”BUTIK BATIK”
KELOMPOK 9 :
HANANTIANA B.111.17.0006
INGGIT BENING DESPERINDA B.111.17.0007
DEBBY APRILIANY B.111.17.0016
SAGITA PUJI MELI ASTUTI B.111.17.0063
NETA BELLIAWAN NIKMAH B.111.17.0210
DEVI NURUS RESTHIYA B.111.17.0215
ANANDHA PRADHANA B.111.17.0222
MUHAMMAD SYAUQI B.111.17.0255
RIZAL ARISKI B.111.17.0270
BUTIK BATIK
Nama Perusahaan : BUTIK BATIK
Alamat : Jl. Soekarno-Hatta , Semarang , Jawa Tengah
Telepon : 021-6790-5382
Bidang Usaha
BUTIK BATIK ini bukan hanya menyediakan baju yang berbudaya Semarang ,tetapi juga menyediakan gaun dimana
tiap gaun yang di buat sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini tentunya dapat meningkatkan penjualan dan eksistensi
perusahaan mengingat di Semarang sangat banyak wanita yang ingin memiliki gaun namun ingin memiliki gaun yang beda
dari yang lain.
PEMBAHASAN
1. Pendekatan Praktis Keputusan Investasi
A. Analisis Sensitivitas
Biaya-biaya :
Misalkan terjadi peningkatan biaya variabel sebesar 10 % maka biaya variabel
akan menjadi Rp 2.200.000.000, apabila variabel lain tidak berubah maka kas
masuk bersih akan menjadi Rp 1.520.000.000 dengan demikian NPV = -Rp
247.000.000. Seandainya harga jual turun 10 % dan variabel-variabel lainnya
tidak berubah maka kas masuk bersih akan menjadi Rp 1.325.000.000 per
tahun dan NPV= -Rp 856.000.000. Sehingga nampak bahwa variabel harga
jual lebih sensitif terhadap profitabilitas investasi.
B. Proyek di bawah berbagai skenario
Skenario Pertumbuhan ekonomi
semula lebih tinggi dan harga
batik naik
1. Penghasilan 5.000.000.000 6.000.000.000
2. Biaya variabel 2.000.000.000 2.800.000.000
3. Biaya tetap tunai 1.000.000.000 1.000.000.000
4. Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000
5. Laba sebelum pajak(1-2-3-4) 1.000.000.000 1.200.000.000
6. Pajak 350.000.000 420.000.000
7. Laba setelah pajak (5-6) 650.000.000 780.000.000
8. Kas bersih (4+7) 1.650.000.000 1.780.000.000
PV Kas masuk bersih 5.160.000.000 5.566.000.000
NPV +160.000.000 + 566.000.000
C. Analisis pulang Pokok (break even)
Butik Batik, mencantumkan PV kas masuk dan PV kas keluar dengan r = 18 %, sehingga pada kolom terakhir kita
bisa menghitung NPV untuk unit yang terjual. Satu unit yang terjual adalah 0 maka NPV = -5.938.000.000. Saat unit yang
terjual mencapai 1.000 unit maka NPV = +160.000.000 Dengan demikian maka NPV = 0 tentu berada di antara unit
terjual 0 dengan 1.000 dan lebih mendekati 1.000 unit.
NPV untuk berbagai unit yang terjual setiap tahun ( dalam jutaan)
a = 5.938
b = Kemiringan garis persamaan
b = (15.476-5.938) /1000 = 9,638
Y = 5.938 + 9,638X
1. Proyek Kontijensi
BUTIK BATIK menjumpai dua usulan proyek kain batik palembang dan kain batik solo, masing-masing memiliki PI sebesar 1,25 dan
0,90 serta memerlukan dana sebersar Rp.20M dan Rp.10M, maka jika keduanya proyek itu memiliki hubungan kontijensi maka data dari
masing-masing proyek tersebut tidak relevan untuk pengambilan keputusan. Dalam situasi demikian, manajemen tidak dapat mengatakan bahwa
proyek kain batik palembang lebih layak dibanding proyek kain batik solo karena mempunyai PI jauh lebih besar dari satu, sementara PI proyek
kain batik solo justru lebih kecil dibanding satu.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari PI gabungan dari kedua proyek tersebut sama dengan 1,13 berasal dari
jumlah keseluruhan aliran kas masuk kedua proyek tersebut (Rp.34M = Rp25M + Rp.9M) dibagi dengan dana yang dibutuhkan oleh
kedua proyek tersebut (Rp.30M = Rp.20M + Rp.10M). karena PI gabungan bernilai lebih besar daripada satu, maka kedua proyek
tersebut dapat dinyatakan sebagai proyek yang layak, sekalipun salah satu proyek tersebut memiliki nilai PI lebih kecil dari satu (NPV
Negatif).Cara yang sama perlu juga diterapkan jika digunakan kriteria investasi yang lain.
2. Proyek yang Saling Meniadakan
Untuk memperjelas prosedur yang telah diuraikan tersebut, Berikut tersedia empat usulan
proyek yang memiliki hubungan saling meniadakan dan diketahui bahwa besarnya k sama
dengan 10%. Keempat usulan proyek tersebut memilki karestristik sebagai berikut:
1 Rp 1.000 Rp 1.200 20 % Rp 31