Anda di halaman 1dari 41

PELAPORAN

PEKERJAAN

1
Pencatatan Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan
Pengertian tentang Pencatatan Kegiatan Pelaksanaan
Pekerjaan.

 Untuk mengawasi dan mengendalikan seluruh proses, agar


setiap tahap terekam dan terdokumentasi dengan baik, maka
seorang pengawas harus mencatat semua hal yang terjadi dan
semua elemen kegiatan yang terkait.
 Dimaksudkan agar apabila pada suatu saat terjadi
permasalahan, kita dapat menelusuri setiap tahap kegiatan apa
yang terjadi dan dapat mencari sebab terjadinya permasalahan
tersebut.
 ” Tulislah apa yang akan kau kerjakan”
 ” Kerjakanlah apa yang kau tulis”.
2
PENCATATAN KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pencatatan yang perlu dilakukan paling tidak mencakup,


tapi tidak terbatas, pada hal-hal berikut :
Lokasi dan Uraian Kerja
Bahan (Mutu, Volume, Lokasi)
Peralatan (Jenis, Jumlah, Keadaan)
Tenaga kerja (Ketrampilan, Jumlah)
Formulir-formulir (Permohonan Mulai Pelaksanaan) dan
gambar-gambar (shop dan as built drawing)
Laporan-laporan terkait
Pekerjaan Terlaksana (As Built)

3
PENCATATAN KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

 Kuantitas / Volume pekerjaan yang dapat diterima /


ditolak
 Percobaan Lapangan
 Kemajuan / Keterlambatan
 Keadaan Lapangan
 Cuaca
 Metode Pekerjaan
 Perubahan volume dan mutu Pekerjaan (Change
Order) / Addendum
 Kekurangan / Kerusakan / Perbaikan
 Pemeliharaan pekerjaan
 Permasalahan di lapangan dan pemecahannya

4
Pencatatan Rencana Kerja Harian, Mingguan dan
Bulanan.

 Seorang pengawas, dalam rangka membantu fungsi pengendalian,


harus mengetahui dan mencatat apa target penyelesaian kontraktor
satu bulan ke depan, target mingguannya dan target hariannya.
 Setiap saat dia dapat ikut memonitor dan mengendalikan, paling
tidak mengingatkan, bagaimana persiapan-persiapan yang
dilakukan kontraktor untuk pelaksanaan jadwal pekerjaan yang
dibuat
 Fokus pada pencatatan rencana kerja yang berada pada lintasan
kritis.
 Permasalahan yang berpotensi mengakibatkan keterlambatan
maka pengawas harus segera melaporkan kepada Kasatker/PPK
dan mempersiapkan peringatan tertulis.

2.3 Pencatatan Gambar Kerja, Ijin Mulai Kerja, Pemeriksaan


Persiapan dan Pengawasan Pelaksanaan.

5
Pencatatan Peralatan, Tenaga Kerja dan Bahan.
 Jumlah dan klasifikasi tenaga kerja dan peralatan yang
digunakan

 Bahan-bahan yang disediakan untuk kontraktor dan


diterima olehnya, serta bahan-bahan yang didatangkan
sendiri oleh kontraktor

 Pengiriman, pemasangan, dan pemindahan peralatan


kontraktor ke lapangan

 Hasil pengujian bahan-bahan di lapangan


6
Pencatatan Kondisi Lingkungan dan Cuaca
 Kondisi lingkungan lokasi proyek dan uraian mengenai
pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari
 Kondisi cuaca, termasuk perkiraan curah hujan dan
pengaruh terhadap kemajuan pekerjaan

Pencatatan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan


 Data keandalan dan kemajuan.
 Informasi mengenai pengendalian.
 Ramalan Proyek.
 Keandalan mutu.

7
LAPORAN HARIAN
Antara lain berisi :

8
LAPORAN MINGGUAN

9
LAPORAN BULANAN
Antara lain terdiri dari :

10
DOKUMENTASI
PELAKSANAAN PEKERJAAN

11
12
13
LAPORAN PENGAWASAN

LINGKUP PENGAWASAN PROYEK

PLANNING

CONTROLLING ORGANIZING

MOTIVATING

14
14
LAPORAN YANG
DIHASILKAN

15
16
LINGKUP KEGIATAN
PENGAWASAN

17
SASARAN DALAM PENGAWASAN

18
LAPORAN DIREKSI TEKNIS

19
20
21
I. Penilaian Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan

1.1 Penilaian Umum Hasil Pelaksanaan


Pekerjaan
 Sejak diterbitkannya SPMK seorang pengawas
pekerjaan harus melakukan
 pengawasan,
 pemeriksaan,
 pengaturan, pengendalian
 dan pencatatan atas semua kegiatan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh kontraktor

22
Seluruh aspek dan tahapan pekerjaan
dicermati dan dinilai apakah sudah
sesuai dengan ketentuan :
jadwal,
ketentuan adminitrasi,
prosedur kerja,
target pencapaian kegiatan,
spesifikasi teknis
dan sebagainya, baik menyangkut tenaga
kerja, peralatan maupun material.
23
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tugas ini antara lain adalah :
Serah terima lapangan dan SPMK
Rapat Pra pelaksanaan (PCM)
Program mutu
Pemeriksaan bersama lapangan
Mobilisasi
Pelaksanaan setiap jenis pekerjaan

24
1.2 Penilaian Mobilisasi Peralatan, Tenaga
Kerja dan Bahan
 Mobilisasi alat
◦ peralatan-peralatan berat dan kendaraan proyek.
◦ alat-alat laboratorium
◦ fasilitas lapangan ‘base camp’ : kantor proyek, kantor
konsultan, kantor kontraktor, bengkel, gudang sesuai
kontrak.
◦ perijinan
 Mobilisasi tenaga kerja
◦ tenaga kerja kontraktor dan konsultan pengawas.
 Mobilisasi material
◦ Pemeriksaan ‘Quarry’
◦ Ijin menggunakan ‘Quarry’

25
1.3 Penilaian Rencana Mutu Pelaksanaan Kegiatan
C1. Program Mutu.

 Program mutu harus disusun oleh kontraktor dan disetujui


oleh direksi teknik pada saat rapat persiapan pelaksanaan
kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan.

 Program mutu sekurang-kurangnya berisi:


 Informasi mengenai pengadaan;
 Organisasi proyek, pengguna jasa dan penyedia jasa;
 Jadual pelaksanaan pekerjaan;
 Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
 Prosedur instruksi kerja;
 Pelaksanaan kerja.

26
 Prosedur pelaksanaan dari tiap-tiap jenis pekerjaan
meliputi:
 Standar pekerjaan;
 Prosedur kerja;
 Daftar inspeksi;
 Persyaratan testing.
 Prosedur instruksi kerja harus mencakup rincian
minimal tentang:
 Urutan kegiatan pelaksanaan;
 Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan;
 Pemantauan proses kegiatan;
 Pemeliharaan yang diperlukan;
 Penilaian hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi.
27
“Pengendalian Mutu” (Quality Control) merupakan
proses pengaturan dimana kita mengukur kwalitas
pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar, serta
mengambil tindakan bila ada penyimpangan.
Sedangkan “Jaminan Mutu” atau Quality Assurance
(QA) ialah semua perencanaan metoda dan langkah
sistimatis yang diperlukan untuk memberikan keyakinan
bahwa semua perencanaan dan pelaksanaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan standar-standar yang
berlaku serta syarat-syarat yang dispesifikasikan dalam
kontrak.

28
 C.2. Sistem Jaminan Mutu
 a. Peraturan-peraturan dan standar yang dijadikan acuan dalam
dokumen kontrak akan membentuk persyaratan kualitas untuk berbagai jenis
pekerjaan yang harus dilaksanakan beserta cara-cara yang digunakan untuk
pengujian-pengujian yang memenuhi persyaratan-persyaratan ini.
 b. Penyedia jasa/kontraktor harus bertanggung jawab untuk
penyediaan bahan-bahan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk
memenuhi atau melampaui peraturan-peraturan khusus atau standar-standar
yang dinyatakan demikian dalam spesifikasi-spesifikasi atau yang dikehendaki
oleh Direksi Teknik.
 c. Mutu didefinisikan sesuai dengan tujuan dan sesuai dengan
syarat.
 Mutu yang mencerminkan kinerja/’performance’, adalah merupakan salah satu
di antara 3 faktor utama dalam manajemen proyek. Dua factor utama lainnya,
adalah waktu dan biaya.

29
C.3. Sistem Mutu
 a. Sistem mutu meliputi :
◦ Struktur Organisasi
◦ Pertanggung jawaban
◦ Prosedur
◦ Proses dan berbagai sumber daya untuk melaksanakan
manajemen mutu.
 Tujuan sistem mutu, adalah memberikan pendekatan yang
sistematis dalam usaha mencegah kegagalan (kesalahan, dll) dari
suatu produk
 Sistem mutu yang paling dasar, dikenal dengan istilah inspeksi dan tingkat
selanjutnya berturut-turut, adalah pengendalian mutu/’quality control’
(pemeriksaan hasil pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi atau yang
diinginkan engineer), jaminan mutu/’quality assurance’ (jaminan kualitas
pengerjaannya dan hasil pekerjaannya) dan manajemen mutu terpadu/’total
quality management’.

30
 Sistem mutu yang baik mengandung 6 unsur :
 APA/’WHAT’ : Tetapkan apa jasa yang harus
direncanakan.
 MENGAPA/’WHY’ : Jelaskan mengapa
rancangannya harus dilakukan.
 BILAMANA/’WHEN’ : Tentukan jadwal rancangan.
 BAGAIMANA/’HOW’ : Bagaimana rancangan
dilakukan dan dikendalikan.
 DIMANA/’WHERE’ : Di mana letak lokasi dan
keadaan lapangan proyek yang dirancang.
 SIAPA/’WHO’ : Tentukan tenaga perancang yang
dilibatkan, siapa mengerjakan apa dan tanggungjawabnya dan
siapa (‘approval’).

31
 b. Pengawasan Mutu
 Pengawasan mutu terdiri dari semua pemeriksaan terhadap
pelayanan dan pelaksanaan pekerjaan yang diberikan bersama-
sama dengan manajemen dan pendokumentasian (‘reporting’)
yang diperlukan untuk menunjukkan, bahwa semua pelayanan dan
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan
persyaratan kontrak dan peraturan-peraturan yang berlaku.
 Pengawasan mutu merupakan suatu unsur atau bagian dari
jaminan mutu dan dapat dilihat dari dua sisi :
 - Perancangan
 Sisi ini merupakan tindakan pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran untuk mengetahui atau membuktikan, bahwa
perancangan telah seusian dengan kriteria dan persyaratan yang
ditentukan dalam kontrak

32
- Pelaksanaan
Sisi ini merupakan tindakan pemeriksaan,
pengujian dan pengukuran untuk
mengetahui/membuktikan, bahwa bahan,
peralatan, komponen, instruksi serta struktur
telah dibuat, dibeli dan dibangun sesuai prosedur,
gambar dan spesifikasi.

33
 C.4 Jaminan Mutu
 a. Pencapaian
 Jaminan mutu yang berhasil-guna dapat dicapai dengan program
yang sistematis dengan lengkap/jelas yang meliputi beberapa hal :
 Perencanaan dan prosedur teknis pelaksanaan dalam usaha
pencapaian sasaran yang ditargetkan.
 Perencanaan yang sistematis dan terarah bagi kegiatan jaminan
mutu dimulai dari awal sampai akhir proyek.
 Penyusunan bahasa dan kriteria perihal spesifikasi serta standar
mutu yang akan dicapai dalam perancangan, bahan dan
pelaksanaan konstruksi.
 Penyusunan organisasi dan tenaga yang professional serta trampil
untuk melaksanakan kegiatan jaminan mutu

34
Pembuatan prosedur pelaksanaan pengawasan
mutu yang meliputi pemantauan, pemeriksaan,
pengujian, pengukuran dan pelaporan hasil-hasil
(dokumen pelaporan). Yang dimaksud dengan
prosedur di sini adalah, tahap-tahap kegiatan
untuk menyelesaikan suatu kegiatan.
Pengenalan bagian kegiatan yang memerlukan
bantuan atau keterlibatan pihak ketiga, seperti
ijin-ijin dan persetujuan pemerintah.
Pendokumentasian yang baik dan aman.

35
 b. Langkah-Langkah
 Jaminan mutu, adalah langkah-langkah pekerjaan yang dirancang
secara sistematis, sehingga pekerjaan yang dihasilkan dapat
mencapai syarat-syarat yang ada dalam spesifikasi/standar yang
ditetapkan dan sesuai dengan kontrak yang ada.
 Selama Pengadaan
 Penyedia jasa/kontraktor harus bertanggung jawab untuk
melakukan pengujian terhadap semua bahan yang diperlukan
dalam pekerjaan dan menentukan, bahwa bahan-bahan tersebut
memenuhi dan melebih persyaratan khusus.
 Selama Pelaksanaan
 Direksi Teknik mempunyai wewenang untuk menolak bahan-
bahan, barang-barang dan pekerjaan-pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan, tanpa
kompensasi bagi penyedia jasa/kontraktor.
36
C.5. Prosedur Pengujian
Pengujian dilaksanakan berdasarkan prosedur sebagai
berikut :
a. Tes Bahan (‘Testing of Materal’)
Sebelum memulai pelaksanaan suatu bagian dari
pekerjaan, penyedia jasa/kontraktor harus memiliki
semua material yang diperlukan yang telah diuji dan
disetuui oleh penyedia jasa/konsultan pengawas
pengawas.
b. ‘Job Mix Formula’
Penyedia jasa/kontraktor harus mempersiapkan ‘Job Mix
Formula’ dan disetujui oleh penyedia jasa/konsultan
pengawas pengawas
37
 c. Permintaan Tes Percobaan (‘Request for Trial Test’)
 Sebelum memulai pelaksanaan suatu bagian dari pekerjaan,
penyedia jasa/kontraktor harus melaksanakan suatu percobaan
pelaksanaan terhadap bagian dari pekerjaan tersebut. Untuk
memulai pengujian ini, pertama-tama penyedia jasa/kontraktor
harus menyerahkan lembar form “REQUEST FORM FOR WORK
TRIAL’ ke penyedia jasa/konsultan pengawas pengawas yang
selanjutnya memeriksa dan membuat perubahan jika diperlukan
atau menolak jika terdapat masalah, seperti material yang tidak
disetujui. Apabila tanggal pelaksanaan pengujian telah ditetapkan,
maka pengujian tersebut bisa dilaksanakan.

38
 d. Tes Percobaan
 Pengujian dilakukan menggunakan material yang lulus uji,
meliputi metode, jumlah, asal dan jenis bahan yang diperiksa dan
disesuaikan hingga memenuhi spesifikasi. Ini semua dicatat dan
dikeluarkan sebagai instruksi lokasi dan akan menjadi bagian dari
persyaratan kontrak yang diperlukan pada semua bagian dari
pekerjaan yang besar.
 e. Permintaan (‘Request’) Mulai Kerja
 Sebelum suatu bagian pekerjaan dimulai, penyedia jasa/kontraktor
harus memiliki formulir “PERMINTAAN MULAI KERJA” yang
telah disetujui. Formulir ini berisi ringkasan metode konstruksi
yang didasarkan pada ‘TRIAL TEST’ dan ini diisi oleh penyedia
jasa/konsultan pengawas pengawas.

39
f. Persetujuan Melaksanakan Proyek (‘Approval To
Proceed’)
Adapun prosedur untuk mendapatkan persetujuan
melaksanakan pekerjaan sampai bagian pekerjaan
berikutnya, adalah sebagai berikut :
- Lapisan sebelumnya (bagian dari pekerjaan
sebelumnya) harus 100% disetujui oleh penyedia
jasa/konsultan pengawas pengawas. Semua tes yang
diperlukan harus dilaksanakan dan harus memenuhi
syarat sesuai dengan spesifikasi dalam segala hal.
 

40
Tanggung Jawab Penyedia jasa/kontraktor
Tanggung jawab ini, adalah untuk melengkapi bukti-
bukti yang diperlukan, bahan-bahan, keterampilan
kerja atau kedua-duanya sebagaimana yang diminta
oleh Direksi Teknik atau yang ditentukan dalam
dokumen kontrak sehingga memenuhi atau melebihi
yang ditentukan dalam standar-standar yang diminta.
Bukti-bukti tersebut harus dalam bentuk yang diminta
oleh Direksi Teknik secara tertulis dan harus termasuk
satu ‘copy’ hasil pengujian resmi.
Standar-Standar
Standar-standar yang terpakai yang menjadi acuan,
termasuk namun tidak terbatas pada,
41

Anda mungkin juga menyukai