Anda di halaman 1dari 65

Case Report Session(CRS)

Benign Prostate Hyperplasia


Preseptor :
Tomy M. Seno Utomo, dr., Sp.U

Alia Salma N. F 12100118664


Firdiana Ardianti S. 12100118545
Intan Sawaliyah 12100118574

Kelompok 14b
P3D FK UNISBA – SMF BEDAH Sub Bedah
Urologi
RSUD AL-IHSAN
IDENTITAS PASIEN

● Nama : Tn. A
● Usia : 85 tahun
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Alamat : Dayeuhkolot
● Pekerjaan : Pensiun
● Tanggal masuk RS : 18 Oktober 2020
● Waktu Pemeriksaan : 19 Oktober 2020
Keluhan Utama

Sulit buang air kecil


ANAMNESIS
Pasien datang ke IGD poliklinik Al-Ihsan dengan keluhan sulit buang air kecil. Keluhan
dirasakan sejak kurang lebih 5 bulan SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAK keluar dengan pancaran
yang lemah, harus mengedan saat BAK, perasaan tidak lampias setelah BAK, mengeluh sering
terbangun pada malam hari kurang lebih 7-8 kali untuk BAK, dan adanya air kencing yang menetes
pada akhir BAK.

Pasien menyangkal keluar BAK disertai darah, adanya keluar BAK batu, BAK disertai dengan
adanya butiran pasir, adanya mual, muntah, dan nyeri pinggang. Pasien juga menyangkal pernah
terbentur atau terjatuh pada bagian perut ataupun pinggul.

Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama dan dilakukan operasi 12 tahun
yang lalu. Tetapi keluhan muncul kembali. Pasien sudah pernah kontrol ke dokter spesialis urologi
dan di diagnosis BPH dan keluhan dirasakan pasien membaik setelah pasien dipasang kateter
selama 1 bulan dan rutin di ganti. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan rutin mengkonsumsi obat
anti hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus dan jantung .
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan Umum : Sakit sedang


● Kesadaran : Compos mentis
● Tanda Vital
○ Tekanan darah : 130/80 mmHg
○ Nadi : 94x/menit
○ Respirasi : 22 x/menit
○ Suhu : 36,9 °C
Pemeriksaan Fisik
● Kepala : Tidak ada kelainan
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera anikterik
 Pupil : Bulat, isokor, simetris, reflex cahaya (+/+)
 Hidung : deformitas ( -), sekret (-), perdarahan (-)
 Telinga : deformitas ( -), sekret (-), perdarahan (-)

● Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar

● Dada thoraks :
- Pergerakan dada simetris
- Jantung : S1 S2 murni, regular, murmur (-) gallop (-)
- Paru-paru : VBS normal kanan=kiri, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik

● Abdomen
○ Inspeksi : Cembung pada daerah suprapubic
○ Auskultasi : Bising usus (+) normal
○ Palpasi : Nyeri tekan + suprapubic, tidak ada
nyeri lepas , tidak teraba massa
○ Perkusi : Dull di suprapubic, Timpani di
seluruh lapang abdomen
● Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Status lokalis

• a/r Suprapubic:
• Inspeksi :
• Bulging (-)
• Hiperemis (-)
• Palpasi
• NT (-)
• Massa (-)
• Perkusi
• Redup
Pemeriksaan DRE
○ Sphincter ani : Kuat
○ Mukosa : Licin
○ Ampula : Tidak colaps
○ Prostat : Teraba ± 2 buku jari, tidak bernodul, asimetris
○ Gloves : Tidak ada feses, tidak ada lendir, tidak ada
darah
Usulan pemeriksaan

● Hematologi Rutin
● Rontgen thorax
● USG prostat
● USG ginjal
Hasil pemeriksaan

Fungsi Liver
Hematologi rutin
● SGOT : 22 U/L
● Hb : 16,7 g/dL
● SGPT : 33 U/L
● Leukosit : 17.030 sel/uL
Fungsi ginjal
● Eritrosit : 5,66 juta/uL
● Ureum : 40 mg/dL
● Hematokrit : 50,2 %
● Kreatiin : 1,19 mg/dL
● Trombosit : 467.000 sel/uL
● GDS : 94 mg/dL
Rontgen Thorax

Kesan

• Kardiomegali (LV) tanpa bendungan paru.


Elongatio aorta
• Tidak tampak TB paru aktif ataupun
pneumoni
Hasil USG

Kesan
● Splenomegali
● Simple cyst multiple di kedua
ginjal
● Benign prostate hyperplasia
● USG vesikaurinaria tidak tampak
kelainan
Diagnosis kerja

● Benign Prostatic Hyperplasia + hipertensi


grade 1
Penatalaksanaan

● Medikamentosa
Ketorolac 30mg IV
Ceftriaxone 2x1
Asam Tranexamat 3x1
Amplodipine 5mg PO

● Operatif
TURP (Transurethral Resection of the Prostate)
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
(BPH)
ANATOMI PROSTAT

Prostate merupakan accessory gland


terbesar dari system reproduksi pria

• P: 3cm, L: 4cm, dan kedalaman AP: 2cm


• Karakteristik: firm, walnut-size, dan
mengelilingi prostatic urethra.
• 2/3 bagiannya berupa glandular; 1/3 bagiannya
berupa fibromuscular.
Anatomi Prostat

● Memiliki ukuran sebesar kenari


dengan panjang 3 cm, lebar 4
cm, dan ketebalan 2 cm
● Memiliki berat sekitar 20 gram

Terdiri dari:
• Base berhubungan dengan neck of bladder
• Apex berhubungan dengan fascia pada aspek superior
urethral sphincter
• Posterior surface berhubungan dengan ampulla rectum
• Inferolateral surface berhubungan dengan levator ani
Struktur

● Sekitar 2/3 bagian prostate adalah


glandular part dan 1/3 bagian adalah
fibromuscular.
● Prostate terdiri dari beberapa bagian,
yaitu:
○ Isthmus
○ Right and left lobes
○ Inferoposterior ((lower posterior)
lobule
○ Inferolateral (lower lateral) lobule
○ Superomedial lobule
LOBUS

• Isthmus of the prostate – terletak di


anterior urethra. Berupa fibromuscular
dan mengandung sedikit glandular
tissue.

• Right and left lobes – dipisahkan


secara anterior oleh isthmus dan secara
posterior oleh shallow longitudinal
furrow dan terletak central.
LOBULUS
Dibagi menjadi 4 lobulus berdasarkan hubungan dengan urethra dan ejaculatory ducts:
1. Inferoposterior (lower posterior) lobule: posterior terhadap urethra dan inferior terhadap ejaculatory ducts. Lobul ini terdiri dari
aspek prostat yang terpalpasi pada pemeriksaan DRE.
2. Inferolateral (lower lateral) lobule: lateral terhadap urethra membentuk bagian utama dari right/left lobe.
3. Superomedial lobule: terletak di dalam terhadap inferoposterior lobule, mengelilingi ipsilateral ejaculatory duct.
4. Anteromedial lobule: terletak di dalam inferolateral lobule, lateral terhadap proximal prostatic urethra.
Arterial Supply and Venous Drainage of Prostate

ARTERI VENA
• Prostatic artery terutama berasal dari inferior • Vena begabung membentuk prostatic venous plexus
vesical arteries dan pudendal and middle di sekitra sisi dan pangkal prostat dan akan di drainase
rectal arteries, cabang internal iliac artery. ke internal iliac veins.
Fisiologi Prostat

● Kelenjar prostate mensekresikan milky fluid yang mengandung


calcium, citrate ion, phosphate ion, clotting enzyme, dan
profibrinolysin.

● Cairan prostate bersifat alkaline yang penting untuk fertilisasi ovum


karena vas deferens mensekresikan cairan yang relative asam dan
juga vaginal mensekresikan cairan yang bersifat asam sehingga
motilitas sperma tidak optimal. Oleh karena itu, cairan prostate
yang alkaline dapat membantu menetralkan keasaman dari seminal
fluid selama ejakulasi dan dapat memperkuat motility dan fertility
dari sperma.
DEFINISI

Benign Prostatic
Hyperplasia / BPH adalah
adanya hiperplasia sel
stroma dan sel epitel
kelenjar prostat.
Definisi BPH

● BPH merupakan diagnosis klinis yang menggambarkan gejala saluran kemih


yang disebabkan obstruksi oleh prostat, meskipun beberapa pasien dengan
BPH memiliki pembesaran kelenjar prostat yang minimal, dan beberapa pasien
dengan pembesaran prostat tidak bergejala. (Schwartz 10th ed)

● Hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke


perifer. (de Jong edisi ke 4)
EPIDEMIOLOGI

● Prevalensi meningkat
seiring bertambahnya
usia.
● 70% pria diatas usia 60
tahun → meningkat hingga
90% pada pria usia >80 tahun.
● 2012-2016 di RSHS terdapat
718 kasus dengan rata-rata
usia 67.9 tahun.
Etiologi

● Dengan bertambahnya usia, produksi testosterone menurun


dan terjadi ketidakseimbangan antara progesterone dengan
estrogen
● Terjadi konversi testosterone menjadi estradiol pada jaringan
adipose di perifer. (de Jong edisi ke-4)
Faktor Risiko

Faktor risiko umum untuk BPH meliputi :


● Bertambahnya usia,
● Sindrom metabolik,
● Riwayat keluarga BPH,
● Obesitas,
● Riwayat diabetes, dan ras kulit hitam.
● Pola makan, merokok, dan olahraga dapat memengaruhi perkembangan
BPH. (Journal of the American Academy of PAs., 2016)
Patogenesis
Manifestasi Klinis

● Lower urinary tract symptoms (LUTS) :


- Gejala obstruksi (voiding symptoms): Pancaran kemih lemah dan terputus / intermiten, merasa tidak
puas setelah berkemih
- Gejala iritasi (storage symptoms) : frekuensi berkemih ↑, urgensi, nokturia
- Gejala pasca kemih : urin menetes (dribbling), dan paling berat hingga retensi urin
Tapi tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan berkemih.
Manifestasi Klinis

● Secara umum, gejala yang terlihat pada BPH awal adalah nokturia
dan aliran urin yang lebih lambat dengan sensasi berkemih yang
tidak lengkap (Asian Journal of Urology, 2016)
● Gejala BPH yaitu : urinary frequency, urgency, hesitancy, slow
stream, dan/atau nocturia.
● Selain gejala berkemih, gejala lain BPH termasuk hematuria, infeksi
akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, batu
kandung kemih, dan retensi urin.
● Seiring waktu, pengosongan yang tidak lengkap dapat
menyebabkan overdistensi kandung kemih kronis yang dapat
menyebabkan kandung kemih yang tidak berfungsi. (Schwartz 10th
ed)
● Journal of the American Academy of PAs., 2016
Derajat Obstruksi

Dapat diukur dengan :


● Menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan
● Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat
keluar dengan kateterisasi
● Melakukan USG kandung kemih setelah miksi
● Sisa urin > 100 cc biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi
intervensi pada hyperplasia prostat
● Mengukur pancaran urin (uroflowmetri)
● Angka normal pancaran kemih (10-12 mL/detik), pancaran
maksimal 20 mL/detik
● Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6-8 mL/detik.
(de Jong edisi ke 4)
Derajat berat gejala klinis berdasarkan penemuan DRE dan sisa volume urin

Derajat Colok Dubur Sisa volume urin


I Penonjolan prostat, batas atas mudah < 50 mL
diraba
II Penonjolan prostat jelas, batas atas 50-100 mL
dapat dicapai
III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 mL
IV Retensi urin total
Diagnosis

Anamnesis
• FR
• Gejala obstruksi dan iritasi
• American Urological Association Symptom Index (AUASI) dan
International Prostate Symptom Score (IPSS) merupakan kuesioner
subjektif yang dapat digunakan. (Journal American Acedemy of PAs,
2016)
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan colok dubur/DRE berguna untuk
mengetahui kesan keadaan tonus sfingter anus,
mukosa rectum, kelainan seperti benjolan di dalam
rectum dan prostat
● Perhatikan : konsistensi, asimetri, nodul pada prostat,
raba batas atas. (de Jong edisi ke 4)
Diagnosis

Pemeriksaan Lab
● Prostate specific antigen (PSA)
○ Tingkat PSA sering berkorelasi dengan
ukuran prostat; oleh karena itu, level PSA 1,5
ng / mL menunjukan adanya BPH (Asian
Journal of Urology, 2017)
● Urinalisis, sebagai langkah utama untuk menyingkirkan
kemungkinan ISK, prostatitis, cystolithiasis, nephrolithiasis,
kanker ginjal, dan kanker prostat sebagai penyebab gejala
saluran kemih bawah. (Journal of American Academy of PAs,
2016)
Diagnosis

Pemeriksaan pencitraan :
● BNO dan pielogravi IV
● USG dapat dilakukan transabdominal atau transrectal, untuk
mengetahui pembesaran prostat, volume bulli, mengukur sisa
urin, dan keadaan patologi lain (tumor, batu)
● USG transrectal dan USG suprapubic dapat digunakan untuk
mengetahui besar prostat
Diagnosis

● Sistografi dilakukan apabila terdapat hematuria atau


mikrohematuria
○ Dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di
dalam kandung kemih, atau sumber perdarahan dari atas
bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen
di dalam vesika
○ Dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat
dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan
melihat penonjolan prostat ke dalam uretra. (de Jong
edisi ke-4)
DIAGNOSIS BANDING
• Ca Bladder
• Batu Kandung kemih
• Prostatitis
• Ca Prostat
• Urinary Tract Infection
(UTI)
• Batu ureter
Alur Diagnosis
Tatalaksana berdasarkan derajat berat gejala klinis

Derajat I :
● Belum memerlukan tindakan bedah, dan
● Mendapat pengobatan konservatif, seperti pemberian
penghambat adrenoseptor alfa (alfazosin, prazosin, terazosin,
dan tamsulosin)

Derajat II :
● Indikasi pembedahan
● Dianjurkan dilakukan TURP
● Mortalitas TURP 1%, morbiditas 8%
● Dapat dicoba pengobatan konservatif
Tatalaksana berdasarkan derajat berat gejala klinis

Derajat III :
● Dapat dilakukan reseksi endoskopik
● Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi
tidak akan selesai dalam satu jam, sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka
● Pembedahan terbuka dilakukan melalui transvesical,
retropubic, atau perineal
(de Jong edisi ke-4)
Tatalaksana berdasarkan derajat berat gejala klinis

Derajat IV :
● Tindakan untuk membebaskan pasien dari retensi urin total
dengan memasang kateter atau sistostomi
● Setelah itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
● Terapi dengan TURP atau pembedahan terbuka
(de Jong edisi ke-4)
Prostat symptom score (PSS)

● Untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH


● Terdiri dari 7 pertanyaan dengan nilai 0-5, total max 35
● Pasien mengisi sendiri.
● Interpretasi :
Ringan : 0-7
Sedang : 8-19
Berat : 20-35

● Terapi non bedah jika PSS dibawah 15


● Terapi bedah dianjurkan bila PSS 25 atau lebih atau bila timbul
obstruksi
(de Jong edisi ke-4)
Tatalaksana

● Tujuan: memperbaiki kualitas hidup pasien


● Terapi yang didiskusikan dengan pasien tergantung pada derajat keluhan, keadaan
pasien, serta ketersediaan fasilitas setempat.
1. Konservatif (watchful waiting)
2. Medikamentosa
3. Pembedahan
4. Lain-lain (kondisi khusus).
Tatalaksana BPH

● Watchful waiting untuk pasien dengan IPSS dengan gejala BPH ringan (IPSS
kurang dari 8. Follow up tahunan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk menentukan perkembangan gangguan dan mengevaluasi kembali
pilihan pengobatan yang telah diberikan. (Journal of the American
Academy of Pas, 2016)
● Pemberian obat-obatan pada pasien BPH merupakan langkah pertama. α-
blockers bekerja pada reseptor α di otot polos prostat dan mengurangi
tonus
● 5α-Reductase inhibitor, yang mem-blok konversi testosteron menjadi lebih
poten, dapat mengecilkan prostat selama beberapa bulan
● Keduanya digunakan secara tunggal atau kombinasi sebagai terapi medis
untuk BPH (Schwartz 10th ed)
Pemantauan

● Evaluasi rutin dilakukan dengan pemeriksaan IPSS, uroflowmetry, dan


pengukuran volume residu urine pasca berkemih.

● Pemantauan secara berkala dilakukan antara 1-6 bulan disesuaikan dengan


kondisi pasien
Indikasi pembedahan :

● Tidak berespon dengan pengobatan,


● Muncul komplikasi,
● Gagal ginjal,
● Gross hematuria,
● ISK berulang, atau
● Batu kandung kemih
(Journal of American Academy PAs, 2016)
Tindakan Pembedahan

● Jika obat-obatan tidak efektif untuk


meredakan gejala-gejala saluran kemih
atau gejala BPH lainnya, intervensi
bedah diindikasikan
● Transurethral Resection Prostate
(TURP) adalah tindakan andalan untuk
tindakan bedah endoskopi pada BPH.
(Schwartz 10th ed)
● Pilihan pembedahan yang disarankan
termasuk open surgery, transurethral
resection of the prostate (TURP), and
transurethral holmium laser
enucleation of the prostate (HoLEP).
(Journal of American Academy PAs,
2016)
Open Surgery (Open Prostatectomy)

● Operasi terbuka
melibatkan pengangkatan
adenoma prostat dari
jaringan prostat yang
berdekatan.

● Prosedur ini dapat


menimbulkan beberapa
komplikasi termasuk
infeksi luka, perdarahan,
ISK, dan sepsis
TURP
● TURP adalah gold standar
untuk tatalaksana BPH dan
merupakan prosedur yang
paling umum dilakukan
untuk pria yang menderita
BPH
● Selama TURP, endoskop
dimasukkan melalui uretra
dan adenoma prostat
dihilangkan menggunakan
elektroda loop.
● Efektif untuk mengurangi
gejala BPH tetapi dapat
menyebabkan komplikasi
seperti perdarahan,
hiponatremia, dan ejakulasi
retrograde
HoLEP

● Prosedur invasif minimal


lainnya, melibatkan
pengangkatan adenoma
prostat dengan iradiasi
laser
● Lebih lama daripada TURP,
namun jarang terjadi
komplikasi dan perawatan
di rumah sakit yang lebih
singkat
Komplikasi TURP

● Dapat terjadi inkontinensia dan penyerapan cairan berlebihan dari larutan irigasi
hipotonik yang digunakan selama reseksi, yang mengakibatkan sindrom reseksi
transurethral
● Hal ini disebabkan oleh hiponatremia dan kelebihan cairan, dan meskipun jarang,
dapat menyebabkan kematian
● Perubahan status mental dan edema paru ditangani dengan diuresis dan suplementasi
natrium dengan saline hipertonik pada kasus yang parah. (Schwartz 10th ed)
Komplikasi TURP

● Karena efek samping yang berpotensi berbahaya tersebut, teknik


laser atau electrovaporization prostat semakin popular digunakan

Keuntungan :
● Penyerapan cairan yang terbatas, dan salin dapat digunakan karena
tidak ada elektrokauter monopolar.
● Pendarahan juga berkurang. (Schwartz 10th ed)

● Jika prostat sangat membesar (> 100 g), manajemen endoskopi


kurang efektif dan prosedur bedah terbuka dapat digunakan.
(Schwartz 10th ed)
Tindakan Invasif Lain

Transurethral microwave therotheraphy (TUMT) :


● ialah pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostat melalui antenna yang dipasang pada ujung kateter
● Diperoleh hasil perbaikan sekitar 75%

Transurethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP) :


● Digunakan cahaya laser

Transurethral ballon dilatation (TUBD):


● Uretra di daerah prostat didilatasi dengan balon yang dikembangkan di
dalamnya
● Perbaikan biasanya bersifat sementara
(de Jong edisi ke-4)
Edukasi Pasien

● Edukasi tentang gejalanya, tindakan pencegahan yang dapat diintegrasikan


ke dalam kehidupan sehari-hari, tes diagnostik, pengobatan, kemungkinan
komplikasi, dan kapan harus membuat janji temu tindak lanjut dengan
penyedia perawatan primer

● Modifikasi gaya hidup meliputi diet dan olahraga untuk menjaga berat
badan yang sehat, membatasi atau menghindari kopi dan minuman
beralkohol, dan bladder training (termasuk buang air kecil setidaknya sekali
setiap 3 jam)
(Journal of the American Academy of Pas, 2016)
Prognosis

● BPH memiliki prognosis yang baik


● Pasien dengan gejala LUTS berkepanjangan (10%) dapat
mengalami disfungsi ereksi dan ejakulasi
● 10% pasien dengan BPH juga dapat mengalami kekambuhan
meskipun telah dilakukan reseksi prostat.
TERIMA
KASIH
Alhamdulillah 
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak


(Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) oleh Ikatan Ahli
Urologi Indonesia (IAUI). 2017.

Anda mungkin juga menyukai