Anda di halaman 1dari 23

SUPPOSITORIA

Paskalis Kris Dwi Aprianto, S.Farm

SMK Bina Dharma


Defenisi

 Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot


dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh (FI IV). 
 Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat
yang pemakaiannya dengan cara memasukkan
melalui lubang atau celah pada tubuh, di mana ia
akan melebur, melunak atau melarut dan
memberikan efek lokal atau sistemik.
 Umumnya dimasukkan melalui rektum, vagina,
kadang2 melalui saluran urin, dan jarang melalui
telinga dan hidung
Bobot dan Ukuran
Suppositoria
 Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3
gr untuk dewasa dan 2 gr untuk anak.
 Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5
inchi), berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam,
beberapa ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo,
atau jari-jari kecil (tergantung pada bobot jenis bahan
obat dan basis yang digunakan, beratnya pun berbeda-
beda)
 USP menetapkan untuk suppositoria rektum beratnya 2
g, untuk orang dewasa (basis oleum cacao), sedang
untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya ½ dari
ukuran orang dewasa
 Supositoria vagina (pessarium) biasanya berbentuk bola
lonjong atau seperti kerucut, beratnya 5 g (basis oleum
cacao)
 Supositoria saluran urin (bougie) bentuknya ramping
seperti pensil
 Supositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm
dengan panjang ± 140 mm, dengan berat ± 4 g (basis
oleum cacao)
 Supositoria saluran urin wanita panjang dan beratnya ½
dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2
g
 Supositoria untuk hidung dan telinga (kerucut telinga),
berbentuk sama dengan supositoria urin dengan panjang
biasanya 32 mm (jarang digunakan)
Efek Supositoria

 Begitu dimasukkan, basis supositoria meleleh, melunak


atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawanya
ke jaringan2 di daerah tersebut.
 Obat ini dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang
tersebut untuk efek kerja lokal, atau bisa juga
dimaksudkan agar diabsorbsi untuk mendapatkan efek
sistemik
AKSI LOKAL

 Supositoria rektal yang dimaksudkan untuk kerja lokal


 menghilangkan konstipasi dan wasir (biasanya
mengandung anestetik lokal, vasokontriktor, astringen,
analgesik), laksatif (supositria gliserin).
 Supositoria vaginal  antiseptik pada hygiene wanita,
vaginitis, dll.
 Supositria uretral  antibakteri, anestetik lokal
AKSI SISTEMIK

 Rektum sering digunakan sebagai tempat absorpsi


secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk
tujuan ini
 Sirkulasi vena dari rektum (vena hemoroidal inferior dan
tengah mengalir ke vena kava)
Keuntungan pemakaian melalui
rektum dibandingkan secara oral:

 Cocok untuk bahan obat yang dirusak oleh pH atau


aktivitas enzim dari lambung dan usus
 Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa
menimbulkan rangsangan
 Dapat menghindari first pass effect oleh hati
 Cocok digunakan untuk pasien yang tidak dapat
menelan obat
 Efektif untuk pasien yang suka muntah
 Supositoria rektum untuk efek sistemik 
menghilangkan asma (aminofilin, teofilin),
menghilangkan rasa mual dan muntah (klorpromazin),
analgesik dan antipiretik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorpsi obat dalam rektum

Faktor fisiologi
 Kandungan kolon  absorpsi lebih besar pada rektum
yang kosong (tidak ada feses), keadaan lainnya seperti
diare dapat mempengaruhi kadar dan tingkat absorpsi
obat dari rektum
 Jalur Sirkulasi  obat yang diabsorbsi melalui rektum,
tidak melalui sirkulasi portal (tidak dihilangkan oleh
hati)
 pH dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan
rektum  cairan rektum pada dasarnya netral ph (7-8)
dan kemampuan mendapar tidak ada  obat secara
kimia tidak berubah oleh lingkungan rektum
Faktor Fisika kimia dari Obat dan Basis Supositoria
Kelarutan Lemak Air
Ukuran partikel
SifatBasis  mampu mencair, melunak atau melarut
supaya melepaskan kandungan obatnya untuk diabsorpsi
Bahan Dasar Supositoria

BASIS BERMINYAK ATAU BERLEMAK


 Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak
dipakai
 Oleum cacao  dengan cepat mencair pada suhu tubuh,
tidak bercampur dengan cairan,tidak dapat secara
langsung melepaskan obat yang larut dalam lemak
 Untuk obat dengan efek sistemik lebih baik
menggunakan obat dengan bentuk terionisasi daripada
tidak terionisasi supaya mencapai bioavailabilitas yang
maksimum
BASIS YANG LARUT DALAM AIR DAN BASIS YANG
BERCAMPUR DENGAN AIR
Gelatin gliserin dan basis polietilen glikol
 Basisgelatin gliserin paling sering digunakan dalam
pembuatan supositoria vagina  diharapkan efek
setempat yang cukup lama dari unsur obatnya
 Basisini lebih lambat melunak dan bercampur dengan
cairan tubuh daripada oleum cacao
 Supositoria saluran urin dari gelatin gliserin lebih mudah
dimasukkan daripada oleum cacao (rapuh dan cepat
melunak pada suhu tubuh)
 Polietilen glikol (PEG) tidak melebur ketika terkena
suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan
tubuh  memungkinkan perlambatan pelepasan obat
dari basis, dapat disimpan di luar lemari es ,
memungkinkan untuk dimasukkan secara perlahan-lahan
tanpa akan melebur
BASIS LAINNYA
 Campuran bahan bersifat seperti lemak dan yang larut
dalam air atau bercampur dengan air.
 Beberapa diantaranya berbentuk emulsi (a/m) (polioksil
40 stearat)  zat aktif permukaan
 Basis ini mempunyai kemampuan menahan air atau
larutan berair
PEMBUATAN SUPOSITORIA

 Mencetak hasil leburan


 Kompresi
 Digulung dan dibentuk dengan tangan
Mencetak Hasil Leburan

 Melebur basis
 Mencampurkan bahan obat yang diinginkan
 Menuang hasil leburan ke dalam cetakan
 Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental
menjadi supositoria
 Melapaskan supositoria
Kompresi

 Dibuat dengan menekan massa yang terdiri dari


campuran basis dengan bahan obat dalam cetakan
khusus
 Cocok untuk supositoria yang mengandung bahan obat
yang tidak tahan pemanasan dan mengandung sebagian
besar bahan yang tidak dapat larut dalam basis
(memungkinkan bahan obat untuk tidak mengendap)
Menggulung dan Membentuk
dengan Tangan
 Basis mula2 diiris, diaduk dengan bahan aktif dalam
lumpang sampai diperoleh massa akhir yang homogen
dan mudah dibentuk
 Massa lalu digulung menjadi silinder dengan diameter
dan panjang yang dikehendaki dan salah satu ujungnya
diruncingkan
Pengemasan dan
Penyimpanan
 Supositoria gliserin dan gelatin umumnya dikemas dalam
wadah gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan
kelembapan (basis bersifat higroskopis), disimpan
dibawah 35°F
 Supositoria dengan basis oleum cacao dibungkus
terpisah-pisah untuk mencegah perekatan, disimpan
dibawah 30°F (lebih baik bila disimpan dalam lemari es).

Anda mungkin juga menyukai