Anda di halaman 1dari 26

The Effect of Furosemide on Arterial Blood

Pressure, Blood Glucose Levels and Incidence of


Heart Arrhythmias
Elvidin Osmanovic, Esed Omerkic, Semir Imamovic, Mirza Mukinovic, Halid Mahmutbegovic and Mersiha Cerkezovic

Aldi Firdaus
406182018
PEMBIMBING :
DR. EKO SUGIHANTO SP PD, FINASIM
RSUD RAA Soewondo, Pati
Identitas Jurnal

– Judul : The Effect of Furosemide on Arterial Blood Pressure, Blood


Glucose Levels and Incidence of Heart Arrhythmias
– Penulis : Elvedin Osmanovic, Esed Omerkic, Semir Imamovic, Mirza
Mukinovic, Halid Mahmutbegovic, Mersiha Cerkezovic
– Penerbit : Science Publishing Group
– Tahun publikasi : 2017
Abstrak
▸ Furosemid adalah diuretik dan sering digunakan dalam pengobatan hipertensi. Obat ini sangat bagus untuk
menurunkan tekanan darah, dan juga merupakan obat pilihan untuk hipertensi urgensi dan emergency. Dapat
diberikan secara intravena, dan mencapai efek maksimum dalam 30 menit. Berdasarkan fakta bahwa obat ini
menyebabkan hilangnya ion kalium, juga dapat mereduksi insulin dalam darah, sehingga menyebabkan
peningkatan glukosa darah dan aritmia. Sebuah studi acak prospektif dilakukan di pusat lembaga kesehatan
masyarakat layanan medis darurat "zivinice’ , di mana dilakukan analisis pada 120 pasien yang menderita
penyakit jantung hipertensi, dan diabetes. Kami mengikutsertakan 120 pasien yang menderita hipertensi dan
diabetes mulai februari hingga akhir juli 2016. Data untuk analisis: usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh,
analisis nilai tekanan darah arteri, perubahan karakteristik laboratorium, elektrokardiografi. Melihat pada ketiga
kelompok pasien, dapat diketahui bahwa nilai maksimum tekanan darah arteri saat tiba di layanan darurat medis
memiliki pasien yang menderita hipertensi dan diabetes, di mana nilai rata-rata tekanan darah arteri adalah
173/113 mmhg. Menurut analisis pada ketiga kelompok pasien yang diamati, setelah pengobatan dengan
furosemide, tidak ada statistik yang signifikan dalam kejadian aritmia. Melihat ringkasan untuk ketiga kelompok
pasien, peningkatan nilai rata-rata glukosa darah setelah pengobatan dengan furosemide adalah 0,7 mmol/L.
Furosemide aman untuk pengobatan hipertensi pada pasien diabetes. Obat ini tidak menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah.
1. Pendahuluan
– Kalium masuk ke dalam sistem tubuh melalui makanan (50-100 mmol / hari)  didistribusikan
dalam cairan tubuh dan ditempatkan di dalam sel
– cairan intraseluler 98%
– cairan ekstraseluler 2%

– Konsentrasi kalium dalam :


– Cairan intraseluler  140-150 mmol / l
– Cairan ekstraselular  3,5-5,0 mmol / L

– Konsentrasi gradien kalium ini dibentuk dan dipelihara oleh pompa Na + / K + dan membran sel
relatif impermeabel untuk kalium.
Insulin meningkatkan kerja pompa na + / K + sehingga membantu masuknya kalium ke
dalam sel itu sendiri, dengan mengurangi konsentrasi kalium pada cairan ekstraseluler.

Kalium yang rendah  hipokalemi  mengurangi sekresi insulin dalam tubuh 


kadar glukosa darah meningkat.

Jumlah kalium juga mempengaruhi detak jantung


kekurangan kalium (hipokalemi)  mempercepat detak jantung.

Pada EKG, kekurangan kalium dimanifestasikan sebagai supraventrikular takikardi.


– Furosemid : diuretik dan sering digunakan dalam pengobatan hipertensi.
– Bagus untuk menurunkan TD, juga merupakan pilihan untuk hipertensi urgensi
dan emergency.
– Dapat diberikan secara IV, dan mencapai efek maks dalam 30 mnt.

Furosemid
Insulin berkurang dalam Peningkatan glukosa
menyebabkan hilangnya
darah darah dan aritmia.
ion kalium
(1) Efek furosemid terhadap pengobatan hipertensi dan
Tujuan krisisnya.
jurnal
(2) Untuk menentukan krisis hipertensi pada pasien yang
: menderita hipertensi dan diabetes.

(3) Untuk menentukan adanya aritmia sebelum dan


sesudah terapi antihipertensi furosemid.

(4) Untuk mengidentifikasi perbedaan kadar glukosa darah


sebelum dan sesudah terapi antihipertensi furosemid.
2. Metode
– Studi acak prospektif dilakukan di pusat lembaga kesehatan masyarakat layanan medis darurat
”Zivinice”,
– Analisis pada 120 pasien yang menderita hipertensi, diabetes atau mereka memiliki TD tinggi
tanpa didiagnosis penyakit jantung hipertensi dan diabetes.

Pasien dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 40 orang.

Kelompok III (kontrol) :


Kelompok II :
Kelompok I : pasien yang menderita TD tinggi,
pasien hipertensi yang menderita
pasien yang menderita hipertensi tetapi belum didiagnosis dengan
DM
hipertensi dan diabetes.

– Ketiga kelompok pasien diobati dengan furosemid 2 kali sehari (2x20mg = 40 mg IV).
– Semua data dikumpulkan dan dianalisis setelah disetujui oleh komite etika pusat kesehatan
masyarakat “Zivinice’.
– Data demografi, klinis dan laboratorium pasien dikumpulkan selama periode dari Feb-Juli 2016.
Inklus Eksklus
i i
Penyakit menyebabkan ggg kadar kalium
Tekanan darah tinggi
dan glukosa (kecuali diabetes)

Kadar glukosa darah tinggi Prosedur bedah pada jantung dan


pembuluh darah

Usia 18 - 80 tahun
Penyakit pankreas

Bukan perokok

Reaksi stres akut


Tidak minum alkohol

Obat-obatan yang mempengaruhi tingkat


Makanan terakhir yang glukosa darah dan aritmia jantung.
dikonsumsi < 6 jam atau lebih

Data dikumpulkan saat pasien tiba di Layanan Medis Darurat, serta 30 menit setelah pemberian furosemid.
Evaluasi klinis setiap pasien :

Kami menganalisis Glukosa darah


Riwayat medis Kami
tentang adanya
hasil terapi diukur sebelum
menganalisis hipertensi (30 dan sesudah
gejala terkait : nyeri aritmia
Analisis menit setelah Perbandingan pengobatan, dan
dada, sesak napas, (takikardia,
elektrokardiografi pemberian terapi EKG dilakukan telah dilakukan
sakit kepala, mual
bradikardia, blok dilakukan
dan muntah, (EKG) dilakukan di
AV, prematur, pengukuran kontrol sebelum dan evaluasi dan
epistaksis, Layanan Medis sesudah analisis statistik
atrial dan tekanan darah
kecemasan, kejang, Darurat. pengobatan. dari dampak
ventrikular flutter arteri dan atas
defisit neurologis obat-obatan
dan flicker) dan dasar yang dinilai
fokal dan gangguan
visual. iskemia. keberhasilan pada kadar
terapi). glukosa darah
– BMI (indeks massa tubuh) ditentukan pada semua pasien sesuai dengan rumus untuk
pengukuran BMI:
– Metode dan tes nonparametrik digunakan untuk menghitung signifikansi statistik dan mereka
adalah:
– perhitungan perbedaan dalam kelompok  tes x2
– perhitungan perbedaan antara kelompok  tes x2 , uji Kruskall-Wallis,
– Jika ada perbedaan yang signifikan antara kelompok, pengujian tambahan dilakukan antara
kelompok  uji Mann-Whitney U
– Perbedaan antara kelompok dihitung  analisis varian tunggal (ANOVA) diikuti oleh tes HD
Tukey jika ada perbedaan antara kelompok
– Uji Student’s ‘’t’’  untuk sampel yang dependent
– Perhitungan pengujian sebelum dan setelah terapi  uji Wilcoxon
– Perhitungan korelasi  uji korelasi Pearson dan Spearman.
– Hipotesis statistik diuji pada tingkat α = 0,05, yaitu perbedaan antara kelompok dalam sampel
dianggap signifikan jika p <0,05.
3. Hasil
– Penelitian ini melibatkan total 120 pasien
– 59 laki-laki (49,1)
– 61 perempuan (50,9)

▸ Perbedaan frekuensi pria dan wanita ini tidak signifikan secara statistik (χ2 = 11,025; df = 1;
p = 0,7).
▸ Usia rata-rata pria : 52 tahun , wanita : 50,8 tahun.
▸ BMI pada semua pasien berkisar antara 19 - 38, dengan nilai rata-rata 26,98 dan SD 4,297
▸ Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai BMI tertentu antara pria dan
wanita.
▸ TD lebih tinggi ketika nilai BMI> 25, sedangkan TD lebih rendah ketika nilai BMI <25.
▸ Ditentukan korelasi yang signifikan secara statistik dari peningkatan BMI dan hipertensi
(p <0,001).
▸ Pada 3 kelompok pasien  nilai maks TD saat tiba di Layanan Darurat Medis pada
penderita hipertensi dan diabetes, nilai rata-rata TD 173/113 mmHg.
▸ Pasien yang menderita hipertensi memiliki nilai rata-rata TD 166/105 mmHg, sedangkan
pasien dengan TD tinggi tanpa diagnosis hipertensi memiliki nilai rata-rata TD 159/103
mmHg.

– Setelah pengobatan dengan furosemide, nilai TD pasien pada pasien yang tidak
didiagnosis hipertensi , nilai rata-rata 118/80 mmHg
– Jumlah krisis hipertensi ▸ Perhitungan tambahan U-test
– Pada kelompok pasien hipertensi : Mann-Whitney antara masing-
8 kasus masing kelompok uji,
– Pada kelompok pasien hipertensi menggunakan penyesuaian
dan diabetes : 4 kasus. signifikan statistik Bonferroni
– Pada kelompok pasien yang (α = 0,05 / 3 = 0,017)
memiliki tekanan darah tinggi tanpa ditentukan perbedaan yang
didiagnosis hipertensi dan signifikan secara statistik (α
diabetes : 0 kasus
<0,017) di antara semua
kelompok
– Menurut analisis ANOVA untuk ketiga kelompok pasien, setelah pengobatan
dengan furosemide tidak ada signifikansi statistik dalam kejadian aritmia antara
kelompok di mana p = 0,202.

▸ Ketika melihat ke dalam setiap kelompok antara pria dan wanita, tidak ada
statistik yang signifikan dalam kejadian aritmia sebelum dan sesudah terapi, di
mana p = 0,709.
▸ Gangguan aritmik yang paling umum adalah supraventrikular takikardi dan total
7 kasus (5,7%).
– Setelah masuk ke Layanan Medis Darurat, kadar glukosa darah tertinggi
terlihat pada kelompok pasien yang menderita hipertensi dan diabetes,
dengan nilai rata-rata 11,9 mmol/L, sedangkan pada kelompok pasien
yang menderita tekanan darah tinggi tanpa diagnosis hipertensi dan
diabetes, nilai glukosa darah rata-rata adalah 6,7 mmol/L (p = 0,09)
– Diamati bahwa setelah perawatan dengan furosemide, tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik dalam nilai glukosa darah
antara kedua jenis kelamin, di dalam setiap kelompok (p <0,0823)

▸ Diamati antara kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan secara


statistik dalam peningkatan glukosa darah setelah pengobatan dengan
furosemide (p <0,09).

▸ Melihat ringkasan untuk ketiga kelompok pasien, peningkatan nilai rata-


rata glukosa darah setelah pengobatan dengan furosemid adalah 0,7
mmol/L, yang tidak signifikan secara statistik (p = 0,3).
4. Diskusi

– Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik


dan/atau diastolik di atas batas yang ditetapkan.
– Hipertensi sering membuat pasien tidak nyaman, dan tetap dapat
ditemukan untuk waktu yang lama.
– Penelitian yang dilakukan di Inggris periode 1994-1998, mengatakan bahwa kejadian hipertensi
terjadi sekitar 37% dalam populasi.
– Jenis kelamin pria dan usia berhubungan erat dengan hipertensi.
– Ditetapkan bahwa separuh dari responden mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi,
tetapi mereka tidak menggunakan terapi antihipertensi (Webeer, 2005).

– Dalam penelitian ini :


– Pria : 49,1% menderita hipertensi dengan usia rata-rata 52 tahun.
– Wanita : 50,9% menderita hipertensi dengan usia rata-rata 50,8 tahun.

– Lebih dari setengah populasi orang dewasa kelebihan berat badan (BMI dari 25 hingga 29,9) atau
obesitas (BMI> atau = 30). Kombinasi BMI yang tinggi dengan tekanan darah tinggi signifikan secara
statistik (Brown, 2000).
– Studi-studi ini konsisten dengan hasil penelitian kami.
– Di Inggris, sekitar setengah dari orang paruh baya memiliki TD tinggi. Sebagian
besar pasien memiliki nilai TD 160/100 mm Hg, 1 : 20 pasien hipertensi memiliki TD
> 160/100 mmHg (Kenny, 2012).

– Dalam penelitian ini, nilai rata-rata TD adalah 173/113 mmHg, yang sedikit lebih
tinggi daripada yang disajikan dalam penelitian yang dilakukan di Inggris.
– Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mr Osmanović dengan pemberian
furosemide dan diazepam, telah terjadi penurunan nilai TD sistolik sebesar 35,88
mmHg, sementara TD diastolik menurun sebesar 27,14 mmHg

▸ Dalam penelitian ini, sekelompok pasien yang memiliki TD tinggi tanpa diagnosis
hipertensi dan diabetes, memiliki TD sistolik berkurang 41 mmHg dan tekanan
diastolik sebesar 23 mmHg.
– Analisis hipertensi arteri yang rumit dengan krisis hipertensi dilakukan di Moskow.
– Ditemukan bahwa krisis hipertensi telah meningkat sebesar 14% selama periode 2005-2009.
– Jumlah krisis hipertensi telah meningkat di antara orang-orang usia yang lebih muda (18-35
tahun).
– Jumlah krisis hipertensi terbesar dalam penelitian kami terlihat pada sekelompok pasien yang
menderita penyakit jantung hipertensi tanpa didiagnosis diabetes.

▸ Dalam penelitian kami, supraventrikular takikardi adalah gangguan yang paling umum dari
aritmia (5,7%) yang kurang dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan di Uni Eropa di
mana dari 91.237 hanya 197 pasien (0,22%) dari mereka memiliki takikardia supraventricular
paroksismal setelah penggunaan furosemide.
▸ Makalah ini menunjukkan bahwa furosemide tidak berpengaruh secara signifikan terhadap aritmia
jantung.
– Dalam penelitian ini, peningkatan kadar glukosa darah diamati pada ketiga kelompok
setelah pengobatan dengan furosemid hanya 0,7 mmol /L rata-rata, yang tidak memiliki
signifikansi statistik.

– Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lindov menunjukkan bahwa furosemide


meningkatkan konsentrasi glukosa darah sebesar 0,3 mmol /L.

– Penelitian ini dibandingkan dengan Lindov menunjukkan peningkatan 2,5x lebih besar
dalam glukosa darah, tetapi masih tidak memiliki signifikansi statistik .

▸ Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan furosemide tidak mengarah pada
peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan, sehingga dapat dengan aman digunakan
dalam kasus pengurangan cepat tekanan darah tinggi pada kedua jenis kelamin.
– Pasien diabetes banyak yang mengalami tekanan darah tinggi.
– Ada beberapa alasan untuk jumlah hipertensi yang tinggi pada pasien diabetes.
– Alasan yang paling umum : jenis kelamin, usia, kombinasi penyakit jantung hipertensi
esensial dengan diabetes, hiperinsulinemia dan proteinuria, obesitas.
– ± 30% penderita DM memiliki tekanan darah tinggi .

▸ Hal ini sesuai dengan penelitian kami, di mana sepertiga


pasien (33%) terkait dengan penyakit jantung hipertensi
dan diabetes.
5. Kesimpulan
Karena furosemid dapet menurunkan TD di pembuluh darah, maka sering digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi, biasanya ketika obat untuk menurunkan tekanan
darah lainnya belum cukup efektif.
Furosemide : obat antihipertensi pertama sehingga pasien yang menggunakannya untuk
mengobati hipertensi harus berhati-hati untuk menghindari dehidrasi dan kehilangan
banyak mineral.
Furosemide dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan agen antihipertensi
lainnya.

Furosemide  obat yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat.

Furosemide aman untuk pengobatan hipertensi pada pasien diabetes dan tidak
menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai