Anda di halaman 1dari 39

Case Report Session

Tinea Cruris et corporis


Oleh :
Dr. Dina Alyani
 
Pembimbing:
dr. Septina Sari

Program Intersip Dokter Indonesia


PUSKESMAS SELAYO
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Dermatofitosis adalah sekelompok penyakit jamur kulit superfisial yang


menyerang jaringan dengan zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita.

Penyakit ini merupakan salah satu bentuk klinis tersering di Indonesia dan
ditemui terutama pada musim panas dengan tingkat kelembaban tinggi.

Berdasarkan SKDI2012, kompetensi dokter umum dalam menangani tinea


kruris dan tinea korporis adalah 4A.
Batasan Masalah
• definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, pemeriksaan, temuan
klinis dari kasus Tinea Kruris et Korporis

Tujuan Penulisan
• mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko,
pemeriksaan, temuan klinis dari kasus Tinea Kruris et Korporis

Metode Penulisan
• disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan dan kasus yang
ditemukan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Tinea disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita.

Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan


dermatofitosis.

Dermatofita : tiga genus, yaitu Microsporum, Trichophyton,


dan Epidermophyton, mempunyai sifat mencerna keratin.
Klasifikasi

Tinea Kruris:
dermatofitosis pada
Tinea Kapitis: Tinea Barbe:
daerah genitokrural, Tinea Pedis:
dermatofitosis pada kulit dermatofitosis pada dagu
sekitar anus, bokong, dan dermatofitosis pada kaki
dan rambut kepala dan jenggot
kadang sampai perut
bagian bawah

Tinea Inkognito:
dermatofitosis dengan
Tinea Manus: Tinea Unguium: Tinea Korporis:
bentuk klinis tidak khas
dermatofitosis pada dermatofitosis pada kuku dermatofitosis pada kulit
karena telah diobati
tangan jari tangan dan kaki glabrosa
dengan steroid topikal
kuat
Etiopatogenesis

Infeksi dermatofita melalui tiga proses, yaitu perlekatan ke keratinosit, penetrasi


melewati dan di antara sel, dan perkembangan respon pejamu.

Faktor host yang berperan pada dermatofitosis yaitu genetik, jenis kelamin, usia, obesitas,
penggunaan kortikosteroid dan obat-obat imunosupresif.

Infeksi dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi,
benda-benda seperti pakaian, alat-alat dan lain-lain.

Kulit di lipat paha yang basah dan tertutup menyebabkan terjadinya peningkatan suhu dan
kelembaban kulit sehingga memudahkan infeksi. Faktor lingkungan, berupa higiene sanitasi
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jamur.
Gejala Klinis

Tinea Kruris
• Efloresensi : polimorfik baik primer maupun sekunder
• lesi yang khas berupa plak eritematosa berbatas tegas.
Lesi disertai skuama selapis dengan tepi yang
meninggi.
• gatal dan Nyeri
• Peradangan di bagian tepi lesi lebih terlihat dengan
bagian tengah tampak seperti menyembuh (central
clearing)
Gejala Klinis

Tinea Korporis
• bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun lebih sering terjadi
pada bagian yang terpapar. Pada penyebab antropofilik biasanya
terdapat di daerah yang tertutup atau oklusif atau daerah trauma.
• lesi yang khas berupa plak eritematosa berbatas tegas. Lesi disertai
skuama selapis dengan tepi yang meninggi.
• Lesi yang berdekatan dapat membentuk pola gyrate atau polisiklik
• gatal dan Nyeri
• Peradangan di bagian tepi lesi lebih terlihat dengan bagian tengah
tampak seperti menyembuh (central clearing)
Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosis


tinea dibutuhkan uji diagnostik
untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi jamur

Spesimen kerokan kulit diambil


dari daerah pinggir lesi yang
meninggi atau aktif. Hasil
pemeriksaan mikroskopik secara
langsung dengan KOH 10-20%
Gambar . Gambaran hifa disertai spora
Diagnosa Banding

Tinea kruris
Kandida

Eritrasma

Dermatitis seboroik

Psoriasis intertriginosa
Diagnosa Banding

Tinea korporis
dermatitis kontak,

dermatitis numularis,

dermatitis seboroik,

ptiriasis rosea, dan psoriasis


Tatalaksana

Tatalaksana Umum

Secara umum, tatalaksana tinea berupa edukasi untuk mencegah infeksi berulang.

Daerah yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber infeksi serta
mencegah pemakaian peralatan mandi bersama.

Pengurangan keringat dan penguapan

Pencucian rutin pakaian, sprei, handuk yang terkontaminasi

penurunan berat badan pada seorang dengan obesitas


Tatalaksana
Lesi yang ringan dan tidak luas cukup diberikan terapi topikal saja
Terapi sistemik diberikan untuk lesi yang lebih luas dan meradang, sering
Tatalaksana
kambuh dan tidak sembuh dengan obat topikal yang sudah adekuat.

Terapi sistemik diberikan untuk lesi yang lebih luas dan


meradang, sering kambuh dan tidak sembuh dengan obat
topikal yang sudah adekuat.
BAB 3
LAPORAN KASUS
 Nama/Kelamin/Umur : Ny. K/Perempuan/56 tahun
Identitas  Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga/SD
Pasien  Alamat : Sawah Sudut
 Bercak merah yang terasa gatal di bawah payudara dan
Keluhan di bokong sejak 1 minggu yang lalu.
Utama
 Bercak merah yang terasa gatal di bawah payudara dan di
bokong sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya bercak timbul
sebesar koin di bawah payudara, lama kelamaan bercak merah
meluas ke arah pinggir serta timbul juga di bokong. Bercak
terasa gatal, dan bertambah gatal saat berkeringat. Tampak
sisik-sisik halus berwarna putih yang muncul jika pasien
menggaruk bercak merah tersebut.
Riwayat  Pasien memiliki kebiasaan tidak mengganti pakaian saat
Penyakit berkeringat, dan kurang suka memakai kipas angin saat
keadaan panas.
Sekarang  Pasien tidak memelihara hewan berbulu, dan tidak pernah
kontak dengan hewan berbulu yang pitak.
 Pasien mandi 2 kali sehari. Riwayat memakai handuk bersama
disangkal.
 Pasien belum ada mengobati keluhan yang sekarang
dialaminya
Riwayat
Penyakit  Tidak pernah menderita sakit yang sama sebelumnya.

Dahulu/  Riwayat sakit DM tidak diketahui.


 Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.
Penyakit
Keluarga
 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 84 x/ menit
Pemeriksaan Nafas : 16 x/menit

Fisik Suhu : 36,8 0C


BB : 60 Kg
TB : 164 cm
IMT : 22,3 (gizi baik)
 Lokasi : Lipatan bawah payudara, dan sela bokong
 Distribusi : Terlokalisir
 Bentuk : Bulat, tidak khas
 Susunan : Polisiklik
Status  Batas : Tegas
dermatologikus  Ukuran : Numular-plakat
 Efloresensi : Plak eritem dengan papul eritem dipinggirnya,
skuama putih halus
Pemeriksaan
 Tidak dilakukan
Penunjang
Diagnosis Berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan
diagnosis kerja tinea kruris et korporis.
Kerja
 Preventif :
- Menjaga kebersihan diri dengan mandi 2 kali sehari, dan mengganti
pakaian bila basah

Manajemen - Memakai handuk milik sendiri, tidak dipakai bersama


- Tidak memakai pakaian berlapis yang menyebabkan lembab
- Memakai pakaian yang mudah menyerap keringat, seperti bahan
katun
 Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh
jamur yang harus diobati untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Pengobatan yang diberikan berupa antijamur yaitu krim
ketokonazol, tablet griseofulvin, dan antihistamin yaitu tablet
cetirizin untuk mengurangi gatal.
 Menjelaskan kepada pasien untuk mengubah kebiasaan seperti
Manajemen tidak mengganti pakaian ketika basah, karena akan menjadi
media yang cocok untuk jamur tumbuh.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penularan penyakit ini melalui
3 media, yaitu: sesama manusia, media tanah, dan hewan.
Sebaiknya hindari pemakaian handuk/pakaian bersama, karena
penyakit ini dapat menular melalui pemakaian bersama, gunakan
sarung tangan saat berkebun, dan hindari kontak dengan hewan
yang dicurigai terinfeksi.
 Menjelaskan tentang cara pemakaian krim ketokonazol yaitu
dioleskan ke semua lesi 2 kali sehari setelah mandi.
 Jelaskan pada pasien bahwa pengobatan yang diberikan untuk 1
minggu, kemudian pasien harus kembali lagi memeriksakan diri ke
puskesmas. Obat krim tetap diberikan kepada pasien hingga 1-2
minggu setelah lesi hilang untuk mencegah rekurensi.
 Kuratif :
Manajemen Pasien diberikan krim antijamur ketokonazol 2% dipakai di
daerah lesi 2 kali sehari sesudah mandi, obat minum berupa
antijamur griseofulvin 1x500 mg, dan anti histamin cetirizin
1x10 mg.
 Rehabilitatif :
Menjelaskan pada pasien bahwa lesi bisa hilang. Agar tidak
berulang kembali pasien harus menjaga kebersihan diri.
BAB 4
DISKUSI
Anamnesis
Pemeriksaan
Diskusi fisik Diagnosis Keja Tatalaksana
Penunjang (bila
perlu)
Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun
datang ke Puskesmas Seberang Padang
dengan diagnosis tinea kruris et korporis
Bercak merah yang terasa gatal di bawah payudara dan di bokong
sejak 1 minggu yang lalu.

Bercak merah yang terasa gatal di bawah payudara dan di bokong sejak 1
minggu yang lalu. Awalnya bercak timbul sebesar koin di bawah payudara,
lama kelamaan bercak merah meluas ke arah pinggir serta timbul juga di
Diskusi bokong. Bercak terasa gatal, dan bertambah gatal saat berkeringat. Tampak
sisik-sisik halus berwarna putih yang muncul jika pasien menggaruk bercak
merah tersebut.

Pasien memiliki kebiasaan tidak mengganti pakaian saat


berkeringat, dan kurang suka memakai kipas angin saat
keadaan panas.
• Plak eritem dengan papul
eritem dipinggirnya, skuama
Pemeriksa putih halus
Diskusi n • Khas: central healing
• Predileksi: daerah yang
tertutup pakaian, daerah
Fisik yang lembab
Tempat hidupnya:
Dermatofita Zoofilik
Geofilik
Kontak
(jamur patogen)
Antropofilik

Diskusi
Respon imun Invasi ke stratum
Timbul gejala
pejamu korneum
Kebiasaan tidak mengganti pakaian ketika basah
Kebiasaan tidak suka memakai kipas angin sering
berkeringat
Tinggal di wilayah beriklim tropis dan tingkat kelembaban
tinggi
Diskusi

Faktor risiko
Preventif Promotif
Manajemen
Terpadu
Kuratif Rehabilitatif
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai