Anda di halaman 1dari 14

DIAGNOSA DAN PENATALAKSANAAN INSOMNIA

KRONIK

NAMA : ULFA MULIANA


NIM: 18171085

PEMBIMBINGA :
dr. SUZANNA OKTIVA, Sp.KJ

BAGIAN/ SMF Ilmu Jiwa


UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
RS zainal abidin 2020
Pendahuluan
Di Dunia Prevalensi Gangguan Tidur
Diperkirakan Antara 5-15%. Di Antara
Mereka Yang Mengalami Gangguan
Tidur, 31-75% Berkembang Menjadi
Masalah Insomnia Kronik.

 Cureresearch 2017 Melaporkan Bahwa


30% Penduduk Di Dunia Umumnya
Mengalami Insomnia Kronis.

Sebanyak 95% orang Amerika telah 1/4 dari laporan menyatakan bahwa
melaporkan sebuah episode dari penduduk di Amerika Serikat (AS)
insomnia pada beberapa waktu selama sesekali mendapatkan tidur yang buruk
hidup mereka dan hampir 10% mengalami insomnia
kronis.3
Pendahuluan

Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk atau


sekitar 28 juta rang yang mengalami insomnia.

Melihat Prevalensinya Yang Tinggi, Banyaknya Kasus Insomnia Yang Tidak


Terdiagnosis Dan Tidak Diobati Dan Besarnya Efek Yang Ditimbulkan Maka
Dokter Umum Sebagai Lini Pertama Pelayanan Kesehatan Harus Bisa
Mendiagnosis Dan Menangani Secara Komprehensif Insomnia Kronik.
Pembahasan

Mekanisme Tidur Normal

tipe Non Rapid Eye Movement


tipe Rapid Eye Movement (REM) (NREM).
Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam
empat stadium, antara lain:

• Berlangsung 5% dari keseluruhan waktu tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot
berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan
mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, beta dan
kadang gelombang teta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle
Stadium 1 dan kompleks K.

• Berlangsung 45% dari keseluruhan waktu tidur. Didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih
berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris.
Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K (gelombang tajam negatif
Stadium 2 diikuti komponen positif) pada rekaman EEG

• Berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. Fase tidur Lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran
EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep
spindle.
Stadium 3

• Berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Fase ini merupakan tidur yang dalam serta sukar
dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep
spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan
Stadium 4 masuk ke fase REM.22
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-
IV) mendefinisikan insomnia sebagai suatu kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur (tidak terbangun), atau tidur yang tidak menyegarkan
selama 1 bulan atau lebih. 3,4 Keadaan sulit tidur tersebut harus menyebabkan
gangguan klinis signifikan atau distress.

Insomnia kronik adalah insomnia yang keluhannya dirasakan lebih dari 1


bulan. Insomnia kronik bisa karena insomnia primer maupun sekunder. Disebut
insomnia primer karena penyebabnya tidak diketahui, sedangkan insomnia
sekunder adalah insomnia yang timbul bersama dengan gangguan psikiatri
(depresi, cemas, substance abuse) penyakit medis (penyakit jantung, hipertensi,
nyeri kronik, gangguan pencernaan, gangguan saraf, gangguan kencing,
gangguan pernafasan).10
KLASIFIKASI INSOMNIA

INSOMNIA

INSOMNIA INSOMNIA
PRIMER SKUNDER

INSOMNIA

INSOMNIA INSOMNIA
AKUT KRONIK
ETIOLOGI INSOMNIA

FAKTOR FAKTOR
EKSTERNA INTERNA

FAKTOR KONDISI
FAKTOR SOSIAL MEDIS

FAKTOR FAKTOR
LINGKUNGAN KRONOBIOLOGIS

FAKTOR TOKSIK GANGUAN PSIKIS


Kesulitan tertidur atau
tidak tercapainya tidur
nyenyak

Merasa lelah saat


Mengantuk siang
bangun tidurSakit
hari.
kepala di pagi hari.

GEJALA
KLINIS
INSOMNI
A
Kesulitan
Mata memerah.
berkonsentrasi.

Mudah marah.
DIAGNOSA INSOMNIA KRONIK

Kriteria diagnosA insomnia non organic berdasarkan pengolongan dan diagnose gangguan jiwa di Indonesia edisi ke
III (PPDGJ-III), hal di bawah ini di perlukan dalam menegakkan diagnosa pasti

Keluhan
Keluhan adanya
adanya kesulitan
kesulitan masuk
masuk tidur
tidur atau
atau mempertahankan
mempertahankan tidur
tidur ,, atau
atau kualitas
kualitas yang
yang buruk.
buruk.

Gangguan
Gangguan minimal
minimal terjadi
terjadi 3
3 kali
kali dalam
dalam seminggu
seminggu selama
selama minimal
minimal 1
1 bulan
bulan

Adanya
Adanya preokupasi
preokupasi dengan
dengan tidak
tidak bisa
bisa tidur
tidur dan
dan peduli
peduli yang
yang berlebihan
berlebihan terhadap
terhadap akibat
akibat pada
pada malam
malam hari
hari dan
dan sepanjang
sepanjang siang
siang hari.
hari.

Ketidak
Ketidak puasan
puasan terhadap
terhadap kuantitas
kuantitas dan
dan atau
atau kualitas
kualitas tidur
tidur menyebabkan
menyebabkan penderitaan
penderitaan yang
yang cukup
cukup berat
berat dan
dan mempengaruhi
mempengaruhi fungsi
fungsi dalam
dalam social
social dan
dan pekerjaan.
pekerjaan.

Adanya
Adanya ganguan
ganguan jiwa
jiwa lain
lain seperti
seperti depresi
depresi dan
dan anxietas
anxietas tidak
tidak menyebabkan
menyebabkan diagnose
diagnose insomnia
insomnia diabaikan.
diabaikan.

Kriteria
Kriteria “lama
“lama tidur”
tidur” (kuantitas)
(kuantitas) tidak
tidak di
di gunakan
gunakan untuk
untuk menentukan
menentukan adanya
adanya gangguan,
gangguan, oleh
oleh karna
karna luasnya
luasnya variasi
variasi individu.
individu.

Lama
Lama gangguan
gangguan yang
yang tidak
tidak memenuhi
memenuhi keriteria
keriteria di
di atas
atas (kardiovaskuler,
(kardiovaskuler, paru-paru,
paru-paru, saraf,
saraf, gastrointestinal,
gastrointestinal, ginjal,
ginjal, endokrin),
endokrin), yang
yang berhubungan
berhubungan dengan
dengan gangguan
gangguan psikiatri
psikiatri
(depresi gangguan
(depresi gangguan bipolar,
bipolar, cemas,
cemas, panic
panic psikosis)
psikosis) dan
dan penggunaan
penggunaan zat
zat seperti
seperti nikotin,
nikotin, alcohol,
alcohol, kafein)
kafein) perlu
perlu ditanyakan
ditanyakan jumlah
jumlah penggunaan,
penggunaan, waktu
waktu dan
dan frekuensinya.
frekuensinya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Polisomnografi
Sleep wake diaries

Aktigrafi
PENATALAKSANAAN INSOMNIA

FARMAKOLOGI NON FARMAKOLOGI

1. Benzodiazepine
1. STIMULUS COMTROL
2. NON-Benzodiazepine
2. Sleep Restriction
3. Miscellaneoussleep promoting
3. Cognitive Therapy
agent2
4. Sleep Higiene tidur
 4. Antihistamin
Komplikasi

Mereka yang mempunyai gangguan tidur sering kali mempunyai kualitas hidup
yang buruk. Mereka juga mempunyai kerentanan yang lebih tinggi untuk
mengalami depresi, kecemasan, dan defisit kognitif. [9] Umumnya pasien yang
mengalami gangguan tidur akan mengkhawatirkan kesulitan tidurnya dan
memicu timbulnya gangguan psikiatri.26

Prognosis

Bila tidak mendapatkan penanganan yang baik, gangguan tidur bisa berkembang
menjadi gangguan kronik dan memicu berkembangnya gangguan psikiatri
(seperti kecemasan, depresi, dan gangguan kognitif). Rapid Eye Movement Sleep
Behavior Disorder dilaporkan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
penyakit neurodegeneratif

Anda mungkin juga menyukai