TAHUN AKADEMIK 2014-2015 Pengertian Kodifikasi AL-QUR’AN Pengumpulan (kodifikasi Al- Qur’an) mempunyai 3 pengertian : 1. Pengumpulan dalam konteks hifdzuhu (menghafal dan mengekspresikannya)
2. Pengumpulan dalam konteks
kitabatuhu kullihi (penulisan Al-Qur’an secara keseluruhan)
3. Pengumpulan lewat rekaman bacaan
Al-Qur’an (murottal) Mushaf Al-Qur’an yang berada di tangan kita sekarang ini telah melaluiproses yang panjang dan berliku-liku memakan waktu lebih dari 1400 sehingga tahun yang mempunyai latar belakang sejarah yang silam menarik dan untuk diketahui. Selain itu jaminan atas keotentikan Al-Qur’an termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al-Hijr : 9 (15).
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-
Qur’an dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” Latar Belakang Pada permulaan islam, kebanyakan orang arab adalah buta huruf. Sedikit sekali yang bisa membaca dan menulis. Mereka belum mengenal kertas, sehingga wahyu yang turun ditulis di pelepah kurma, batu, kulit, dan tulang hewan. Setelah mereka menakhlukkan Persia barulah mengenal istilah kertas, dimana Rasulullah mereka sudah wafat. Pada masa Rasulullah, beliau menyuruh kepada para wahyu yangsahabat, turun agar dihafal dan ditulis, setiap bahkan beliau membuat peraturan, yaitu Al- Qur’an saja yang boleh dituliskan. Hadis atau pelajaran yang mereka dengar dari Sejarah Kodifikasi AL-Qur’an Kodifikasi pada Zaman Rasulullah 1. Al Jam’u fis Sudur Para sahabatlangsung menghafal di luar kepala.
2. Al Jam’u fis Suthur
Para sahabat menuliskan setiap wahyu yang dibacakan oleh Rasulullah di media yang ada yakni, pelepah kurma, batu, dan kulit serta tulang binatang. Kodifikasi pada Zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq Pada zaman Khalifah Abu Bakar Atas usulan Umar, khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al- Qur’an yang masih tercecer agar diperiksa, diteliti dan dijadikan mushaf. Sahabat Ali bin Abi thalib berkomentar atas peristiwa yang bersejarah ini dengan mengatakan : "Orang yang paling berjasa terhadap Mushaf adalah Abu bakar, semoga ia mendapat rahmat Allah karena ialah yang pertama kali mengumpulkan Al Quran, selain itu juga Abu bakarlah yang pertama kali menyebut Al Quran sebagai Mushaf). Kodifikasi pada Zaman Khalifah Umar bin Khattab Tidak ada pembukuan Al-Qur’an, melainkan beliau mengemban misi untuk menyebarkan islam dan mensosialisasikan sumber utama ajaran Al-Qur’an ke wilayah- wilayah daulah islam yang baru. Kodifikasi pada Zaman Khalifah Usman bin Affan Usman memerintahkan untuk menjalin dan menyatukan Al-Qur’an menjadi mushaf, yang jumlahnya ada 6 dan membakar setiap naskah selain mushaf. Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm alAnbath tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqath (titik sebagai pembeda huruf). Kodifikasi pada Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib Muncul inspirasi kepada salah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah pada waktu itu yang bernama Abul- Aswad as-Dualy untuk membuat tanda baca (Nuqathu I'rab) yang berupa tanda titik. Atas persetujuan dari khalifah, akhirnya ia membuat tanda baca tersebut dan membubuhkannya pada mushaf. Adapun yang mendorong Abul- Aswad ad-Dualy membuat tanda titik adalah riwayat dari Ali r.a bahwa suatu ketika Abul-Aswad adDualy menjumpai seseorang yang bukan orang arab dan baru masuk islam membaca kasrah pada kata "Warasuulihi" yang seharusnya dibaca "Warasuuluhu" yang terdapat pada QS. At-Taubah (9) 3 sehingga bisa merusak makna. Kodifikasi pada Zaman Khalifah Al-Makmun