Anda di halaman 1dari 62

TUTORIAL A-12

Semester 2
Nama Anggota
• Annisa Salsabila (190100184)
• Fahmi Romadhani (190100039)
• Jeremias Almendo Hasea Naiborhu (190100112)
• Lenny Florentina Ginting (190100077)
• Muhammad Daffa Andryo Tarigan (190100225)
• Mutiara Azhima (190100042)
• Nicholas Rizki Banta Ginting (190100114)
• Oqimuen Resa Silitonga (190100110)
• Thifanny khairunnisa (190100005)
• Winnee Hana Siahaan (190100180)
• Zachrani Aprilia Azzura (190100150)
Skenario :
• Lembar 1

• N , laki-laki usia 4 tahun, dirujuk dari layanan primer ke Poliklinik Anak RS USU, dengan keluhan pucat, ikterik, mudah capek, sejak 2
minggu ini. Riwayat demam tinggi 1 bulan yang lalu. Riwayat bepergian ke Penyabungan 6 minggu yang lalu
• Lembar 2

• Pada pemeriksaan fisik ditemukan anak sadar, lemah , pucat, ikterus dengan BB 14 Kg , TB : 90 cm , TD : 90/ 65 mmHg , pernafasan : 30
x/ menit , HR : 100 x / menit temperatur 37.4 ºC , konjungtiva bulbi ikterik, konjungtiva palpebra , lidah dan telapak tangan pucat , tanpa
organomegali .
• Hasil pemeriksaan darah lengkap ditemukan kadar Hb 5.5 g/dl , lekosit 12.300 /uL, jumlah trombosit 400.000/uL, Hematokrit 16.5 % ,
LED 43 mm / jam
• Indeks eritrosit : MCV 90μ³, MCH 27,5 pg, MCHC 33 gr/ dL , RDW 25% (10-15%)

• Morfologi apusan darah tepi : sel darah merah hipokromik anisositosis, poikilositosis, sferositosis, sel eritrosit berinti, fragmentosis, dan
polikromasi meningkat. Lekosit ditemukan metamielosit tanpa ada sel muda, dan trombosit normal.
• Pemeriksaan urin warna seperti teh pekat. Feses : tidak ada kelainan

• Lembar 3

• Pada pemeriksaan laboratorium lanjutan : Fe 60 ug/dL (60-160 ug/dL), Ferritin 150 ng/mL (15-200 ng/mL), TIBC 300 ug/dL (250-460
ug/dL), Saturasi transferin 25% (25-50%), Retikulosit 4%, Bilirubin total 4 mg/dL, Bilirubin direk 1 mg/dL
Learning Issue
• 1. Sistem hematopoetik & differensiasi stem cell
• 2. Komponen darah dan fungsinya
• 3. Sintesa Hb & Metabolisme bilirubin
• 4. Interpretasi hasil pemeriksaan
• 5. Klasifikasi anemia (berdasarkan WHO)
• 6. Pemeriksaan fisik anemia pada anak
• 7. Patofisiologi anemia
• 8. Diagnosa banding
• 9. Tatalaksana (farmako&nonfarmako)
• 10. Edukasi dan cara pencegahan anemia
Hematopoietic System
Difer
ensia
si sel
 
pluri
pote
n
Maturasi
eritrosit
granulopo
iesis
•Kupffer cell (liver)

monocyte •Alveolar
macrophage

s (lungs)
•Osteoclast (bone)
•Langerhans cell
(skin)
•Microglia (brain)
Lymphoc
ytes
maturatio
n
thrombopoiesi

Mengenal macam-macam komponen darah
manusia
 • Darah tersusun dari kombinasi antara plasma darah dan sel-sel
darah, yang semuanya beredar di seluruh tubuh. Sel-sel darah ini
kemudian dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit.
 • Jadi secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas
empat macam, meliputi plasma darah, sel darah merah, sel darah
putih, serta trombosit. Semua komponennya memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing yang mendukung kerja darah dalam
tubuh.
• 1. Plasma darah
• Plasma darah merupakan komponen darah yang berbentuk cairan.
Plasma darah mengisi sekitar 55-60 persen dari volume darah
dalam tubuh. Secara rincinya, plasma darah tersusun dari air
kurang lebih 92 persen, dan 8 persen sisanya merupakan
karbondioksida, glukosa, asam amino (protein), vitamin, lemak,
serta garam mineral.
• Tugas utama plasma darah adalah mengangkut sel sel darah, untuk
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh bersama nutrisi; hasil limbah
tubuh; antibodi; protein pembeku; serta bahan kimia seperti hormon
dan protein yang bantu menjaga keseimbangan cairan tubuh. Protein
pembeku yang dibawa oleh plasma, nantinya akan bekerja bersama
trombosit untuk mempercepat proses pembekuan darah.
• Selain mengedarkan berbagai bahan penting, plasma darah juga
berfungsi untuk menyeimbangkan volume darah serta kadar elektrolit
(garam), termasuk natrium; kalsium; kalium; magnesium; klorida; dan
bikarbonat, dilansir dari Livestrong.
• 2. Sel darah
• Jika plasma darah menyumbang sekitar 55-60 persen, maka sel darah
mengisi sisanya yakni kurang lebih sekitar 40-45 persen. Terutama,
yang terdiri atas sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
• Sel darah merah terkenal berwarna merah pekat dengan jumlah sel
yang cukup melimpah di dalam darah. Berbentuk bulat yang
dilengkapi dengan cekungan (bikonkaf) di bagian tengahnya. Salah
satu keunikan sel darah merah, yakni dilengkapi dengan protein
khusus yang disebut dengan hemoglobin.
 • Selain memberikan warna merah yang khas, hemoglobin juga bertugas dalam
membantu sel darah merah untuk membawa oksigen dari paru untuk diedarkan ke
seluruh tubuh, serta mengangkut kembali karbon dioksida dari seluruh tubuh ke
paru untuk dikeluarkan. Persentase volume darah keseluruhan yang terdiri dari sel
darah merah disebut hematokrit.
 • Tidak seperti sel lainnya, sel darah merah tidak memiliki nukleus (inti) sehingga
mampu berubah bentuk dengan mudah. Ini yang membantu sel darah merah
menyesuaikan diri saat melewati berbagai pembuluh darah di dalam tubuh.
 • Umumnya masa hidup sel darah merah hanya bertahan sekitar empat bulan atau
120 hari. Selama masa itu, tubuh akan secara teratur mengganti dan memproduksi
sel darah merah baru.
 • Sel darah putih (leukosit)
 • Dibandingkan dengan sel darah merah, sel darah putih memiliki jumlah yang
jauh lebih sedikit. Meski begitu, sel darah putih mengemban tugas yang tidak
main-main, yakni melawan infeksi virus, bakteri, jamur, yang memicu
perkembangan penyakit. Pasalnya, sel darah putih memproduksi antibodi yang
akan membantu memerangi zat asing tersebut.
 • Sel darah putih diproduksi oleh sumsum tulang dengan berbagai jenis yang
berbeda, meliputi neutrofil, limfosit, monoctyes, eosinofil, dan basofil.
Semuanya memiliki tugas yang sama untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.
Masa hidup sel darah putih pun cukup lama, bisa dalam hitungan hari, bulan,
hingga tahun, tergantung jenisnya.
 • Trombosit (keping darah)
 • Sedikit berbeda dengan sel darah putih dan merah, trombosit sebenarnya
bukan sel, melainkan sebuah fragmen sel berukuran kecil. Trombosit memiliki
peran penting proses pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya,
trombosit akan membentuk sumbatan bersama benang fibrin guna
menghentikan peradarahan, sekaligus merangsang pertumbuhan jaringan baru
di area luka.
 • Jumlah trombosit normal di dalam darah yakni antara 150.000 sampai 400.000
trombosit per mikroliter darah. Jika jumlah trombosit lebih tinggi dari kisaran
normal, maka dapat mengakibatkan pembekuan darah yang tidak diperlukan.
Akhirnya, bisa berisiko menimbulkan penyakit stroke dan serangan jantung.
 • Sementara, bila seseorang kekurangan jumlah trombosit dalam darah, maka
akan menyebabkan perdarahan hebat karena darah sulit membeku.
Hemoglobin Sinthesis
Untuk membentuk Hb yang normal, dibutuhkan proses sbb:
1. Pembentukan Porfirin yang normal
2. Penggabungan zat besi yang normal
3. Penggabungan rantai Globin yang normal
1. Pembentukan Porfirin yang normal
• Porfirin tipe I atau III
dibedakan berdasar pada
simetris/asimetris gugus
substituent pada cincin
pirol ke IV

• Apabila terjadi mutase


gen uroporfirinogen,
yang akan terbentuk
nantinya hanya
uroporfirinogen 1
(mudah lisis) ->
porfirinuria

• Kompleks enzim UPI


sintase dapat
menghasilkan UPIII
sintase
2. Penggabungan zat besi yang normal
• Prosesnya dimulai dari
absorpsi Fe pada usus
halus
• Fe2+ (Ferro)-> non heme
• Fe3+ (Feri)
• Sebagian dari besi akan
disimpan dalam sel dan
sisanya akan dipindahkan
kedalam sirkulasi
• Besi di sirkulasi harus
dioksidasi terlebih dahulu
sebelum dilepaskan
Lanjutan…
• Hepatosit mengambil zat besi dari sirkulasi -> melalui transferrin
receptor 1 dan 2
• Transferrin 2 (sensor kadar besi terikat transferrin di sirkulasi darah)->
mempengaruhi ekspresi hormone hepcidin
• Hepsidin dimodulasi juga oleh HFE dan hemojuvelin
• Hepsidin berfungsi untuk down regulation terhadap pelepasan besi
oleh ferroportin di enterosit, makrofag dan hepatosit
3. Penggabungan rantai globin yang normal
Hb normal mengandung 2 rantai α, 2 rantai β
1. Rantai globin α -> α dan ζ
2. Rantai globin β -> β, γ, δ dan ε

Hemoglobin normal : HbA (α2β2) dan HbA2 (α2δ2)


Metabolisme bilirubin
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan
Tinggi Normal Rendah
HR 100x/menit (anak 80-90 x/i) TD 90/65mmHg (min : 80/55, Kadar Hb 5.5 g/dL (11.5-13
normal: 95/55, max : 110/79 ) g/dL)
RDW 25% (10-15%) Pernafasan 30x/menit (20- Hematokrit 16.5% (34-39%)
30x/menit)
Laju Endap Darah (LED) 43mm/jam Temperatur 37,4ºC (37,5 : sub
(<10mm/jam) febris, 38 : febris )
Retikulosit 4% (0.5-2%) Leukosit 12.300/µL (5.5-
15.5x10³/mm³
Bilirubin total 4mg/dL (0.2-1.2mg/dL) Trombosit 400.000/µL (250.000-
550.000)
Bilirubin direct 1mg/dL (0.1-0.4) MCH 27,5 pg (24-30 pg)
MCHC 33 gr/dL (33gr/dL)
Fe 60 µg/dL (60-160 µg/dL)
Ferritin 150 ng/mL (15-200 ng/mL)

TIBC 300 µg/dL (25—460 µg/dL)


Saturasi transferin 25% (25-50%)
1 Hemoglobin (Hb)
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-
27 gram/dL.
 Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15
gram/dL .

Interpretasi Hasil :
-Hb rendah (<10 gram/dL)
biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya antara lain pendarahan
berat, hemolisis, leukemia, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan).
Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL
-Hb tinggi (>18 gram/dL)
berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD(bronkitis kronik dengan
cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemiavera, dan pada penduduk
pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
2
Hematokrit
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, bayi kurang 1
bulan atau neonatus 40-68%
 Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.
Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.

Interpretasi Hasil
-Ht tinggi (> 55 %)
-dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkankenaikan Hb;
antara lain penyakit DBD, penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi /diare,
diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
- Ht rendah (< 30 %)
 dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati,
hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht<15%
3
Leukosit (Hitung total)
• Nilai normal 4500-10000 sel/mm³
• Nilai normal bayi di bawah 1 bulan atau Neonatus 9000-30000 sel/mm³, Bayi
sampai  balita rata-rata 5700-18000 sel/mm³, Anak 10 tahun 4500-13500/mm³,
ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm³, postpartum 9700-25700 sel/mm³

Interpretasi Hasil
 Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus,
parasit, dan sebagainya.
 
4
Trombosit
 Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm³, anak 150.000-
450.000 sel/mm³

Interpretasi Hasil
- Penurunan trombosit (trombositopenia)
dapat ditemukan pada demam berdarahdengue, anemia, luka
bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada
<30.000sel/mm³

- Peningkatan trombosit (trombositosis)


dapat ditemukan pada penyakit keganasan,sirosis, polisitemia, ibu
hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis,
pemakaiankontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya,kecuali jika >1.000.000 sel/mm³
5
Laju endap darah
Nilai normal anak
<10 mm/jam pertama
Nilai normal dewasa pria
 <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama
Nilai normal lansia pria
 <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama
Nilai normal wanita hamil
 18-70 mm/jam pertama

Interpretasi Hasil
- LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi,
penyakitimunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan

- LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis


KLASIFIKASI ANEMIA
BERDASARKAN WHO
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN WHO
 Menurut WHO (2014) anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah
merah atau kemampuan pengangkutan oksigen oleh sel darah merah tidak
dapat memenuhi kebutuhan normal yang berbeda-beda tergantung pada :
 1.UMUR
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN WHO
 2. JENIS KELAMIN

 3.KETINGGIAN (diatas permukaan laut)

 4.KEHAMILAN
 Anemia Aplastik
Syndrom pada sumsum tulang oleh pancytopenia dan hypoplasia pada sumsum
tulan itu sendiri
Disebabkan oleh kerusakan pada stem cell dan memicu mikro environment pada
sumsum tulang mengalami gangguan
 Anemia Defisiensi
Adanya kekurangan konsumsi zat mineral vitamin seperti Fe.Terjadi juga karena
defisiensi asam folat,vit.B12,malnutrisi energy protein,cuprum,B6.
 Anemia Hemolitik
Memendeknya masa hidup RBC akibat pemecahan berlebihan eritrosit yang tidak
terkompensasi
 Anemia Hemorrhagic
Terjadi penurunan eritrosit secara signifikan akibat perdarahan
PEMERIKSAAN FISIK ANEMIA
HEMOLITIK
Anamnesis

 Kondisi fisik : Sadar,lemah, dan mudah capek


 Mata : Konjungtiva bulbi ikhterik,konjungtiva palpebra
 Telapak tangan : Pucat
 Lidah : Pucat
 Limfa dan hepar : tanpa organomegali
 Riwayat demam : sejak 1 bulan yang lalu
 Riwayat bepergian : 6 minggu lalu ke Penyabungan (daerah endemic Malaria)
Pemeriksaan fisik

 Dijumpai kondisi pucat (terutama bagian konjungtiva,kuku,lidah,maupun telapak


tangan)
 Ikhterus
 Mudah merasa lelah,demam,splenohepatomegaly
 Warna urin gelap (teh pekat)
 Nyeri perut / nyeri dada
Tanda vital :
Tachycardia,tachypnea,terkadang hipotensi,dan penurunan volume vaskuler
PATOFISIOLOGI
ANEMIA HEMOLITIK
 Anemia hemolitik akibat infeksi malaria :
 Schizont yang telah berada di dalam sel darah merah berkembang biak dengan
memanfaatkan molekul organic
 Sel darah merah akan pecah dan schizont menyebar ke sel darah merah yang
lain biasanya asymptomatic 4-5 hari
 Saat fase isolasi peningkatan sel darah merah yang mati , dilepaskan sinyal
kemokin yang menginduksi sel bone marrow agar memproduksi banyak sel
darah merah
 Bone marrow mempercepat reaksi pembentukan sel darah merah dan
menyebabkan nucleated rbc
 Terjadi beberapa gejala seperti:
1. Pallor
Kurangnya asupan oksigen pada darah menyebabkan otak mensignalir
adanya penurunan distribusi darah terhadap sel perifer untuk mencukupi
sentral cell
2. Ikterik
Peningkatan pemecahan heme menyebabkan produksi bilirubin
meningkat sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak larut dalam darah
3. hemosiderin urine
Karena peningkatan pemecahan rbc terjadi peningkatan kadar bilirubin dan
ferrous. Ferrous yang meningkat disimpan menjadi hemosiderin yang membuat
warna urin menjadi pekat
Diagnosa banding
Anemia Hemolitik Autoimmune
Sel darah merah hipokromik anisositosis, poikilositosis, sferositosis, sel
eritrosit berinti, fragmentosis, dan polikromasi meningkat, dan urin yang
berwarna gelap.
Anemia Hemolitik autoimun sering ditemukan organomegali,dan hasil
pemeriksaan comb’s test (+)
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS ANEMIA
HEMOLITIK PADA INFEKSI PLASMODIUM
TATALAKSANA MALARIA

• Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan


pemberian ACT. Pemberian kombinasi ini untuk
meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria
tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara
oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat
dilanjutkan dengan ACT oral. Di samping itu diberikan
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.
• Pada severe malaria dapat diberikan artesunat intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)
TATA LAKSANA ANEMIA HEMOLITIK

• Anemia (yang tidak berat)


Anak (umur < 6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama dengan nilai Ht <
27%). Jika timbul anemia, atasi - kecuali jika anak menderita gizi buruk.
• Beri pengobatan (di rumah) dengan zat besi (tablet besi/folat atau sirup setiap hari) selama 14 hari.
• Minta orang tua anak untuk datang lagi setelah 14 hari. Jika mungkin, pengobatan harus diberikan
selama 2 bulan. Dibutuhkan waktu 2 - 4 minggu Untuk menyembuhkan anemia dan 1-3 bulan
setelah kadar Hb kembali normal untuk mengembalikan persediaan besi tubuh.
• Jika anak berumur ≥ 2 tahun dan belum mendapatkan mebendazol dalam kurun waktu 6 bulan,
berikan satu dosis mebendazol (500 mg) untuk kemungkinan adanya infeksi cacing cambuk atau
cacing pita.
• Ajari ibu mengenai praktik pemberian makan yang baik.
• Anemia Berat
Beri transfusi darah sesegera mungkin untuk:
• semua anak dengan kadar Ht ≤ 12% atau Hb ≤ 4 g/dl
• anak dengan anemi tidak berat (haematokrit 13–18%; Hb 4–6 g/dl) dengan beberapa tampilan klinis berikut:
• Dehidrasi yang terlihat secara klinis
• Syok
• Gangguan kesadaran
• Gagal jantung
• Pernapasan yang dalam dan berat
• Parasitemia malaria yang sangat tinggi (>10% sel merah berparasit).
• Jika komponen sel darah merah (PRC) tersedia, pemberian 10 ml/kgBB selama 3–4 jam lebih baik daripada
pemberian darah utuh. Jika tidak tersedia, beri darah utuh segar (20 ml/kgBB) dalam 3–4 jam.
• Periksa frekuensi napas dan denyut nadi anak setiap 15 menit. Jika salah satu di antaranya mengalami
peningkatan, lambatkan transfusi. Jika anak tampak mengalami kelebihan cairan karena transfusi darah,
berikan furosemid 1–2 mg/kgBB IV, hingga jumlah total maksimal 20 mg.
• Bila setelah transfusi, kadar Hb masih tetap sama dengan sebelumnya, ulangi transfusi.
• Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang umum terjadi dan serius. Berikan
komponen sel darah merah atau darah utuh, 10 ml/kgBB (bukan 20 ml/kgBB) hanya sekali dan jangan ulangi
transfusi.
FARMAKOLOGI
OBAT-OBATAN PADA
PENATALAKSANAAN
ANEMIA HEMOLITIK
kortikosteroid
Steroid dosis tinggi memberikan hasil sekitar 75% pada anak-anak AIHA, namun AIHA dengan
mediator IgM (tipe dingin) tidak menunjukkan respons dengan terapi steroid.Cara kerja steroid yaitu
menekan makrofag sehingga menurunkan fagositosis terhadap sel darah merah (penghancuran sel
darah merah menurun). Cara kerja steroid lainnya adalah menekan produksi antibodi.
Kortikosteroid yang biasa digunakan adalah prednison dengan dosis awal 1-1,5 mg/kgBB/ hari untuk
1-3 minggu sampai mencapai kadar hemoglobin lebih dari 10 g/dL. Setelah kadar hemoglobin stabil
(>10g/dL), dosis prednison mulai diturunkan perlahan (tapered off) dengan dosis 10-15 mg/ minggu,
5 mg/1-2 minggu hingga 2,5 mg/ 2 minggu dengan tujuan menghentikan pemberian steroid. Respons
terhadap steroid biasanya muncul pada minggu kedua. Jika pada akhir minggu ke-3 tidak ada
respons/perbaikan klinis atau hanya sedikit perbaikan dapat dikatakan terapi tersebut tidak efektif.
Immunoglobulin IV
• Imunoglobulin memperbaiki anemia secara sementara karena
pengurangan pemecahan sel darah merah di limpa. Dosis yang
disarankan adalah 0,8-2g/ kgBB sebagai dosis tunggal atau
terbagi dua. Dosis tambahan dapat diberikan 72 jam setelah
dosis awal hingga total 2 g/kgBB pada pasien yang tidak
merespons terapi kortikosteroid. Pada pasien AIHA yang tidak
dapat menjalani splenektomi atau terapi imunosupresan dapat
diberikan dosis rumatan 0,8-2 g/kgBB sebagai dosis tunggal atau
terbagi tiap 4-6 minggu.
immunosupressan
• Azathioprine (100-150 mg/hari) dapat digunakan sebagai terapi
tunggal atau kombinasi dengan steroid.Azathioprine berfungsi
menurunkan produksi autoantibodi. Penambahan obat ini dapat
dipertimbangkan apabila terapi steroid hasilnya tidak maksimal
(jika dosis maintainance steroid >20 mg/ hari atau steroid harus
dikurangi karena efek samping).
Antibodi anti c-20
• Rituximab dapat dipertimbangkan untuk kasus AIHA yang resisten
terhadap terapi konvensional seperti kortikosteroid. Cara kerja
rituximab adalah sebagai antibodi monoklonal yang menurunkan
produksi autoantibodi. Dosis rituximab yang biasa digunakan adalah
375 mg/m2 , tetapi ada penelitian menyebutkan bahwa dosis rendah
100 mg/ minggu selama 4 minggu memberikan efek sama.5,6
Rituximab direkomendasikan sebagai pilihan pertama untuk AIHA
tipe dingin. Rituximab sangat efektif mengurangi hemolisis pada
sebagian besar anak.
splenektomi
• Beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan
antara lain: usia anak sebaiknya >5 tahun, tidak responsif
terhadap pengobatan sebelumnya selama 6-12 bulan, tipe
AIHA, dan beratnya penyakit. Indikasi splenektomi sangat
selektif dan ditujukan kepada anak AIHA kronis dan refrakter.
Edukasi dan
Cara Pencegahan
Anemia
• Mengkonsumsi makanan yang mengandung Zat besi.
• Mengkonsumsi makanan yang mengandung Asam Folat
• Mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin B 12.
• Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
• Untuk mencegah terjadinya anemia pada anak, khususnya bayi, berikan mereka ASI atau susu formula
yang sudah difortifikasi zat besi selama satu tahun pertama

• Memperkuat promosi kepada masyarakat tentang penggunaan kelambu berinsektisida pada balita.

Memberi tahu pasien efek samping dari obat anti malaria

Anda mungkin juga menyukai