Anda di halaman 1dari 10

ARBITRASE

Santri Ayu
(1721508040)
PENGERTIAN ARBITRASE
 Menurut Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang arbitarse dan alternatif
penyelesaian sengketa pasal 1 angka 1, “arbitarse adalah cara penyelesaian
suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang di dasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.”
 Menurut Priyatna Abdulrrasyid: “Arbitrase adalah salah satu mekanisme
alternatif penyelesaian sengketa yang merupakan bentuk tindakan hukum
yang diakui oleh undang-undang di mana satu pihak atau lebih
menyerahkan sengketannya, ketidaksepahamannya, ketidakkesepakatannya
dengan salah satu pihak lain atau lebih kepada satu orang (Arbiter) atau
lebih (arbiter-arbiter majlis)ahli yang profesional, yang akan bertindak
sebagai hakim atau peradilan swasta yang akan menerapkan tata cara hukum
perdamaian yang telah disepakati bersama oleh para pihak tersebut untuk
sampai pada putusan yang final dan mengikat.”
LANDASAN DAN SUMBER HUKUM
ARBITRASE DI INDONESIA

 Pasal 377 HIR atau Pasal 705 RBG


 Pasal 615-651 Reglement op de Bergerlijke
Rechtsvordering (Rv)
 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa.
ARBITRASE BERDASARKAN UU
NO.30/1999
a. Ketentuan Umum (Pasal 1 - Pasal 5)
b. Alternatif Penyelesaian Sengketa (Pasal 6)
c. Syarat Arbiter, Pengangkatan Arbiter, dan Hak Ingkar (Pasal
7 - Pasal 26)
d. Hukum Acara Arbitrase (Pasal 27 - Pasal 51)
e. Pendapat dan Putusan Arbitrase (Pasal 52 - Pasal 58)
f. Pelaksanaan Putusan Arbitrase (Pasal 59 - Pasal 72)
g. Berakhirnya Tugas Arbiter (Pasal 73 - Pasal 77)
h. Ketentuan Peralihan (Pasal 78 - Pasal 80)
i. Ketentuan Penutup (Pasal 81 – Pasal 82)
PROSEDUR ARBITRASE
1. Permohonan Arbitrase. (dalam surat permohonan
paling tidak memuat: nama lengkap dan tempat tinggal
atau tempat kedudukan para pihak, uraian singkat
tentang sengketa disertai dengan lampiran bukti-bukti
dan isi tuntutan yang jelas)
2. Para pihak tidak menunjuk arbiter.
3. Proses pemeriksaan dan tenggang waktu yang
diperlukan menurut Undang-Undang No 30 Tahun
1999.
LEMBAGA ARBITRASE DI
INDONESIA
 Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
 Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI)
 The Internasional Centre For Settlement of Invessment
Disputes (ICSID)
 The Court of Arbitrasetion of The Internasional Chamber
of Commerce (ICC).
KEUNTUNGAN ARBITRASE
1. Ketidak percayaan pihak pada pengadilan negeri.
2. Prosesnya cepat.
3. Dilakukan secara rahasia/tertutup.
4. Bebas memilih arbiter.
5. Diselesaikan oleh ahlinya (expert).
6. Merupakan putusan akhir (final) dan mengikat
(binding).
7. Biaya lebih murah.
8. Bebas memilih hukum yang diberlakukan.
KELEMAHAN
1. Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk
memberikan keputusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa
keadilan para pihak.
2. Apabial pihak yang salah tidak mau mau melaksanakan putusan
arbitrase, maka diperlukan perintah dari pengadilan untuk
melakukan eksekusi atas putusan tersebut.
3. Pada prakteknya pengakuan dan pelaksanakan keputusan arbitrase
asing masaih menjadi hal yang sulit.
4. Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa di arbitrase adalah
perusahaan-perusahaan yang besar, oleh karena itu, untuk
memepertemukan kehendak para pihak yang bersengketa dan
membawanya ke arbitrase tidaklah mudah.
LANJUTAN
5. Lembaga arbitrase tidak mempunyai wewenang untuk
mengeksekusi perkara arbitrase.
6. Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil
penyelesaian yang dicapai dalam arbitrase sehingga
sering kali mengingkari dengan berbagai cara.
7. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai
suatu mekanisme Ekstra Judicial, arbitrase hanya dapat
bertumpu pada etika bisnis.

Anda mungkin juga menyukai