknya.
- Mengenai penyebaran manusia, ahli-ahli tulisan kuno telah
memperkirakan bahwa makhluk manusia terjadi di suatu daerah
tertentu di muka bumi, yaitu daerah tertentu di muka bumi,
yaitu daerah Saban Tropis di Afrika Timur.
- Apabila melihat rekonstruksi W. Howells, migrasi besar
penduduk dunia antara 80.000 SM sampai 1.000 SM cenderung
menyusuri pantai-pantai di setiap benua, dan membuat garis
spiral ke arah pedalaman.
- Migrasi lambat terjadi pada migrasi dari benua Asia ke Benua
Amerika pada akhir Zaman Glasial ke – 4.
- Migrasi yang cepat dan mendadak diakibatkan bermacam
sebab, misalnya karena bencana alam, wabah, perubahan mata
pencaharian, dan peperangan (pengungsi Vietnam).
- Faktor yang mempengaruhi penyebaran penduduk :
a. faktor pendorong (push factor)
disebabkan oleh alasan ekonomi,politis,agama dan adat istiadat
b. faktor penarik ( pull factor )
bersifat umum,misalnya propaganda di suatu negara untuk menarik
imigran.
- Adanya migrasi primitive (menurut Petersen) yang terdiri dari:
a. Mencari makan (food gathering)
b. Berburu (barbar)
c. Berkelana (wandering)
d. Dan berkelompok menjelajahi suatu wilayah (ranging)
- Menurut ahli demografi, penduduk Indonesia bersifat highly
immobile, artinya tidak banyak berpindah – pindah untuk
menetap di luar daerah kelahiran mereka kalau tidak terpaksa
atau dipaksa untuk pindah.
- Penyebab transmigrasi : daerah terkena bencana alam,
daerahnya kritis, daerahnya terlalu padat, dan kena proyek
pembangunan pemerintah.
- Penyebab urbanisasi : alasan keamanan (adanya
pemberontakan), mencari nafkah, ikatan keluarga (pernikahan),
dan bersekolah.
- Menurut Koentjaraningrat (1972), ada mobilitas penduduk desa
dengan pola perpindahan tetap, dan tidak tetap.
- Ciri-ciri tertentu dalam proses migrasi:
a. Berumur muda (20-29 tahun)
b. Belum menikah
c. Tingkat pendidikan relatif lebih tinggi
d. Bermotif memperbaiki nasib kehidupannya
- Mobilitas sosial dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu
vertical, horizontal, dan geografik (E.S. Lee, 1967)
- Dimensi mobilitas sosial untuk kategori desa ke desa, desa ke
kota, dan kota ke kota meliputi dimensi komutasi, sirkulasi, dan
migrasi (G. McNigol, 1968)
- Penjelasan sosiologi tentang migrasi meliputi :
1. kategorisasi dari bermacam-macam faktor yang menyebabkan
atau disebabkan migrasi
2. tipologi daripada perpindahan
3. pembentukan modal
- migrasi dari desa ke kota secara fungsional dipengaruhi
variabel :
1. perbedaan real pendapat desa dan kota
2. peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota
- Pemahaman mobilitas,berkaitan dengan analisis sosiologi
tentang :
1. Kecenderungan peranan tertentu yang berhubungan dengan
perubahan umur
2. Artikulasi peranan dalam struktur keluarga besar
3. Artikulasi peranan ini dalam sistem pekerjaan dan ekonomi
B. JUMLAH PENDUDUK DALAM SEJARAH
- Sejarah : masalah jumlah penduduk adalah relevan jika diartikan sebagai
rangkaian peristiwa yang benar terjadi.
- Dalam arti luas penduduk atau populasi adalah sejumlah makhluk sejenis
yang mendiami atau memduduki suatu tempat tertentu.
- Mempelajari penduduk sama dengan pendekatan terhadap tiga sudut
pandang, yaitu :
1. Untuk memperoleh data penduduk yg nyata
2. Untuk memperoleh penafsiran tabiat sosial
3. Untuk melakukan aksi social
- Ilmu yang mempelajari tentang penduduk adalah demografi ( demos=rakyat;
graphien: menguraikan, menceritakan), terbatas pada fakta dan pengumpulan
data.
- Teori ekonomi lingkungan :
a. Teori pearl
manusia itu tumbuh berdasarkan kurva normal.
b. Teori Gini
Penduduk berkembang cepat pada tingkat muda permulaan

c. Teori Sosial
teori kapilaritas sosial, yaitu seperti gejala naiknya air atau
minyak di dalam pembuluh sempit.
d. Teori Transisi Demografi
Beranggapan bahwa perubahan penduduk terjadi sebagai
akibat dari kondisi sosial-ekonomi penduduk yang bersangkutan.
C. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
Dalam proses pembangunan, upaya mengendalikan
kependudukan di Indonesia dipengaruhi beberapa determinasi
pembangunan jangka panjang, di antaranya lapangan kerja,
pendidikan, kesehatan, penyediaan pangan, kebutuhan pokok,
industrialisasi, pengolahan energi, dan lingkungan pembangunan
daerah.
Profil demografi kependudukan Indonesia meliputi ciri pokok
dan sifat kependudukannya, yaitu jumlah yang besar,
pertumbuhan cukup tinggi, penyebaran tidak merata, struktur
umur muda, dan sifat sosial ekonomi yang mencerminkan
keterbelakangan.
Jumlah penduduk Indonesia pada akhir tahun 1981
mencapai 151 juta, dan perkembangannya masih tinggi,
yaitu rata-rata 2,3% per tahun selama dekade terakhir ini.
Menurut data BAPPENAS 2018 , jumlah penduduk
Indonesia pada adalah 267 juta jiwa. Dengan rincian
sebagai berikut
Masalah lain yang paling menonjol ialah masalah penyebaran
penduduk yang tidak merata.
Lebih dari 60% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, yang
luasnya hanya sekitar 7% dari luas Indonesia. Bila dilihat dari
distribusi penduduk antarpulau, sejak tahun 1930 terlihat bahwa
ketimpangan ini bukan merupakan fenomena baru. Pada tahun
1930, 68,7% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Tahun
1961 persentase itu turun menjadi 65%. Kemudian menjadi
63,8% pada tahun 1971, dan 51,9% pada tahun 1980.
Menurut proyeksi penduduk Indonesia (2015-2045) dengan dasar hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), jumlah penduduk Indonesia pada
2019 sebanyak 266,91 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 150 juta jiwa
atau lebih dari 56% berada di Pulau Jawa.
Di samping pertumbuhan, penyebaran dan kepadatan komposisi
umur penduduk juga memegang peranan penting dalam mengkaji
sifat-sifat kependudukan. Lazimnya penduduk dikatakan
mempunyai susunan umur yang muda bila lebih dari 40%
jumlahnya berada pada kelas umur di bawah 15 tahun. Keadaan
demikian mempunyai implikasi dalam hal beban tenaga produktif
bagi tenaga yang tidak produktif atau rasio beban tanggungan
(dependency ratio).
  beban tanggungan biasanya dihitung dengan cara berikut:
•Rasio

Rasio beban tanggungan =

Angka yang diperoleh biasanya digunakan untuk mengukur


secara kasar beban tenaga produktif bagi tenaga yang tidak
produktif.
- Tentang sifat-sifat sosial ekonomi kependudukan yang
mencerminkan keterbelakangan antara lain digambarkan dari data
tentang tingkat pendidikan, kemampuan baca-tulis, umur kawin
wanita, dengan derajat partisipasi angkatan kerja, khususnya
untuk wanita.

- Kenaikan usia kawin pada wanita lazimnya dihubungkan


dengan perbaikan tingkat pendidikan, meningkatnya partisipasi
wanita dalam angkatan kerja, dan penurunan tingkat kelahiran.
D. KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN
Arah kebijaksanaan kependudukan di Indonesia meliputi
pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian (terutama
anak-anak), perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk
yang lebih serasi dan seimbang, pola urbanisasi yang berimbang
merata, serta perkembangan dan penyebaran angkatan kerja.
Ada dua alasan yang membuat corak kebijaksanaan
kependudukan Indonesia pada masa lampau berbeda dengan
masa kini, yaitu:
a. Di masa lampau penduduk dipandang lebih sebagai potensi
nasional.
Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja bagi
perkembangan masa depan, pertambahan pasar bagi ekspansi
ekonomi, dan tambahan potensi pertahanan dan ketahanan
nasional
b. ada perasaan bahwa tanah air kita kaya-raya, masih amat luas
daratan maupun lautannya untuk menampung tambahan
penduduk
- Penduduk, selain sebagat assets, juga merupakan liabilities.
Tambahan tenaga kerja baru berarti bagi pertumbuhan ekonomi
bila setiap tambahan tersebut mampu memberi kontribusi yang
sepadan pada pertumbuhan ekonomi per kapita.
Ketidakmampuan perekonomian untuk menampung setiap
tambahan tenaga kerja secara wajar malah akan memerosotkan
keadaan perekonomian secara keseluruhan.
- Anggapan bahwa tanah air Indonesia masih luas, kaya-raya, dan
berkepadatan jauh di bawah negara-negara berpenduduk banyak
lainnya, memerlukan pengamatan secara lebih cermat. Tidak
seluruh bagian tanah air kita mempunyai tingkat kesuburan yang
sama, sehigga daya dukung alam relatif amatlah berbeda-beda.
- Laju pertumbuhan ekonomi lazim diukur dengan tingkat
pendapatan atau produksi nasional dibagi dengan jumlah
penduduk, yaitu angka pendapatan per kapita.
- Menghambat pertumbuhan penduduk merupakan usaha yang
rumit karena menyangkut perubahan tata nilai sikap,
kepercayaan, dari kebiasaan penduduk. Oleh karena itu
investasi di bidang kependudukan mempunyai dimensi
pengaruh berjangka panjang dan sementara orang menganggap
kurang menentu dampaknya.
- Walaupun transmigrasi mempunyai peran untuk menarik
migrasi spontan, namun pengaruh pertumbuhan ekonomi dan
investasi jauh lebih besar. Oleh karena itu, perubahan dasar dalam
kebijaksanaan penyebaran penduduk ialah arahan dan
rangsangan-rangsangan ekonomi yang diciptakan di daerah
tujuan.
- Dekonsentrasi wewenang dan pengambilan keputusan pada
tingkat pemerintahan lebih rendah di samping dekonsentrasi
arahan investasi, akan merangsang inisiatif dan persaingan sehat
di antara pusat-pusat kegiatan ekonomi di daerah. Pada gilirannya
persaingan itu akan berpengaruh pada pola urbanisasi.
E. KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN
- Kependudukan bergantung kepada suatu Innerwill (emansipasi
diri)
- Umumnya, pembangunan adalah suatu proses peningkatan
pendapatan secara terus-menerus per jiwa penduduk.
- Penduduk memegang peranan penting dalam pembangunan
penduduk, seperti besarnya jumlah penduduk, penyebaran
geografis, kepadatan penduduk, komposisi usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan kesehatan, beserta tingkat pertumbuhannya.
- Masalah kepadatan penduduk, kecepatan perkembangannya,
penyebaran yang tidak merata, produktivitas rata-rata yang
relative rendah, pengangguran dan underutilized dari angkatan
kerja tersebut dapat dipecahkan melalui aspek-aspek perluasan
pendidikan, peningkatan keterampilan, pembinaan dan
pengembangan kewiraswastaan yang memungkinkan
tumbuhnya self creating jobs atau self employment
- Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara self
propelling apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah
dan mutu pendidikan penduduknya.
• Penduduk yang buta huruf pada 1995 masih berada di atas
13%, tapi mulai 2014 telah berada di bawah 5%.
•  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk usia di atas
10 tahun yang buta huruf pada 2017 mencapai 4,08% dari total
populasi penduduk usia di atas 10 tahun. Angka ini lebih
rendah dari tahun sebelumnya 4,19%.
Ditunjukkan pada grafik berikut
- Menurut Badan Pusat Statistik, data di awal 2019. Total
penduduk buta aksara di Indonesia adalah 1.93% dari total
penduduk Indonesia. Indonesia juga memperoleh penghargaan
dari UNESCO pada 2012, Kim Sejong Literacy Prize. Dan di
akhir 2018, Indonesia dipilih sebagai Komite Pengarah Aliansi
Global Literasi UNESCO atas keberhasilan memberantas buta
aksara.
F. KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA
DAN AGAMA
- GBHN tahun 1988 menyatakan bahwa program Keluarga
Berencana diperluas ke seluruh wilayah dan masyarakat.
- Program KB ini dimulai oleh Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) tahun 1957, kemudiah di tahun 1968
berdirilah Lembaga KB Nasional (LKBN) dan program ini
masuk ke dalam Pelita 1 disertai berdirinya BKKBN pada
tahun 1970 dan menggantikan LKBN dan memiliki strategi
yang diesbut Panca Karya
- Strategi tersebut dinilai cukup berhasil, dimana pada bulan
Desember 1987 tercatat 17.875.809 orang peserta KB aktif
- Namun, pada survei RPJMN 2017, penggunaan alat/cara KB
menurun, yakni angka 59,7 persen.
- BKKBN melakukan survei terhadap 16.119 perempuan yang
sudah menikah, dan dari jumlah tersebut sebanyak 9.213
perempuan atau 57 persen tidak ingin menggunakan KB di
waktu yang akan datang. Ada empat alasan yang membuat
perempuan enggan menggunakan KB, yaitu fertilitas,
menentang untuk memakai, kurang pengetahuan, dan karena
alat/cara KB.
Grafik nya adalah sebagai berikut
- Kemudian ditemukan teknologi alat kontrasepsi seperti kondom
atau tisu anti hamil, yang banyak disalahgunakan dan
berdampak pada munculnya hubungan seksual di luar nikah,
sehingga dalam memasyarakatkan alat kontrasepsi ini
diperlukan pengaturan yang mempertimbangkan nilai-nilai
agama, seperti adanya surat nikah.
- Program Keluarga Berencana hanya akan berhasil apabila
diselaraskan dengan latar belakang sosial, ekonomi,
kebudayaan, dan agama sehingga tidak dianggap menabrak
nilai-nilai dan norma-norma yang dihayati masyarakat.
Prof Dr. H. A. Mukti Ali mengamati kependudukan dalam
konteksnya dengan agama, meliputi:
a. Masalah keluarga berencana
KB mempunyai konteks yang luas dengan kehidupan manusia,
menyangkut fisik, mental, sosial, dan rohani.
b. Pendidikan kependudukan
Keberhasilan pendidikan kependudukan akan mengubah nilai sosial
budaya, dan sikap rasional dalam menghadapi tantangan hidup.
c. Peranan pemimpin agama dan tokoh agama
Selain berfungsi sebagai innovator juga mempunyai kewenangan
dalam menentukan hukum agamanya.
G. KESIMPULAN SEMENTARA
Dari hasil pengamatan literature dan penelitian Koentjaraningrat
dan Gordon Temple, dapat disimpulkan:
a. Analisis sosiologi proses demografi (mobiitas sosial)
merupakan kajian yang kompleks dan sifat hubungan
variabelnya adalah reversibel.
b. Analisis gerak sosial tingkat makro meliputi: volume gerak
penduduk berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi dan fisik
daerah asalnya.
c. Analisis gerak sosial tingkat mikro meliputi: Motivasi gerak
penduduk adalah akibat tersedianya waktu luang
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai