Anda di halaman 1dari 37

Filsafat Ilmu

Kuliah I
Apakah Filsafat Itu?
 Pertanyaan yang telah diajukan lebih dari 20 abad
silam.
 Berbagai jawaban diberikan, namun tidak ada
yang bisa memuaskan semua orang.
 Ada yang mengatakan semakin banyak jawaban,
semakin mengaburkan masalah yang hendak
dijelaskan.
 Benarkah demikian?
Anggapan tentang filsafat:
 serba rahasia, mistis dan aneh.
 suatu kombinasi antara astrologi,
psikologi dan teologi.
 mater scientiarum atau induk segala ilmu
pengetahuan, ilmu yang paling istimewa,
ilmu yang menduduki tempat paling tinggi
diantara seluruh ilmu pengetahuan yang
sudah ada. Filsafat hanya dipahami oleh
orang-orang jenius.
 Filsafat tidak berharga untuk dipelajari. Filsafat
tidak mampu memberi petunjuk bagaimana
membangun gedung yang tahan gempa
sehingga laku dijual.
 Filsafat hanyalah sejenis ”ilmu” yang
mengawang tanpa memiliki dasar pijakan konkrit
yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Karena filsafat berbicara tentang apa
saja, padahal suatu disiplin ilmu hanya mengacu
pada satu objek tertentu, maka filsafat tidak
dapat dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu.
 Dikalangan para rohaniwan dan teolog,
filsafat hanya sebagai pelayan teologi
dimana filsafat bertugas memformulasikan
argumentasi-argumentasi yang kuat untuk
membela keyakinan dan ajaran agama
tanpa memperdulikan apakah cara yang
ditempuh itu benar dan sahih.
 Filsafat adalah alat iblis yang terkutuk
sehingga harus ditolak oleh semua orang
yang beriman.
 Dalam percakapan sehari-hari, sering kita
mendengar ada orang yang mengatakan
“Falsafah saya adalah…” atau “Filsafat
pengusaha yang berhasil itu…”, dan
sebagainya. Apakah arti falsafah atau
filsafat dalam ungkapan di atas?
 Istilah di atas mengacu kepada sikap,
pandangan, dan gagasan yang dipegang
oleh seseorang untuk menghadapi segala
persoalan yang harus dihadapinya.
 Ada juga yang mengatakan, karena semua
orang berfikir, maka sesungguhnya semua
orang adalah filsuf. Benarkah…?
 Tidak semua orang yang berfikir adalah
berfilsafat karena berfikir filsafati harus
memenuhi aturan-aturan tertentu.
 Gagasan-gagasan dalam filsafat juga beragam
dan sering bertentangan satu sama lain, yang
sering menimbulkan pertikaian tak terdamaikan
sehingga membuat filsafat semakin dianggap
kacau balau (menimbulkan kesan buruk
terhadap filsafat).
 Oleh sebab itu dapat dipahami apabila ada
orang yang berpendapat bahwa filsafat
merupakan sesuatu yang tidak jelas, kacau
balau, tidak ilmiah, penuh dengan pertikaian dan
perselisihan pendapat, tidak mengenal sistem
dan metode, tidak tertib, dan juga tidak terarah.
 Tidak mengherankan juga jika ada yang
menwarkan pemikiran untuk menertibkan
filsafat. Akan tetapi dapat dibayangkan bila
filsafat ditertibkan, dia akan jadi kurus dan kerdil
karena akan kehilangan ruang gerak dan
wawasan.
 Pada masa kini ada orang yang beranggapan
bahwa filsafat telah berada di penghujung jalan.
 Filsafat sebagai induk segala ilmu pengetahuan
telah berhasil melahirkan berbagai ilmu
pengetahuan yang kini telah mandiri.
 Ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial dan seluruh disiplin ilmu lainnya satu
persatu telah memisahkan diri dari filsafat dan
telah tumbuh menjadi dewasa. Filsafat selaku
induk dari segala ilmu pengetahuan kini telah
renta dan tidak bisa melahirkan lagi, sehingga
benar-benar tidak berguna lagi.
Filsafat…?
 Beberapa kesalahan dan kekeliruan tersebut
justru menunjukkan ketidaktahuan tentang apa
sesungguhnya filsafat.
 Pengamatan sekilas terhadap filsafat memang
dapat menyesatkan.
 Akan tetapi bila disimak secara lebih serius dan
mendalam, filsafat akan semakin diminati,
semakin menarik, dan semakin memukau.
Pengertian dan Definisi Filsafat
 Secara etimologis, istilah filsafat (falsafah
(Arab), philosophy (Inggris) berasal dari
bahasa Yunani (philosophia).
 Philosophia terdiri dari dua kata: philos =
kekasih atau sahabat, dan sophia =
kebijaksanaan atau pengetahuan.
 Secara harfiah filsafat berarti yang
mencintai kebijaksanaan atau sahabat
pengetahuan.
Konsep dan Definisi Filsafat Berdasarkan
Pemahaman Para Filsuf
 Para filsuf pra-Sokratik mempertanyakan tentang asal mula
alam dan berusaha menjawab dengan ilmu (rasio) tanpa
meminta bantuan mitos. Oleh sebab itu bagi mereka
filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami
hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal
budi.
 Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara
lain: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
meraih kebenaran yang asli dan murni. Definisi lain filsafat
adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas
yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
 Menurut Aristoteles (murid Plato), filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang senatiasa berupaya
mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab
dari realitas ada. Definisi lain: filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri
ada selaku peri ada” (being as being) atau “peri
ada sebagaimana adanya” (being as such).
 Menurut Rene Descartes (filsuf Perancis),
filsafat adalah himpunan dari segala ilmu
pengetahuan yang pangkal penyelidikannya
adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
 Menurut William James (Filsuf Amerika,
tokoh Pragmatisme dan Pluralisme),
filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa
hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
 Menurut RF Beerling (Guru Besar Filsafat
UI), filsafat memajukan pertanyaan
tentang kenyataan seluruhnya atau
tentang hakikat, asas, prinsip dan
kenyataan. Definisi lain, filsafat adalah
suatu usaha untuk mencapai radix (akar)
kenyataan dunia wujud, juga akar
pengetahuan tentang diri sendiri.
Asal Mula Filsafat
 Bagaimana filsafat tercipta? Apa yang
menyebabkan manusia berfilsafat?
 Ada 4 hal yang merangsang manusia
berfilsafat, yaitu: (1) ketakjuban, (2)
ketidakpuasan, (3) hasrat bertanya, (4)
keraguan.
Ketakjuban
 Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi
awal kelahiran filsafat adalah thaumasia
(kekaguman, keheranan, atau ketakjuban).
 Aristoteles (dalam karyanya Metafisika)
mengatakan bahwa karena ketakjuban manusia
mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub
memandang benda-benda aneh di sekitarnya,
lama kelamaan ketakjubannya semakin terarah
pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti
perubahan dan peredaran bulan, matahari,
bintang-bintang, dan asal mula alam semesta.
 Bagi Plato, ketakjuban manusia terhadap segala
sesuatu yang ada dan yang dapat diamati
merangsang manusia untuk melakukan
penelitian.
 Penelitian terhadap apa yang diamati demi
memahami hakikatnya itulah yang melahirkan
filsafat.
 Pengamatan terhadap objek ketakjuban bukan
hanya dilakukan dengan mata, melainkan juga
dengan akal budi (mengamati sesuatu yang
tidak bisa bisa dilihat dan diraba).
 Immanuel Kant tidak hanya takjub terhadap
langit berbintang-bintang, tetapi juga terpukau
memandang hukum moral dalam hatinya.
Ketidakpuasan
 Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos memainkan peranan
yang amat penting dalam kehidupan manusia antara lain
dalam menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu.
 Akan tetapi penjelasan-penjelasan tersebut semakin lama
semakin tidak memuaskan manusia.
 Ketidakpuasan itu menyebabkan manusia terus mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan
meyakinkan.
 Manusia lambat laun mulai berfikir secara rasional.
Akibatnya akal budi makin berperan. Saat inilah filsafat
lahir yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang ada
dan telah dikenal.
Hasrat Bertanya
 Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-
pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat
pertanyaan tersebut tidak kunjung habis.
 Pertanyaan telah membuat manusia melakukan
pengamatan, penyelidikan dan penelitian.
 Hal inilah yang semakin memperkaya manusia
dengan ilmu pengetahuan yang terus bertambah.
 Hasrat bertanya membuat manusia
mempertanyakan segalanya.
 Pertanyaan yang diajukan tidak sekedar
terarah pada wujud sesuatu melainkan
juga terarah pada dasar dan hakikatnya.
 Inilah yang menjadi ciri filsafat yang selalu
mempertanyakan sesuatu secara radikal
dan universal.
 Filsafat akan hilang bila manusia telah
berhenti bertanya secara radikal dan
universal.
Keraguan
 Orang bertanya karena masih meragukan
kejelasan dan kebenaran dari apa yang
telah diketahuinya.
 Keraguan turut merangsang manusia untuk
bertanya dan terus bertanya, yang
kemudian menggiring manusia untuk
berfilsafat.
Proses Kelahiran Filsafat
 Filsafat lahir di Yunani dan dikembangkan sejak awal abad
ke-6 SM.
 Proses kelahiran filsafat membutuhkan waktu yang amat
panjang.
 Orang-orang Yunani banyak mendapat dasar pengetahuan
di Mesir dan Babylonia yang telah mengembangkan
pengetahuan tulis menulis, astronomi, dan matematika
(antara lain sistem hitungan sixagesimal dan pembagian
lingkaran menjadi 360°(dasar pengetahuannya telah
diletakkan bangsa Sumeria).
 Orang Yunani kemudian mengolah pengetahuan yang
didapat dari dunia Timur menjadi menjadi benar-benar
rasional ilmiah dan berkembang pesat.
 Pemikiran rasional ilmiah itulah yang melahirkan filsafat.
 Para filsuf Yunani pertama, yang mulai berfilsafat di
Asia, sebenarnya adalah ahli-ahli matematika,
astronomi, ilmu bumi, dll.
 Oleh karena itu pada awalnya, filsafat mencakup seluruh
ilmu pengetahuan.
 Para filsuf Yunani pertama tersebut dikenal sebagai
filsuf-filsuf alam, yang berpikir tentang alam: apakah
intinya, bagaimana menerangkan peri adanya dan
apakah sifat-sifatnya yang paling hakiki.
 Inilah langkah awal yang sangat menentukan
perkembangan filsafat serta ilmu pengetahuan, dimana
mereka berani meninggalkan cara berfikir irrasional dan
tidak logis, lalu menempuh jalan pemikiran rasional
ilmiah yang semakin lama semakin sistematis.
 Cara berfikir rasional ilmiah menghasilkan gagasan
untuk diteliti akal budi dan kebenarannya dapat
didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep baru.
Sifat Dasar Filsafat
1. Berpikir Radikal
 Berfilsafat berarti berpikir secara radikal.
Filsuf adalah pemikir yang radikal.
 Karenanya filsuf tidak akan pernah terpaku
pada satu entitas tertentu.
 Keradikalan berpikir akan selalu
mengobarkan hasrat untuk menemukan
akar seluruh kenyataan.
 Mengapa akar realitas begitu penting untuk
ditemukan?
 Karena bagi filsuf, hanya apabila akar realitas itu
telah ditemukan, segala sesuatu yang tumbuh di
atas akar itu dapat dipahami. Hanya apabila
akar permasalahan telah ditemukan,
permasalahan dapat dimengerti.
 Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang, atau menjungkirbalikkan segala
sesuatu, melainkan dalam arti yang sebenarnya,
yaitu berpikir secara mendalam untuk mencapai
akar persoalan yang dipermasalahkan.
2. Mencari asas
 Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian
tertentu dari realitas, melainkan kepada
keseluruhannya.
 Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat
senantiasa berupaya mencari asas yang paling
hakiki dari keseluruhan realitas.
 Para filsuf alam Yunani mengamati
keanekaragaman realitas di alam semesta, lalu
berpikir dan bertanya,”Tidakkah dibalik
keanekaragaman itu hanya ada suatu asas?”
 Mereka lalu mulai mencari asal usul, asas
pertama alam semesta.
 Thales mengatakan asas pertama alam
semesta adalah air.
 Anaximandros mengatakan yang tidak
terbatas.
 Anaximenes mengatakan udara.
 Empedokles mengatakan ada 4 akar
segala sesuatu yang membentuk realitas
alam semesta, yaitu api, udara, tanah, dan
air.
3. Memburu Kebenaran
 Filsuf adalah pemburu kebenaran. Oleh sebab
itu dapat dikatakan berfilsafat berarti memburu
kebenaran tentang segala sesuatu.
 Untuk mencapai kebenaran yang bertanggung
jawab , setiap kebenaran yang telah diraih harus
senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali
dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih
pasti.
 Jadi, kebenaran filsafati tidak pernah bersifat
mutlak dan final.
4. Mencari Kejelasan
 Salah satu penyebab lahirnya filsafat adalah
keraguan.
 Untuk menghilangkan keraguan diperlukan
kejelasan.
 Mengejar kejelasan berarti harus berjuang
dengan gigih untuk mengeliminasi segala
sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang
gelap, yang serba rahasia dan teka-teki.
 Tanpa kejelasan, filsafat akan menjadi sesuatu
yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak
mungkin dapat menggapai kebenaran.
5. Berpikir rasional
 Berpikir rasional, berarti berpikir logis,
sistematis, dan kritis.
 Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar
menggapai pengertian-pengertian yang dapat
diterima oleh akal sehat, melainkan agar
sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-
premis yang digunakan.
 Berpikir kritis berarti membakar kemauan untuk
terus menerus mengevaluasi argumen-argumen
yang mengklaim diri benar.
Peranan Filsafat
1. Pendobrak
 Berabad-abad lamanya intelektualitas
manusia tertawan dalam penjara tradisi dan
kebiasaan.
 Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu-
pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu
sakral dan tidak boleh diganggu gugat.
2. Pembebas
 Filsafat membebaskan manusia dari
ketidaktahuan dan kebodohannya.
 Filsafat membebaskan manusia dari belenggu
cara berfikir yang mistis dan mitis.
 Filsafat juga membebaskan manusia dari cara
berfikir yang tidak teratur dan tidak jernih.
 Filsafat juga membebaskan manusia dari cara
berpikir yang tidak kritis yang membuat manusia
mudah menerima kebenaran-kebenaran semu
yang menyesatkan.
3. Pembimbing
 Filsafat membebaskan manusia dari cara
berpikir yang mistis dan mitis dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara
rasional.
 Filsafat membebaskan manusia dari cara
berpikir yang picik dan dangkal dengan
membimbing manusia untuk berfikir secara luas
dan lebih mendalam
 Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir
yang tak utuh dan fragmentaris dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara
integral dan koheren.
Kegunaan Filsafat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
 Pada awal kelahirannya, filsafat tidak bisa dipisahkan dari
ilmu pengetahuan.
 Pada masa itu filsuf adalah juga ilmuwan. Bagi mereka
ilmu pengetahuan adalah filsafat dan filsafat adalah ilmu
pengetahuan.
 Lambat laun akibat cara berpikir rasional, metodis dan
sistematis, logis, kritis dan analitis, ilmu pengetahuan
semakin tumbuh subur, terus berkembang dan menjadi
dewasa.
 Ilmu pengetahuan yang telah mencapai kedewasaan
penuh satu persatu mulai mandiri dan meninggalkan
filsafat yang telah mendewasakannya (ibu dari segala
ilmu).
 Tapi benarkah setelah ilmu pengetahuan
dewasa, dia benar-benar tidak memerlukan
filsafat lagi?
 Jawabannya adalah tidak. Ilmu pengetahuan
tetap masih membutuhkan filsafat karena hasil-
hasil yang dapat diraih oleh ilmu pengetahuan
bersifat sementara, maka senantiasa
membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan.
 Selalu ada batas yang membatasi ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibatasi oleh
bidang penelitian yang sesuai dengan
kekhususannya.
 Selain itu, ilmu pengetahuan tidak
mempersoalkan asas dan hakikat realitas.
Umumnya ilmu pengetahuan cenderung bersifat
kuantitatif, sehingga ilmu pengetahuan tidak
sanggup menguji kebenaran prinsip-prinsip yang
menjadi landasan ilmu pengetahuan itu sendiri.
 Ini hanya bisa dilakukan oleh filsafat, ibu dari
segala ilmu pengetahuan.
 Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas. Filsafat
senantiasa mengajukan pertanyaan tentang
seluruh kenyataan yang ada.
2. Dalam kehidupan praktis

 Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti


filsafat tidak terkait sama sekali dengan
kehidupan sehari-hari yang konkrit.
 Filsafat memang tidak memberi petunjuk praktis
tentang cara membuat bangunan yang artistik,
namun filsafat sanggup membantu manusia
memberi pemahaman tentang apa itu artistik
dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan
yang diperoleh lewat pemahaman itu akan
menjadi patokan utama bagi pelaksanaan
pekerjaan pembangunan tersebut.
 Filsafat menggiring manusia ke pengertian dan
pemahaman yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai