Anda di halaman 1dari 27

ANGKATAN KERJA DAN

PENGANGGURAN
Kelompok 3 kelas 2A :
1. Andrea Marshanda (193110125) 8. Nurul Fatiha Sari (193110144)
2. Areka Novita(193110126) 9. Resha Febriana Maisyah
3. Dewi Nofita Gusrina(193110131) (193110149)
4. Dilla Yulia Putri (193110132) 10. Rifqa Nurul Husna (193110150)
5. Indah Triana Putri (193110137) 11. Suci Angelina Mirza (193110155)
6. Lilia Mawaddah (193110138) 12. Synta Deputri Rizal
7. Nasya Surya Anggrina (1931101566)
(193110143) 13. Yola Fadila (181310279)
A. Pengertian Angkatan Kerja dan
Tenaga Kerja
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik
sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena
suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai
yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Di samping itu mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan
dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal disebut pengangguran.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang
mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus
rumah tangga.
Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai
arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja,
termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup
bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada
kesempatan kerja.
ANGKATAN KERJA
Untuk mengetahui banyaknya jumlah angkatan kerja yang
dapat diserap oleh pasar kerja, biasanya dipakai suatu ukuran
yang dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
Besarnya TPAK dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
TPAK = Jumlah Angkatan Kerja / Jumlah Tenaga Kerja × 100%
TPAK dinyatakan dalam ukuran persen. Untuk kepentingan
analisis lebih lanjut, TPAK dapat dipilah berdasarkan
kepentingannya. Misalnya, berdasarkan jenis kelamin,
kelompok usia, dan lapangan pekerjaan.
Jadi kesimpulan angkatan kerja dan tenaga kerja dapat
dilihat perbedaannya, yakni angkatan kerja adalah penduduk
yang sudah memasuki usia kerja (berusia 15-65 tahun), baik
yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang mencari
pekerjaan.
B.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah


satu ukuran ketenagakerjaan yang banyak digunakan.
Pengukuran TPAK dilakukan dengan cara menghitung
jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi dengan
seluruh tenaga kerja atau penduduk usia kerja
kemudian dikalikan 100. Jika TPAK 75 persen, artinya
terdapat 75 orang angkatan kerja, yaitu mereka yang
bekerja dan sedang mencari pekerjaan, setiap 100
orang tenaga kerja. Berdasarkan TPAK kita dapat
melakukan perkiraan, berapa besar penduduk usia
kerja yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.
C. Dasar Hukum Angkatan Kerja dan
Ketenagakerjaan
Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan ketenagakerjaan dalam arti
selama bekerja adalah UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Definisi Jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-undang ini: Jaminan
Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua, dan meninggal dunia.
Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalam arti sesudah
bekerja diatur dalam UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Pengertian menurut ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan hubungan
industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan pendapat
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat
pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan. Sebagai peraturan pelaksana dari
Undang-undang terebut di atas diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker), dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.
D. Jenis-jenis Angkatan Kerja
Angkatan kerja atau labourforce adalah jumlah penduduk dengan usia
produktif, yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja maupun mencari
pekerjaan. Usia produktif tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang
tidak bersedia bekerja atau belum bekerja. Misal, pelajar dan mahasiswa
yang masih bersekolah.
2. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang sudah
mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Artinya
sekelompok penduduk ini dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang
mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus
rumah tangga. Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi pula oleh
struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia penduduk, dan tingkat
pendidikan.
E. Manfaat Angkatan Kerja
Dalam kehidupan sehari-hari angkatan kerja dan tenaga kerja memiliki peran dan
manfaat yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena manfaat angkatan
kerja dan tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 karakteristik, yakni:
1. Manfaat bagi Diri Sendiri
Dapat memberikan penghasilan bagi diri sendiri. Karena apabila seseorang dapat
bekerja tentunya dia akan mendapatkan penghasilan dan tentunya dia juga akan bisa
memenuhi kebutuhannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk keluarganya.
Dapat mengoptimalkan kemampuan dan skill yang dimiliki oleh seseorang yang
ingin bekerja. Artinya seseorang dapat memanfaatkan keahliannya yang dimiliki
untuk dapat bekerja di dalam suatu perusahaan.
Memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk terus berkembang. Artinya
seseorang yang sudah dapat bekerja dalam suatu perusahaan, pastinya dirinya akan
terus berkembang agar suatu saat bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, di
mana dapat kembali bekerja untuk perusahaan, atau membuka perusahaan dan
memberikan pekerjaan kepada orang lain.
Menurunkan tingkat pengangguran yang ada. Karena apabila seseorang dapat
bekerja baik untuk dirinya sendiri atau orang lain, maka secara otomatis dapat
menurunkan tingkat pengangguran, dan secara otomatis dapat meningkatkan
tingkat produksi baik untuk diri sendiri ataupun perusahaan, selain itu juga dapat
2. Manfaat bagi Perusahaan

Memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam kegiatan


memproduksinya. Artinya dengan dibantu oleh para pekerja, kegiatan
produksi perusahaan dapat lebih mudah dikerjakan dan dapat lebih cepat
diselesaikan.
Dapat memberikan tingkat produksi yang lebih banyak. Di mana dengan
adanya tenaga kerja, tingkat produksi perusahaan menjadi lebih meningkat.
Memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk terus memberikan
pelayanan yang baik dengan dibantu oleh tenaga kerja.
Membantu perusahaan untuk terus berkembang dengan lebih baik. Artinya
ketika perusahaan mencoba untuk mengembangkan bisnisnya, maka secara
otomatis tenaga kerja akan membantu perusahaan untuk berkembang ke
arah yang lebih baik pula.
3. Manfaat bagi Negara

Membantu negara dalam menurunkan tingkat pengangguran dan menaikkan


perekonomian negara. Karena apabila tenaga kerja semakin banyak maka
secara otomatis pendapatan negara melalui pajak akan bertambah dan dengan
pajak tersebut dapat membangun infrastruktur, pendidikan, perekonomian
secara nasional.
Menaikkan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Artinya apabila
para pekerja dapat meningkatkan produktivitasnya, maka secara otomatis
konsumsinya akan meningkat pula dan dengan penilaian itu maka pendapatan
per kapitanya pun meningkat.
Membantu negara dalam menciptakan lapangan kerja bagi angkatan kerja
yang belum bekerja. Karena angkatan kerja yang dapat menciptakan pekerjaan,
sangat dibutuhkan oleh negara dalam menurunkan tingkat pengangguran.
Menurunnya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas bagi negara.
Dengan penduduk yang cukup banyak bekerja, maka pengangguran yang dapat
menciptakan kemiskinan yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial seperti
pencurian, kriminalitas, dll, dapat diturunkan dan dimimalisir jumlahnya.
F. Masalah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia
a) Jumlah Angkatan Kerja yang Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Jumlah penduduk yang besar akan menghasilkan angkatan kerja yang
besar pula. Angkatan kerja yang besar jika dapat dimanfaatkan dengan
baik akan mampu meningkatkan kegiatan perekonomian yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, hal itu
baru dapat dicapai apabila angkatan kerja seluruhnya terserap oleh
kesempatan kerja. .
b) Mutu Tenaga Kerja yang Relatif Rendah Rendahnya tingkat
pendidikan adalah salah satu faktor yang memengaruhi mutu tenaga kerja
Indonesia. Karena rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tenaga
kerja Indonesia minim dalam penguasaan pengetahuan dan teknologi.
Akibatnya, jumlah hasil produksi yang dihasilkan rendah sedangkan biaya
produksi tinggi. Tingginya biaya produksi mengakibatkan hasil produksi
Indonesia sulit bersaing dengan produk negara lain. Selain itu, mutu
tenaga kerja berpengaruh pula pada tinggi rendahnya upah tenaga kerja.
Upah buruh di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan
negara-negara lain, seperti Serbia, Cina, Rusia, Singapura, dan Malaysia.
C. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata Di samping
sumber daya manusia yang relatif masih rendah, sektor
ketenagakerjaan di Indonesia juga dihadapkan kepada masalah
penyebaran tenaga kerja yang tidak merata. Sebagian besar
tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara, di
daerah lain yang wilayahnya lebih luas masih kekurangan
tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan
kehutanan. Akibatnya, di Pulau Jawa banyak terjadi
pengangguran. Sementara, di daerah lain masih banyak sumber
daya alam yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara
maksimal.
D. Pengangguran Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding
dengan kesempatan kerja mengakibatkan tidak semua
angkatan kerja dapat diserap oleh lapangan kerja
(pengangguran). Hal ini lebih diperparah dengan banyaknya
tenaga kerja yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK).
G. Hubungan Jumlah Penduduk,
Angkatan Kerja, dan Pengangguran
1. Tingkat Pengangguran yang Tinggi  
a) Tingkat kesejahteraan menurun.
b) Angka kriminalitas (kejahatan) meningkat, misalnya pencurian,
penjambretan, dan penodongan.
c) Kualitas hidup menurun, dengan ditandai lingkungan yang kotor (tidak
sehat).
d) Produktivitas masyarakat menurun.
e) Menurunnya tingkat kesehatan dan kekurangan pangan.
f) Peningkatan jumlah anak jalanan, kaum gelandangan, pengamen di tempat-
tempat umum, dan lain sebagainya.
g) Menurunnya pendapatan negara dari penerimaan pajak penghasilan.
h) Bertambahnya biaya sosial negara.
2. Meningkatnya Angkatan Kerja
3. Mutu Tenaga Kerja yang Rendah.
4. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata
PENGANGGURAN
A. DEFINISI PENGANGGURAN
Orang yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan
secara aktif mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya, atau sedang
menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan
atau sedang menunggu untuk melapor pada pekerjaan yang baru di dalam
waktu 4 minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam 4 minggu yang lalu
adalah untuk mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif
tertarik pada suatu pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan
keinginan jika suatu pekerjaan kebetulan akan muncul.
Pengangguran sendiri memilki banyak definisi. Adapun beberapa definisi arti
pengangguran diantaranya:
 MenurutSadono Sukirno (355:2004)
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
 Menurut Ida Bagoes Mantra
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak
bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
B. Anatomi Pengangguran

Anatomi pengangguran dibentuk sekitar 3 faktor pokok dari


perilaku pengangguran, yaitu:
1. Terdapat arus keluar masuk yang besar dari individu-individu
daripengangguran setiap bulan, dan sebagian besar orang-
orang yang menjadi penganggur dalam tiap bulan tertentu
tetap menganggur hanya untuk waktu yang singkat.
2. Banyak diantara para penganggur merupakan orang-orang
yang akan menjadi menganggur untuk waktu yang sangat
lama.
3. Terdapat perbedaan yang besar dari tingkat pengangguran
pada kelompok-kelompok yang berbeda dalam angkatan
kerja.
C. Jenis-Jenis Pengangguran
1. Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu,
 Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan
lain.
 Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
2. Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya

 Pengangguran Normal atau Friksional


Apabila dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak dua
atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah
dianggap mencapai kesempatan kerja penuh (fullemployment).Pengangguran
sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan pengangguran normal
atau pengangguran friksional.
 Pengangguran Siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan konsisten.Adakalanya
permintaan agregat lebih tinggi dan mendorong pengusaha menaikkan
produksi. Akibatnya, lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran
berkurang. Akan tetapi, pada masa lainnya permintaan agregat menurun
dengan sangat banyak.Kemerosotan permintaan agregat ini membuat
perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup usahanya.
Akibatnya, pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi dalam siklus
konjungtur suatu negara yang mengalami masa resesi dan masa depresi
perekonomian.
 Pengangguran Struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akanterus
berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini
ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor.Pertama, adanya barang baru
yang lebih baik. Kedua, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas
barang tersebut. Ketiga, biaya produksi sudah sangat tinggi dan tidak mampu
bersaing. Keempat, ekspor produksi industri sangat menurun karena
persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemunduran tersebut
akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun. Hal ini
menyebabkan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi
penganggur.
 Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat juga disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja
oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Contohnya, racun gulma dan rumput bisa
mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan,
sawah, dan lahan pertanian lain. Demikian juga, mesin telah mengurangi
kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong rumput,
membersihkan lahan, dan memungut hasil
2. Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, pengangguran dibedakan menjadi empat yaitu:
 Pengangguran Terbuka
Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka, dapat
dilakukan dengan rumus berikut :
Tingkat pengangguran terbuka = jumlah Penganguran terbuka X 100 %
/ Jumlah angkatan kerja.
 Pengangguran Tersembunyi
 Pengangguran bermusiman
Angka pengangguran musiman = jumlah Penganguran / jumllah angkatan kerja X 100%
 Setengah Menganggur
Adapun pembagian jenis pengangguran menurut Departemen Tenaga Kerja adalah
1. Pengangguran Muda
2. Pengangguran Musiman
3. Pengangguran Peralihan (FrictionalUnemployment)
4. Pengangguran Sukarela
5. Pengangguran Terpaksa
6. Pengangguran Tua
7. Pengangguran Bersiklus
8. Pengangguran Kunjungtural
9. Pengangguran Musiman
10. Pengangguran Sektoral
11. Pengangguran Sementara
12. Pengangguran Struktural
13. Pengangguran Teknologi
14. Pengangguran Tersamar
15. Pengangguran Terselubung
16. Pengangguran Tersembunyi
17. Pengangguran Tersisa.
D. Penyebab Terjadinya Pengangguran
1. Perubahan Struktural.
2. Pengaruh Musim.
3. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja
(pengangguran friksional).
4. Rendahnya Aliran Investasi
5. Rendahnya Tingkat Keahlian
6. Diskriminasi
7. Laju Pertumbuhan Penduduk
8. AggregateDemandUnemployment

F. Kondisi Pengangguran dan Ketenagakerjaan di Indonesia


Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dalam pembangunan ekonomi di negara ini
pengangguran merupakan masalah yang rumit dan lebih serius daripada masalah perubahan dalam
disribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di
negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunanekonomi
yang telah tercipta tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan
penduduk. Oleh karenanya masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin
serius.
Masalah pengangguran akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara. Dampak negatif dari pengangguran adalah kian beragamnya tindakan kriminal, makin
banyaknya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya sudaAh menjadi
patologi sosial atau kuman penyakit sosial yang menyebar bagaikan virus yang sulit di berantas. Penyakit
sosial ini sangat berbahaya dan menghasilkan korban-korban sosial yang tidak bernilai. Menurunnya
kualitas sumber daya manusia, tidak di hargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan
korban sosial dari penyakit sosial. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya di
pecahkan dan dicari jalan keluarnya.
E. Dampak yang Diakibatkan Dari
Pengangguran
1. Ketimpangan sosial.
2. Kecemburuan sosial.
3. Meningkatnya budget pemerintah untuk sektor pendidikan dan
kesehatan.
4. Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan sosial lainnya.
5. Munculnya sikap permisif (serba boleh) sebagai jalan pintas untuk
mempertahankan hidup.
6. Tidak lancarnya sistem demokrasi. Karena moneypolitic lebih dominan.
7. Disharmonisnya sistem rumah tangga, karena penopang kelangsungan
rumah tangga (penghasilan) tidak memadai lagi.
8. Meningkatnya sex komersial (pelacuran), sebagai representasi sulitnya
mencari lapangan kerja.
9. Melemahnya daya beli, sebagai konsekuensi langsung dari
ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya pendapatan rumah tangga).
10. Kekuasaan dan harga diri diukur oleh tingkat kekayaan dan penghasilan
yang dapat diperoleh (seba uang).
G. Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi
Masalah Pengangguran
1. Tujuan bersifat ekonomi:
 Menyediakan lowongan pekerjaan, kebijakan pemerintah
untukmengatasi pengangguran merupakan usaha yang terus-
menerus
 Memperbaiki pembagian pendapatan, pengangguran yang semakin
tinggi menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan
pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak
memperoleh pendapatan.
2. Tujuan bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial
dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi.
 Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan keluarga, ditinjau dari
segi mikro , tujuan ini merupakan hal yang sangat penting.
apabilakebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak
bekerja, berbagai masalah akan timbul. Pertama keluarga tersebut
mempunyai kemampuan terbatas untuk melakukan pembelanjaaan
 Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak
pengangguranmenyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan
H. Solusi Mengatasi Pengangguran
1. Cara mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary
Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan
mendirikan industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll.
Menarik investor baru dengan cara deregulasi dan debirokratisasi.
Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di
bidang agraris dan sektor lain.
Memberikan bantuan pinjaman lunak dan bantuan lainj untuk memacu
kehidupan industri kecil.
2. Cara mengatasi pengangguran konjungtural
Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan
akan meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian, perusahaan
harus meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerjanya.
Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga para
investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
 
3. Cara mengatasi pengangguran struktural
Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan
tenaga kerja di sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang
mengalami perubahan sektor ekonomi.
Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih
membutuhkan.
Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industri
baru.
4. Cara mengatasi pengangguran musiman
Pelatihan keterampilan lain, selain bidang yang sudah
digeluti. Hal tersebut dapat digunakan untuk melakukan
pekerjaan lain pada saat musim – musim tertentu ( biasanya
saat petani meninggu panen.
Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor
lain kepada masyarakat.
 
5. Cara mengatasi pengangguran deflasionar
Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan untuk tenaga
kerja yang akan dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak
hanya menjadi tenaga kasar, tetapi minimal menjadi tenaga
terampil atau bahkan tenaga ahli.
Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran
lain, menarik investor baru sangat perlu dilakukan.
.6. Cara mengatasi pengangguran teknologi
Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi dengan cara memasukkan materi
kurikulum pelatihan teknologi pada sekolah-sekolah.
Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini.
Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi baru
yang harus disampaikan pada anak.
 TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai