Anda di halaman 1dari 33

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Kementerian Keuangan RI

PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI


DAN TUGAS PEMBANTUAN

Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah

Makassar, 12 November 2015


KEBIJAKAN PENGELOLAAN
DANA DEKONSENTRASI
DAN TUGAS PEMBANTUAN
Dasar Hukum
• Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
• Undang Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
• Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
• Undang Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
• Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
• Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan;
• PMK No. 156 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana
Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan sebagaimana telah
diubah dengan PMK No. 248 Tahun 2010;
• PMK No. 104 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas PMK no.
125 tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang
berasal dari Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan
sebelum tahun 2011.
3
Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara
“Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan”.

Pasal 3 UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

4
POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH

Mendanai kegiatan diselenggarakan Sendiri oleh


6 Urusan (Absolut) Pemerintah
Belanja
Melalui
Pemerintah Angg.K/L • Sebagian dapat diselenggarakan
Pusat Sendiri oleh Pemerintah di Daerah
Mendanai kegiatan
di luar 6 Urusan Absolut • Sebagian dapat diselenggarakan
(Konkuren) melalui asas Dekonsentrasi
• Sebagian dapat diselenggarakan
melalui asas Tugas Pembantuan
Belanja
APBN  Dana Perimbangan
 Dana Insentif Daerah
Transfer
Kedaerah
 Dana Otsus dan
Keistimewaan DIY
Transfer
Ke Daerah
dan Dana Desa
*)
*) APBN
APBN 2016
2016 Dana Desa APBD
Pengertian
 Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. (UU 23/2014)
 Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk
instansi vertikal pusat di daerah (UU 33/2004).
 Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
provinsi. (UU 23/2014)
 Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan Tugas Pembantuan (UU 33/2004).

6
Prinsip Pendanaan Dekon/TP (1)
 Pendanaan Dekonsentrasi/TP dialokasikan dari APBN Bagian
Anggaran K/L
 Pendanaan Dekonsentrasi/TP dialokasikan untuk membiayai program
dan kegiatan yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat di
daerah
 Program dan kegiatan Dekonsentrasi/TP dituangkan dalam RKA K/L
melalui DIPA K/L, yang disusun berdasarkan Renja-KL dan mengacu
pada RKP;
 Pendanaan Dekonsentrasi/TP tidak diperkenankan mensyaratkan
adanya dana pendamping (cost sharing) atau sebutan lainnya yang
membebani APBD.
 Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah
yang disinergikan dengan program dan kegiatan Dekonsentrasi/TP
7
Prinsip Pendanaan Dekon/TP (2)

 K/L wajib memberitahukan kegiatan Dekonsentrasi/TP kepada


Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pelimpahan/penugasan dalam
rangka mendukung terwujudnya sinergitas pusat dan daerah
 Gubernur/Bupati/Walikota memberitahukan kepada DPRD saat
pembahasan RAPBD rencana penyelenggaraan Dekonsentrasi/TP
 Pengelolaan anggaran Dekonsentrasi/TP dilakukan secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.

8
Prinsip Pendanaan Dekon/TP (3)

 Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan Dekonsentrasi


dan/atau TP, K/L harus memperhitungkan kebutuhan anggaran
didalam RKA-KL/DIPA guna memenuhi :
a. Biaya penyusunan dan pengiriman laporan oleh SKPD
b. Biaya operasional dan pemeliharaan atas hasil pelaksanaan kegiatan
yang belum dihibahkan
c. Honorarium pejabat pengelola keuangan Dekonsentrasi/TP
d. Biaya lainnya dalam rangka pencapaian target pelaksanaan
Dekonsentrasi/TP

9
Prinsip Dasar Perencanaan Lokasi Dan Alokasi
Dana Dekon/TP
• Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan
kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau
ditugaskan disusun dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara, keseimbangan
pendanaan di daerah, dan kebutuhan
pembangunan daerah.
• Untuk melaksanakan keseimbangan pendanaan,
Menteri Keuangan menerbitkan rekomendasi
Menteri Keuangan.

10
Karakteristik Kegiatan Dekonsentrasi
• Sifat kegiatan non-fisik yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset
tetap
• Sebagian kecil Dana Dekon dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan
tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang
lainnya
• Penentuan besarnya alokasi dana penunjang harus memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran, ekonomis, dan efisiensi, serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-
masing K/L
Jenis Kegiatan Akun Keterangan
Kegiatan Utama (Non Fisik),antara lain: Belanja Barang sesuai Tidak menambah aset
Koordinasi, Perencanaan, Fasilitasi, peruntukannya
Pelatihan, Pembinaan, Pengawasan,
Sinkronisasi, Evaluasi, Pengedalian,
Supervisi, Penyuluhan.
Kegiatan Pendukung/ Penunjang: Belanja Barang Tidak menambah aset
Pengadaan Barang/ Jasa, penunjang Penunjang Kegiatan
lainnya Dekon
* Berdasarkan PMK 156/2008 diubah dengan PMK 248/2010
11
Karakteristik Kegiatan Tugas Pembantuan
• Sifat kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah nilai aset
pemerintah.
• Sebagian kecil Dana TP dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas
administratif dan/atau pengadaan input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya
• Penentuan besarnya alokasi dana penunjang harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran,
ekonomis, dan efisiensi, serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing K/L
Jenis Kegiatan Akun Keterangan
A. Kegiatan Utama TP :
1. Fisik : Pengadaan tanah, bangunan, Belanja Modal sesuai Menambah Aset
peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan peruntukannya
jaringan, serta dapat berupa kegiatan
yang bersifat fisik lainnya
2. Fisik Lainnya (Barang Habis Pakai) : Belanja Barang Fisik Tidak Menambah Aset
Obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit Lainnya TP (521411)
dan pupuk yang diserahkan kepada
Pemda
B. Kegiatan Pendukung/Penunjang : Belanja Barang Penunjang Dapat Menambah
Pengadaan barang/jasa, penunjang Kegiatan TP (521321) Aset Tetap
lainnya 12
Perencanaan dan Penganggaran
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

• Penyusunan dan penelaahan RKA-KL dan pengesahan


DIPA Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
dilaksanakan sesuai dengan PMK Nomor
143/PMK.02/2015

13
Pencairan dan Penyaluran
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

• Pencairan dan penyaluran Dana Dekonsentrasi


dan/atau Dana Tugas Pembantuan berpedoman
pada Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan yang mengatur mengenai
mekanisme pembayaran atas beban APBN.

14
Sisa Dana dan Penerimaan
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
• Dalam hal pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana
Tugas Pembantuan terdapat sisa dana yang sudah ditarik dari
kas negara dan tidak digunakan pada akhir tahun anggaran,
SKPD wajib menyetorkan dana tersebut ke Rekening Kas
Umum Negara
• Dalam hal pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana
Tugas Pembantuan menghasilkan penerimaan, penerimaan
dimaksud wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara
sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak, sepanjang hasil
pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas
Pembantuan tersebut belum dihibahkan

15
Penarikan Dana Dekonsentrasi, Penghentian Dana
Tugas Pembantuan, dan Pemblokiran Anggaran (1)
• Dana Dekonsentrasi dapat dilakukan penarikan, dengan alasan
– urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena
Pemerintah mengubah kebijakan; dan/atau
– pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dana Tugas Pembantuan dapat dilakukan penghentian, dengan
alasan:
– urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena pemberi
penugasan mengubah kebijakan;
– pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
– penerima penugasan mengusulkan untuk dihentikan sebagian
atau seluruhnya.
• Penarikan pelimpahan dan penghentian penugasan dituangkan
dalam Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga.
16
Penarikan Dana Dekonsentrasi, Penghentian Dana
Tugas Pembantuan, dan Pemblokiran Anggaran (2)

• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada


daerah yang menerima Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana
Tugas Pembantuan dengan tembusan kepada Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi
perencanaan pembangunan nasional.
• Penyampaian Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga kepada
Menteri Keuangan digunakan sebagai dasar pemblokiran
anggaran dan penghentian pencairan Dana Dekonsentrasi
dan/atau Dana Tugas Pembantuan.
• Mekanisme pemblokiran anggaran dan penghentian pencairan
Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran dan/atau Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku bagi APBN.
17
PENGELOLAAN BMN – DEKONSENTRASI & TP
 BMN dicatat dalam pos persediaan pada SIMAK BMN;
 Pengguna Barang (K/L) menyerahkan persediaan tersebut kepada
Pemerintah Daerah (SKPD) dgn BAST plg lambat 6 bln sejak
pengadaan;
 Apabila Pemda (SKPD) bersedia menerima maka Pemda (SKPD)
menatausahakan dan melaporkan persediaan tersebut dalam
Neraca Pemda;
 Pengguna Barang (K/L) melaporkan kepada Menkeu selaku
Pengelola Barang Cq. DJKN dengan melampirkan BAST;
 Apabila dalam rentang 6 bln sejak pengadaan, Pengguna Brg tidak
menyerahkan kepada Pemda (SKPD) atau sebaliknya Pemda
(SKPD) tidak bersedia menerima aset tersebut maka direklasifikasi
sebagai aset tetap K/L;
18
Pertanggungjawaban dan Pelaporan Dana Dekon/TP
(PMK 156/PMK 07/Tahun 2008 sebagaimana diubah dengan PMK 248/PMK 07/2010)

Pertanggungjawaban &
pelaporan DK/TP

Aspek Aspek
Manajerial Akuntabilitas

Realisasi Laporan Realisasi


Penyerapan Dana Anggaran

Pencapaian Target
Keluaran
Neraca

Kendala yang Catatan atas


dihadapi Laporan Keuangan

Laporan
Saran tindak lanjut
Barang Milik Negara

Sejalan dengan : Sejalan dengan :


PP 39/2006 ttg tata cara PP 8/2006 ttg pelaporan keuangan dan
pengendalian dan evaluasi rencana kinerja instansi pemerintah
pembangunan PP 6 /2006 ttg pengelolaan BMN/D 19
Tahapan
Tahapan Pelaporan
Pelaporan dan
dan Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban Dana
Dana Dekon/TP
Dekon/TP
(Aspek
(Aspek Manajerial)
Manajerial)

MENTERI/ MENKEU
MENDAGRI BAPPENAS
PIMP.LEMBAGA (DJPK) ***)

Lap. Kegiatan
3 Gabungan
Lap. Kegiatan

• GUBERNUR (WKL PEMERINTAH) – DK Lap. Kegiatan


2
1b • GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA**) Gabungan
(KEPALA DAERAH) -TP

• BAPPEDA PROV - DK
SKPD Prov - DK Lap. • BAPPEDA
SKPD Prov/Kab/Kota *) -TP Kegiatan PROV/KAB/KOTA -TP
1a
*)
SKPD Kab/Kota juga menyampaikan tembusan kpd. SKPD Provinsi yang tugas dan
kewenangannya sama
**) Bupati/Walikota juga menyampaikan lap. gabungan kpd Gubernur melalui Bappeda Prov.
***) Sebagai bahan evaluasi dan harmonisasi pendanaan Dekon/TP dengan Desentralisasi[20]
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DANA DEKON/TP
• Pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan DK/TP dilakukan secara
berkala.
• Menteri/Pimpinan lembaga melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pengelolaan kegiatan
DK/TP.
• Menteri Keuangan melakukan pembinaan
terhadap pengelolaan dana DK/TP dan
pengawasan atas penyampaian laporan Dana
DK/TP.

• Pembinaan meliputi pemberian pedoman, fasilitasi, pelatihan, bimbingan teknis, serta pemantauan
dan evaluasi.
• Dalam melakukan pembinaan kementerian/lembaga wajib menetapkan norma, standar, prosedur,
dan kriteria pelaksanaan kegiatan.
• Pembinaan dapat dilaksanakan secara terpadu dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi,
dan akuntabilitas penyelenggaraan DK/TP di daerah.
• Pengawasan dilaksanakan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan DK/TP
di daerah.
SANKSI
Sanksi penundaan pencairan Penghentian pencairan dalam Tidak diberikan alokasi Dana
tahun berjalan Dekon/TP tahun berikutnya
 SKPD tidak melakukan  SKPD tidak menyampaikan SKPD penerima dana:
rekonsiliasi laporan keuangan laporan keuangan triwulanan  Tidak memenuhi target kinerja
dengan KPPN setempat secara berturut-turut 2 (dua) pelaksanaan kegiatan tahun
sesuai ketentuan PMK kali dalam tahun anggaran
tentang Sistem Akuntansi berjalan sebelumnya yang telah
dan Pelaporan Keuangan ditetapkan;
Pemerintah Pusat

 Pengenaan sanksi  Ditemukan adanya  Tidak pernah menyampaikan


penundaan pencairan tidak penyimpangan dari hasil laporan keuangan dan barang
membebaskan SKPD dari pemeriksaan BPK, BPKP, aparat sesuai ketentuan yang berlaku
kewajiban menyampaikan pemeriksa fungsional
laporan pada tahun anggaran
sebelumnya
 Sanksi penundaan pencairan  Untuk melaksanakan  Melakukan penyimpangan
dana Dekon/TP untuk penghentian pencairan, K/L sesuai hasil pemeriksaan BPK,
triwulan berikutnya atau menyampaikan Surat BPKP, Itjen K/L atau aparat
penghentian alokasi untuk keputusan penghentian
tahun berikutnya pencairan dana kepada Dirjen pemeriksa fungsional lainnya
Perbendaharaan dengan
tembusan kepada Dirjen
Perimbangan Keuangan

Psl. 48 – Ps. 51 PMK 156/PMK.07/2008


REKOMENDASI
MENTERI KEUANGAN
REKOMENDASI MENTERI KEUANGAN TAHUN
2016 DALAM RANGKA
KESEIMBANGAN PENDANAAN
PERENCANAAN LOKASI DAN ANGGARAN
DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

TUJUAN REKOMENDASI
 Mewujudkan proporsionalitas agar sebaran alokasi dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidak terkonsentrasi pada
daerah tertentu.
 Meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas
dalam pengelolaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
 Memberi masukan kepada Kementerian/Lembaga dalam
perencanaan lokasi dan anggaran dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan

(PMK No. 156/PMK.07/2008 Sebagaimana telah disempurnakan dengan PMK No. 248/PMK.07/2010)

24
VARIABEL KESEIMBANGAN
PENDANAAN
 APBD : PAD dan Lain2
Variabel Pendapatan yg sah
Kemampuan  Dana Perimbangan
Fiskal Daerah  Dana Otsus dan Dana
(KFD) Penyesuaian
 Belanja PNSD

Variabel
Keseimbangan
Pendanaan
Indikator Pembangunan
di Daerah
Variabel Masyarakat di Daerah, mencakup
Pembangunan bidang :
di Daerah  Pendidikan,
(IPM)  Kesehatan dan
Sumber Data :  Kesejahteraan rakyat
- KFD dari Pemda (APBD) dan Kemenkeu
- IPM dari BPS
Untuk rekomendasi alokasi Tahun 2016, data fiskal menggunakan data tahun 2014 dan IPM Tahun 2013
FORMULASI
KESEIMBANGAN PENDANAAN

Transfer Ke DBH, DAU, DAK,


IPM
Daerah Dana Otsus, dan
NASIONAL
Dana Penyesuaian
Jumlah

Rekomendasi
Jumlah
Penduduk
Penduduk
PETA
PETA
KFD KFD riil per IKFD riil KESEIMBAN
KESEIMBAN
(Ruang
Kapita per GAN
GAN
Fiskal)
kapita PENDANAAN
PENDANAAN
DI
DI DAERAH
DAERAH

IKK
IKK
KFD
KFD riil per =
LAIN- Kapita (Jml. Penduduk x IKK)
PAD 2 Kemampuan
PEND. Keuangan PAD = Pendapatan Asli Daerah
Daerah KFD = Kemampuan Fiskal Daerah
Belanja Faktor IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi
PNSD Pengurang IPM = Indeks Pembangunan Manusia

*Formulasi Keseimbangan Pendanaan di Daerah dilakukan dengan menghubungkan 2 variabel IKFD rill per kapita dan IPM
HASIL FORMULASI
KESEIMBANGAN PENDANAAN
IPM
Nasional

Kuadran II Kuadran I
IKFD rill perkapita IKFD rill perkapita
Prioritas 2 di bawah rata-rata di atas rata-rata Non Prioritas
dan dan
IPM di atas IPM IPM di atas IPM
Nasional Nasional
Rata2 IKFD
rill per kapita

Kuadran III Kuadran IV


IKFD rill perkapita IKFD rill perkapita
Prioritas 1 di bawah rata-rata diatas rata-rata Non Prioritas
dan dan
IPM di bawah IPM IPM di bawah IPM
Nasional Nasional

27
KELOMPOK DAERAH
REKOMENDASI TAHUN 2015
IPM
Nasional
Prioritas 2 Non Prioritas No Prov IKFD* IPM
No Prov IKFD* IPM 1 Kepulauan Riau 1.017 76.56
1 Sumatera Utara 0.467 75.55 2 DKI Jakarta 4.267 78.59
2 Sumatera Barat 0.504 75.01 Kuadran II Kuadran I 3 Kalimantan
2.294 77.33
3 Riau 0.907 77.25 Timur
No Kab/Kota IKFD* IPM IKFD rill per kapita < IKFD rill perkapita No Kab/Kota IKFD* IPM
1 Aceh Besar 0.712 74.51 rata22 dan > rata-rata dan 1 Aceh Tengah 1.095 75.04
2 Bireun 0.601 74.03 IPM > IPM Nasional IPM > IPM Nasional 2 Kota Banda
Kota 1.087 79.00
3 0.947 77.84 12 provinsi dan 4 provinsi dan Aceh
Lhokseumawe 3 Kota Sabang 3.901 77.23
136 Kab/Kota 50 Kab/Kota
Rata2 IKFD
rill per kapita
No Prov IKFD* IPM No Prov IKFD* IPM
1 Lampung 0.416 72.87 Kuadran III Kuadran IV 1 Aceh 1.859 73.05
2 Jawa Barat 0.383 73.58 2 Papua 1.357 66.25
3 Banten 0.506 71.90 IKFD rill per kapita < IKFD rill per kapita 3 Papua Barat 4.112 70.62
No Kab/Kota IKFD* IPM rata22 dan > rata22 dan
No Kab/Kota IKFD* IPM
1 Aceh Timur 0.717 71.79 IPM < IPM Nasional IPM < IPM Nasional
1 Aceh Barat 1.060 72.24
2 Aceh Utara 0.592 73.51 15 provinsi dan 3 provinsi dan 2 Aceh Selatan 1.083 71.18
3 Pidie 0.666 73.32 227 Kab/Kota 92 Kab/Kota 3 Aceh Singkil 1.330 69.79

www.djpk.depkeu.go.id Prioritas 1 Non Prioritas 28


REKOMENDASI TAHUN 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Dalam Perencanaan Lokasi dan Alokasi Dana Dekon/TP Tahun 2016:


1. Daerah yang direkomendasikan untuk diprioritaskan mendapat alokasi dana dekonsentrasi dan/atau
dana tugas pembantuan T.A 2016 sebanyak 390 daerah, dengan rincian :
– Prioritas 1:daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional, dan
tingkat pembangunan kesejahteraan masyarakat (IPM) dibawah IPM nasional. Kelompok daerah
ini perlu mendapat perhatian melalui intervensi pemerintah pusat melalui kewenangan yang dimiliki
sehingga dapat menstimulasi percepatan pembangunan di daerah tersebut melalui
penyelenggaraan program dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kelompok daerah
ini sebanyak 242 daerah, yang terdiri dari 15 Provinsi dan 227 Kabupaten/Kota
– Prioritas 2:daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional,
namun memiliki tingkat pembangunan kesejahteraan masyarakat (IPM) di atas IPM nasional.
Kelompok daerah ini diasumsikan sebagai “daerah berkinerja baik”, karena walaupun memiliki
tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional namun masih dapat secara efektif
melalukan pembangunan daerah melalui kegiatan pelayanan terhadap masyarakat dengan baik.
Kelompok ini perlu mempertahankan kinerjanya, dengan diberikan program dan kegiatan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang berkesinambungan. Kelompok daerah ini sebanyak
148 daerah, yang terdiri dari 12 Provinsi dan 136 Kabupaten/Kota

29
REKOMENDASI TAHUN 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

2. Kementerian/Lembaga wajib memperhatikan program/kegiatan yang merupakan urusan


pemerintah yang didanai melalui mekanisme Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan secara
tertib, dan taat pada peraturan perundang­-undangan.
3. Kementerian/Lembaga mempertimbangkan program/kegiatan tugas pembantuan dengan
komposisi belanja modal yang lebih besar dari jenis belanja lainnya dalam rangka
meningkatkan perekonomian daerah.
4. Kementerian/Lembaga melakukan langkah-langkah percepatan penyerapan anggaran
kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dalam rangka pencapaian target
pembangunan nasional.
5. Kementerian/Lembaga melakukan koordinasi dengan kepala daerah pada saat penyusunan
Renja K/L dalam rangka sinergi kebijakan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
6. Kementerian/Lembaga memberikan masukan kepada Kepala Daerah agar memperhatikan
ketersediaan sumber daya manusia yang mampu dan berpengalaman dalam pengelolaan
keuangan di setiap SKPD sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan, terutama apabila pejabat dimaksud berpindah tugas atau promosi.
30
*) Sumber data: DJPB, diolah
31
*) Sumber data: DJPB, diolah
32
KEMENTERIAN KEUANGAN
Jl. DR Wahidin No. 1, Gedung Radius Prawiro
Jakarta Pusat, Indonesia, 10710
Telp. +6221-3509442
Fax. +6221-3509443
Website : http://www. djpk.depkeu.go.id

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai