KLIEN DENGAN
GAGAL
NAFAS
Pendahulua
nGagal nafas yang merupakan kegawatan
medis
Merupakan stadium akhir dari penyakit
paru kronis.
Dapat disebabkan karena suatu kondisi
yang parah, atau penyakit paru-paru
mendadak misalnya pada ARDS.
Hampir setiap kondisi yang
mempengaruhi pernafasan atau paru-
paru dapat memicu terjadinya gagal
nafas.
Fungsi
Paru :
Fungsi Paru :
- Pertukaran
gas
- Metabolisme
Difus
i
Transportasi
Gagal
Napas :
Gangguan pertukaran gas
Hipoksemia atau hiperkarbia
atau keduanya
Pengertia
n
Gagal nafas adalah ketidakmampuan
sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang
adekuat disebabkan oleh masalah
ventilasi difusi atau perfusi (Susan
Martin T, 1997)
Pengertia
nGagal nafas terjadi bila pertukaran O2
Penyakit paru
2. Kegagalan Oksigenasi
Kegagalan
Ventilasi
• Paru Normal : mekanisme
hipoventilasi
Penyakit
neuromuskuler :
GBS (Gullan Barre
22
23
11
Kegagalan
Ventilasi
• Penyakit paru :
Asma bronkial, bronkitis
kronis, emfisema (PPOK)
dead space
Ventilasi meningkat PaCO2
meningkat walaupun VE normal
atau meningkat
Kegagalan
Oksigenasi
Acute Lung Injury
alveoli
Difus
i
Kegagalan
Oksigenasi
Mekanisme
hipoksemia :
Kelainan difusi
Hipoventilasi
Kegagalan
Oksigenasi
• Mekanisme penyebab ditentukan oleh :
PaCO2 hiperkarbia
Efek O2 < pada PaO2
hipoksemia
Jika PaCO2 meningkat
hipoventilasi
Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
System syaraf : Batang otak,
Medula Spinalis dan Syaraf
Trauma Kepala;
Poliomelitis
Fraktur servikal (C1-C6)
Over dosis obat (yg menekan / mendepresi
SSP : narkotika, analgesik narkotik (morphin,
petidhin), anti agitasi anti konvulsi
(diazepam, luminal, valium, phenobarbital,
phenotizain dll)
Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
Sistem otot primer, -diafragma
sekunder- pernafasan
Miastenia Gravis
Guillain Barer Syndrom
Sistem rangka :Thorak
Flail Chest
Kifoskoliosis
Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
Sistem Pernafasan : Jalan
nafas, Alveoli, Sirkulasi paru
Obstruksi; edema laring; bronchitis;
asma; Empisema; Penumonia; fibrosis,
Emboli paru
Sistem Kardiovaskuler :
Gagal jantung kongestif; kelebihan
beban cairan; bedah jantung; infark
miokard.
Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
System gastrointestinal : Aspirasi
Sistem hematologi : DIC
Sistem genitourinaria : Gagal
ginjal
Tanda dan
gejala
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak
didengar/dirasakan.
dapat
Pada gerakan nafas spontan terlihat
:o Pusin o Sianosi
o g
Sakit kepala o s
Bingung,
o Keringat > > agitasi, sulit
o Takikardi, hipertensi o tidur
o Apnea o Nafas pendek
o Work of o Keringat >>
Breathing, nafas Takikardi,
o pendek hipertensi,
o Stridor, wheezing disritmia
Gerakan
paradoksikal dinding
o dada – abdomen
Air – entry
Diagnosi
s•• Anamnesa : riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan umum, vital sign
Paru, kardiovaskuler, neurologis
• Laboratorium :
Analisa Gas Darah : hipoksemia
dan hiperkarbia
Faal Paru : Spirometri
EKG
nafas tersebut
Penatalaksanaa
n
• Terapi suportif :
Pertahankan Oksigenasi dan
Ventilasi
• Oksigenasi pada Kegagalan
Cara sederhana dengan Ventilasi
flow :
rendah
Sasaran PaO2 50 – 60
mmHg Cara pemberian:
Nasal kanula
NRB, RB)
Penatalaksanaa
•nOksigenasi pada Kegagalan
Oksigenasi
Pemberian :O2 : PaO2
Nasal kanula atau masker
FIO2 40 – 60%
Ventilator
Bronkospasme :
bronkodilator
Penatalaksanaa
n
• Oksigenasi pada Kegagalan
Infeksi :
Oksigenasi :
Antibiotika
Retensi sputum :
Hidrasi
Nebulisasi
Fisioterapi
dada
Suction/penghis
apan
Ventilator
Mekanik
Diberikan jika membutuhkan bantuan
dalam usaha pernafasannya.
Alat ini sangat berguna pada pasien yang
tidak mampu bernafas secara
adekuat.
Pipa plastic yang dimasukan lewat
mulut/hidung (endotrace tube) atau melalui
trachea (tracheastomy tubeI)
disambungkan
dengan mesin yang memaksa udara
masuk ke dalam paru.
Sedangkan ekhalasi terjadi secara passive
karena elastistas paru-paru.
Ventilator
Mekanik
Jika paru-paru tidak berfungsi dengan baik,
oksigen tambahan dapat diberikan melalui
ventilator.
Pada orang yang tidak membutuhkan dukungan
pernafasan secara penuh, masker dapat
digunakan untuk memberikan tekanan positif,
sehingga
membantu meringankan usaha seseorang saat
bernafas dan mencegah kelelahan otot-otot
pernafasaan.
Hampir setengah dari pederita gagal nafas
menggunakan teknik ini (bi-level positive
air way
pressure atau CPAP) untuk menghindari
kebutuhan intubasi trachea.
Ventilator
Mekanik
Penggunaan bi-level positive airway
APNOE
GAGAL NAFAS AKUT ( PaO2< 50 mmHg
dengan FiO2> 0.5 dan PaO2> 55 mmHg )
Untuk memberikan O2( dengan PEEP, FiO2>
0.5 )
Untuk kontrol Ventilasi ( kerja pernafasan ,
kontrol PCO2, pemberian obat pelumpuh otot )
Fungsi dinding dada inadekuat ( SGB, Poliomielitis
) Obstruksi jalan nafas bagian atas
Penatalaksanaa
nOksigenasi
• Oksigenasi pada Kegagalan
Pemberian :O2 : PaO2
Nasal kanula atau masker
FIO2 40 – 60%
Ventilator
Bronkospasme : bronkodilator
Infeksi : Antibiotika
Retensi sputum :
Hidrasi
Nebulisasi
Fisioterapi dada
Suction/penghisapan
Pengkajia
n Airway
1.
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping
hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis,
sianosis
Pengkajia
n
1. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah,
letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran :
ansietas, gelisah, kacau
mental, mengantuk
• Penurunan haluaran urine
Diagnosa
keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
bd Sumbatan jalan nafas (spasme
jalan nafas, eksudat alveoli, dll)
Factor fisiologis (disfungsi
neuromuscular, penyakit obstruksi
paru kronis, dll)
Diagnosa
keperawatan
Pola nafas tidak efektif
bd.
Disfungsi neuromuscular
Gangguan musculoskeletal
Kelelahan otot pernafasan
Deformitas dinding dada
Diagnosa
keperawatan
Gangguan pertukaran gas bd
Perubahan membrane alveoli-kapiler
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Kerusakan ventilasi b.d
Kelelahan otot pernafasan
Factor metabolik
Pola nafas tidak efektif
b.d. penurunan ekspansi
paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
dapat mempertahankan pola pernapasan yang
efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal (PaO2 80 - 100
mmHg, PCO2 35 – 45 mmHg)
Pola nafas tidak efektif
b.d. penurunan ekspansi
paru
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas
pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran setiap
jam
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2
50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi
dan humidifier sesuai dengan pesanan
Pola nafas tidak efektif
b.d. penurunan ekspansi
paru
•Pantau dan catat gas-gas darah sesuai
indikasi : kaji kecenderungan kenaikan
PaCO2 atau kecendurungan penurunan
PaO2
•Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala
tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45
derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan untuk batuk dan napas
dalam, bantu pasien untuk mebebat
dada selama batuk
Pola nafas tidak efektif
b.d. penurunan ekspansi
paru
•Instruksikan pasien untuk melakukan
pernapasan diafpragma atau bibir
•Berikan bantuan ventilasi mekanik
bila PaCO
> 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat
dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak
dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau
lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan
atau
depresi mental atau sekresi menjadi sulit
untuk diatasi.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien dapat mempertahankan pertukaran
gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
•Bunyi paru bersih
•Warna kulit normal
•Gas-gas darah dalam batas normal untuk
usia yang diperkirakan
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
Intervensi :
•Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan
hiperkapnia
•Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran
setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan
tinmgkat kesadaran pada dokter.
•Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji
adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2
atau penurunan dalam PaO2
•Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai
indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi