Kelompok 14b
P3D FK UNISBA – SMF BEDAH Sub Bedah
Urologi
RSUD AL-IHSAN
IDENTITAS PASIEN
● Nama : Tn. A
● Usia : 85 tahun
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Alamat : Dayeuhkolot
● Pekerjaan : Pensiun
● Tanggal masuk RS : 18 Oktober 2020
● Waktu Pemeriksaan : 19 Oktober 2020
Keluhan Utama
Pasien menyangkal keluar BAK disertai darah, adanya keluar BAK batu, BAK disertai dengan
adanya butiran pasir, adanya mual, muntah, dan nyeri pinggang. Pasien juga menyangkal pernah
terbentur atau terjatuh pada bagian perut ataupun pinggul.
Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama dan dilakukan operasi 12 tahun
yang lalu. Tetapi keluhan muncul kembali. Pasien sudah pernah kontrol ke dokter spesialis urologi
dan di diagnosis BPH dan keluhan dirasakan pasien membaik setelah pasien dipasang kateter
selama 1 bulan dan rutin di ganti. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan rutin mengkonsumsi obat
anti hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus dan jantung .
Pemeriksaan Fisik
● Dada thoraks :
- Pergerakan dada simetris
- Jantung : S1 S2 murni, regular, murmur (-) gallop (-)
- Paru-paru : VBS normal kanan=kiri, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
● Abdomen
○ Inspeksi : Cembung pada daerah suprapubic
○ Auskultasi : Bising usus (+) normal
○ Palpasi : Nyeri tekan + suprapubic, tidak ada
nyeri lepas , tidak teraba massa
○ Perkusi : Dull di suprapubic, Timpani di
seluruh lapang abdomen
● Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Status lokalis
• a/r Suprapubic:
• Inspeksi :
• Bulging (-)
• Hiperemis (-)
• Palpasi
• NT (-)
• Massa (-)
• Perkusi
• Redup
Pemeriksaan DRE
○ Sphincter ani : Kuat
○ Mukosa : Licin
○ Ampula : Tidak colaps
○ Prostat : Teraba ± 2 buku jari, tidak bernodul, asimetris
○ Gloves : Tidak ada feses, tidak ada lendir, tidak ada
darah
Usulan pemeriksaan
● Hematologi Rutin
● Rontgen thorax
● USG prostat
● USG ginjal
Hasil pemeriksaan
Fungsi Liver
Hematologi rutin
● SGOT : 22 U/L
● Hb : 16,7 g/dL
● SGPT : 33 U/L
● Leukosit : 17.030 sel/uL
Fungsi ginjal
● Eritrosit : 5,66 juta/uL
● Ureum : 40 mg/dL
● Hematokrit : 50,2 %
● Kreatiin : 1,19 mg/dL
● Trombosit : 467.000 sel/uL
● GDS : 94 mg/dL
Rontgen Thorax
Kesan
Kesan
● Splenomegali
● Simple cyst multiple di kedua
ginjal
● Benign prostate hyperplasia
● USG vesikaurinaria tidak tampak
kelainan
Diagnosis kerja
● Medikamentosa
Ketorolac 30mg IV
Ceftriaxone 2x1
Asam Tranexamat 3x1
Amplodipine 5mg PO
● Operatif
TURP (Transurethral Resection of the Prostate)
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
(BPH)
ANATOMI PROSTAT
Terdiri dari:
• Base berhubungan dengan neck of bladder
• Apex berhubungan dengan fascia pada aspek superior
urethral sphincter
• Posterior surface berhubungan dengan ampulla rectum
• Inferolateral surface berhubungan dengan levator ani
Struktur
ARTERI VENA
• Prostatic artery terutama berasal dari inferior • Vena begabung membentuk prostatic venous plexus
vesical arteries dan pudendal and middle di sekitra sisi dan pangkal prostat dan akan di drainase
rectal arteries, cabang internal iliac artery. ke internal iliac veins.
Fisiologi Prostat
Benign Prostatic
Hyperplasia / BPH adalah
adanya hiperplasia sel
stroma dan sel epitel
kelenjar prostat.
Definisi BPH
● Prevalensi meningkat
seiring bertambahnya
usia.
● 70% pria diatas usia 60
tahun → meningkat hingga
90% pada pria usia >80 tahun.
● 2012-2016 di RSHS terdapat
718 kasus dengan rata-rata
usia 67.9 tahun.
Etiologi
● Secara umum, gejala yang terlihat pada BPH awal adalah nokturia
dan aliran urin yang lebih lambat dengan sensasi berkemih yang
tidak lengkap (Asian Journal of Urology, 2016)
● Gejala BPH yaitu : urinary frequency, urgency, hesitancy, slow
stream, dan/atau nocturia.
● Selain gejala berkemih, gejala lain BPH termasuk hematuria, infeksi
akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, batu
kandung kemih, dan retensi urin.
● Seiring waktu, pengosongan yang tidak lengkap dapat
menyebabkan overdistensi kandung kemih kronis yang dapat
menyebabkan kandung kemih yang tidak berfungsi. (Schwartz 10th
ed)
● Journal of the American Academy of PAs., 2016
Derajat Obstruksi
Anamnesis
• FR
• Gejala obstruksi dan iritasi
• American Urological Association Symptom Index (AUASI) dan
International Prostate Symptom Score (IPSS) merupakan kuesioner
subjektif yang dapat digunakan. (Journal American Acedemy of PAs,
2016)
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan colok dubur/DRE berguna untuk
mengetahui kesan keadaan tonus sfingter anus,
mukosa rectum, kelainan seperti benjolan di dalam
rectum dan prostat
● Perhatikan : konsistensi, asimetri, nodul pada prostat,
raba batas atas. (de Jong edisi ke 4)
Diagnosis
Pemeriksaan Lab
● Prostate specific antigen (PSA)
○ Tingkat PSA sering berkorelasi dengan
ukuran prostat; oleh karena itu, level PSA 1,5
ng / mL menunjukan adanya BPH (Asian
Journal of Urology, 2017)
● Urinalisis, sebagai langkah utama untuk menyingkirkan
kemungkinan ISK, prostatitis, cystolithiasis, nephrolithiasis,
kanker ginjal, dan kanker prostat sebagai penyebab gejala
saluran kemih bawah. (Journal of American Academy of PAs,
2016)
Diagnosis
Pemeriksaan pencitraan :
● BNO dan pielogravi IV
● USG dapat dilakukan transabdominal atau transrectal, untuk
mengetahui pembesaran prostat, volume bulli, mengukur sisa
urin, dan keadaan patologi lain (tumor, batu)
● USG transrectal dan USG suprapubic dapat digunakan untuk
mengetahui besar prostat
Diagnosis
Derajat I :
● Belum memerlukan tindakan bedah, dan
● Mendapat pengobatan konservatif, seperti pemberian
penghambat adrenoseptor alfa (alfazosin, prazosin, terazosin,
dan tamsulosin)
Derajat II :
● Indikasi pembedahan
● Dianjurkan dilakukan TURP
● Mortalitas TURP 1%, morbiditas 8%
● Dapat dicoba pengobatan konservatif
Tatalaksana berdasarkan derajat berat gejala klinis
Derajat III :
● Dapat dilakukan reseksi endoskopik
● Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi
tidak akan selesai dalam satu jam, sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka
● Pembedahan terbuka dilakukan melalui transvesical,
retropubic, atau perineal
(de Jong edisi ke-4)
Tatalaksana berdasarkan derajat berat gejala klinis
Derajat IV :
● Tindakan untuk membebaskan pasien dari retensi urin total
dengan memasang kateter atau sistostomi
● Setelah itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
● Terapi dengan TURP atau pembedahan terbuka
(de Jong edisi ke-4)
Prostat symptom score (PSS)
● Watchful waiting untuk pasien dengan IPSS dengan gejala BPH ringan (IPSS
kurang dari 8. Follow up tahunan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk menentukan perkembangan gangguan dan mengevaluasi kembali
pilihan pengobatan yang telah diberikan. (Journal of the American
Academy of Pas, 2016)
● Pemberian obat-obatan pada pasien BPH merupakan langkah pertama. α-
blockers bekerja pada reseptor α di otot polos prostat dan mengurangi
tonus
● 5α-Reductase inhibitor, yang mem-blok konversi testosteron menjadi lebih
poten, dapat mengecilkan prostat selama beberapa bulan
● Keduanya digunakan secara tunggal atau kombinasi sebagai terapi medis
untuk BPH (Schwartz 10th ed)
Pemantauan
● Operasi terbuka
melibatkan pengangkatan
adenoma prostat dari
jaringan prostat yang
berdekatan.
● Dapat terjadi inkontinensia dan penyerapan cairan berlebihan dari larutan irigasi
hipotonik yang digunakan selama reseksi, yang mengakibatkan sindrom reseksi
transurethral
● Hal ini disebabkan oleh hiponatremia dan kelebihan cairan, dan meskipun jarang,
dapat menyebabkan kematian
● Perubahan status mental dan edema paru ditangani dengan diuresis dan suplementasi
natrium dengan saline hipertonik pada kasus yang parah. (Schwartz 10th ed)
Komplikasi TURP
Keuntungan :
● Penyerapan cairan yang terbatas, dan salin dapat digunakan karena
tidak ada elektrokauter monopolar.
● Pendarahan juga berkurang. (Schwartz 10th ed)
● Modifikasi gaya hidup meliputi diet dan olahraga untuk menjaga berat
badan yang sehat, membatasi atau menghindari kopi dan minuman
beralkohol, dan bladder training (termasuk buang air kecil setidaknya sekali
setiap 3 jam)
(Journal of the American Academy of Pas, 2016)
Prognosis