Anda di halaman 1dari 3

KRISIS MATA UANG ASIA

Dimulai 2 juli 1997 di


Thailand: devaluasi
BahtKrisis keuangan
localkrisis keuangan
globalmenyebar ke
negara asia lain
(Indonesia, Malaysia,
filipina, korea, rusia,
amerika latin
khususnya Brasil)
Asal mula krisis mata uang asia
Faktor Penyebab:
1.Sistem keuangan domestik yang lemahLiberalisasi pasar keuangan menyebabkan
perusahaan/Lembaga keuangan di asia tergerak untuk meminjam dana dalam mata uang asing
dari investor amerika serikat, jepang dan eropa
2.Arus modal internasional yang bebasarus masuk modal swasta yang sangat besar
menyebabkan ledakan kredit di negara-negara asia untuk spekulasi real estat, saham dan
investasi industry kecil.
3.Dampak penularan (contagion effect) dari perubahan sentiment pasarnilai tukar nominal tetap
atau stabil menimbulkan apresiasi nilai tukar riil. mengakibatkan penurunan nyata dalam
pertumbuhan ekspor dinegara asia seperti Thailand dan korea, resesi berkepanjangan di jepang
dan depresiasi yen terhadap dolar amerika serikat merugikan negara tetangga jepang yang
selanjutnya memperburuk neraca perdaganan negara-negara berkembang asia.
4.Kebijakan ekonomi yang tidak konsistenmanajemen risiko yang buruk (pengambilan resiko
berlebihan karena nilai tukar yang stabil: tidak menggunakan lindung nilai dan tidak
memperhatikan resiko kurs) dan supervisi yang buruk, pemberian pinjaman yang dipengaruhi
oleh pertimbangan politik. Selain itu juga adanya kebijakan bailout dengan syarat: menaikkan
suku bunga domestic, membatasi pengeluaran pemerintah
Pelajaran dari krisis mata uang asia
Liberalisasi pasar keuangan yang dilakukan bersama dengan sistem keuangan
domestik yang lemah dan tidak berkembang cenderung menciptakan lingkungan
yang rentan terhadap krisis mata uang dan keuangan
Rekomendasinegara-negara terlebih dahulu memperkuat sistem keuangan
domestiknya baru kemudian meliberalisasi pasar keuangannya, dengan cara:
1. Menandatangani "Prinsip prinsip penting Pengawasan Perbankan yang
Efektif" yang dirancang Basle Commuttee on Banking Supervision (Komite
Dasar untuk Pengawasan Perbankan) dan mengawasi kepatuhannya terhadap
prinsip.
2. Bank harus didorong untuk mendasarkan keputusan pinjaman mereka hanya
pada kelayakan ekonomi bukan pada pertimbangan politik.
3. Perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah harus menyediakan data
keuangan yang dapat diandalkan kepada publik secara tepat waktu

Anda mungkin juga menyukai