Anda di halaman 1dari 13

PERAN KEBANGSAAN

MUHAMMADIYAH DI INDONESIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 12/4C KEPERAWATAN S1
Elfin Nurmasyah 1811020137
Afrilla Noviyanti 1811020139
Natalia Ilmeda 1811020157
Yulinar Dwi Astuti 1811020177
Dakwah Kultural Kecakapan Hidup Berbasis Pengguna
Jasa AUM

Dakwah kecakapan hidup ialah dakwah yang


tidak hanya berpusat pada rana kognisi atau
pengetahuan, melainkan menyasar kemampuan
atau kecakapan hidup, dalam beribadah dan
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang
menjadi obyek dakwah.
Pelaksanaan dakwah kecakapan hidup itu
dilakukan dengan memanfaatkan kecerdasan dan
kearifan lokal, berupa tata nilai yang tumbuh
sebagai tradisi hidup masyarakat setempat. Hal ini
disebut sebagai kebudayaan.
Negeri ini secara  kultural adalah pengikut  kultural Muhammadiyah, meskipun
secara sosial  “anti gerakan ini”. Tidak ada lagi warga negeri ini yang menolak
sekolah dan pengobatan  modern
Sasaran dakwahnya ialah stakeholder yang terdiri dari murid dan mahasiswa
berserta keluarga basarnya,
pasien berserta keluarga besarnya, anak asuh panti asuhan berserta kelurga
besarnya. Bekerjasama dengan Hizbul Wathan, pengelola AUM bisa
menyelenggarakan pelatihan dakwah kecakapan hidup dengan target murid,
mahasiswa, mantan pasien dan keluarga besarnya memiliki kecakapan praktis m

memenuhi hajat hidup standar (mengelola sumber daya alam sehinggabernili


ekonomi; mengelola cara hidup sehari-hari berdasar syariat (shalat berjamaah,
merawat jenazah, dan lain sebagainya). Karena itu, tujuan dan target utama
dakwah kecakapan hidup ialah bagaimana melakukan kegiatan sosial sehingga
sasaran dakwah bisal hidup mandiri (Mulkhan, 2015).
Memperluas Tradisi Sosio-Ritual dalam Kehidupan
Berbangsa

Tradisi sosio-ritual ialah suatu kegiatan sosial yang dimaknani atau


dipahami sebagai salah satu bentuk dari ibadah kepada Allah.
Di saat Muhammadiayah bisa disebut “berhenti berijtihad” partisipasi
kegiatan gerakan ini seolah berlomba melakuakan kegiatan sosio-
ritual yang dulu dipelopori Muhammadiyah. bahkan melakukan
pembaruan jilid kedua dengan tujuan utama “memecahkan berbagai
problem sosial-kemanusiaan” warga bangsa ini. Saatnya
dipertimbangkan untuk memperluas tradisi sosio-ritual sebagai
peraktik berorganisasi dalam gerakan Muhammadiyah laiknya virus
yang menyebar menjadi etika kehidupan kebangsaan negeri ini.
Tanpa harus berpolitik, gerakan ini bisa memanfaatkan tradisi sosio-
ritual berbasis pada komunitas stakeholder AUM bagi peningkatan
praktik kebangsaan yang lebih mrnjajanjikan kehidupan yang lebih
sejahtera dan manusiawi sesuai cita-cita founding fathers.
Keunikan Perkembangan Persyarikatan di Daerah

Dalam penjelasan Mukaddimah AD, dibagi menjadi


2 yaitu umat dakwah dan umat ijabah.
Umat dakwah yaitu umat atau kelompok orang
yang sudah menerima Islam sebagai agamanya,
sedangkan
Umat ijabah, ialah umat atau kelompok orang yang
belum sepenuhnya menerima Islam sebagai
agamanya. Kepada kelompok ijabah, dakwah
dilakukan untuk meneguhkan iman dan
mengfungsikan ajaran Islam bagi penyelesaian
problem kehidupan.
Indikator Sukses Persyarikatan
- Nilai sukses AUM dilihat dari
banyaknya alumni yang menjadi aktivis
persyarikatan
- Berdirinya PRM/ PCM atau PRA/PCA,
juga besifat unik bukan semata dipantik
oleh pertimbangan akal rasional,
melainkan lebih banyak tersentuh hati dan
rasa, tersentuh oleh aksi kemanusiaan
(baca: diwongke (Jawa)
Belajar dari Sukses Ranting dan
Cabang

 Hal ini menunjukkan kearifan local, peran


tokoh local, dan kemampuan gerakan ini
menelesaikan problem yang dihadapi oleh
umat local.
“Pesaing Baru” Muhammadiyah

Aksi-aksi kemanusiaan yang dilandasi cinta-kasih


itu membuat dr. Sutomo kepicut, sehingga dia
menjadi pengikut Muhammadiyah. Sementara
itu, aktivis gerakan ini ”merasa” terancam ketika
warga negeri ini meniru apa yang dilakukan
Muhammadiyah. Akibat terperangkap pada
bentuk AUM bukan pada isi amal usaha tersebut.
Kini muncul beragam sekolah model baru
(sekolah alam, kuttab, SIT (Sekolah Islam
Terpadu) sekolah mendelegitimasi marwah
gerakan ini.
Gerakan Budaya Dakwah Luar Ruang
Pembelajaran Alternatif “Mletik”
Reposisi Perempuan Sebagai Simbol Modernitas
Referensi Buku
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai