Anda di halaman 1dari 38

ANEMIA HEMOLITIK

DAN TRANFUSI
DARAH

Disusun oleh
M Ravi Dasman, S.Ked

Pembimbing
dr. Nelila Pasmah Fitriani Siregar, Sp.PD
Pendahuluan
PENDAHULUAN
Anemia hemolitik adalah kadar hemoglobin kurang dari nilai normal akibat kerusakan sel eritrosit yang lebih cepat dari kemampuan sumsum tulang
untuk menggantikannya

AIHA adalah kondisi pada pasien di mana terdapat autoantibodi yang melekat pada eritrosit dan menyebabkan lisis.

Patogenesis dan etiologi yang kompleks mengharuskan penanganan yang komprehensif tidak saja untuk mengatasi masalah anemia
namun juga pada penyakit yang mendasarinya

Tranfusi darah pada hakekatnya adalah pemberian darah atau komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien)
Tinjauan Pustaka
• Anemia hemolitik imun {autoimmune hemolytic anemia =AIHA /
AHA) merupakan suatu kelainan di mana terdapat antibodi
terhadap sel-sel eritrosit sehingga eritrosit mudah lisis dan umur
eritrosit memendek. Meskipun umur eritrosit pada orang dewasa
berkisar 120 hari namun disepakati bahwa umur eritrosit
memendek adalah kurang dari 100 hari. Jadi untuk timbulnya
AIHA diperlukan adanya antibodi dan proses destruksi eritrosit. 11

Definisi

Dilaporkan insidens anemia hemolitik imun
Epidemiologi sebesar 0.8/100.000/tahun dan prevalensinya
sebesar 17/100.000.1


Etiologi AIHA terbagi 2 yaitu:

Idiopatik

Anemia autoimun tipe hangat

Anemia autoimun tipe dingin

Etiologi Sekunder


Infeksi

Obat-obatan dan bahan kimia

Kelainan darah

Gangguan Immunologi

Tumor
Tabel 1   Warm AIHA Cold AIHA
Karakteristik
AIHA
Karakteristik
Isotipe antibodi   Ig G, jarang Ig A, Ig M Ig M
Antigen spesifitas   Multiple, Rh primer i/L, P
Hemolisis   Terutama Terutama
ekstravaskuler intravaskular
Direct   Ig G C3
antiglobulin test

Klasifikasi AIHA
Aktivasi Sistem
Komplemen
• Aktivasi Komplemen
Jalur Klasik
• Aktivasi Komplemen
Jalur Alternatif

Patofisiologi Intravaskuler
Aktivasi Komplemen Jalur Klasik

• Protein CI akan berikatan dengan kompleks imun antigen antibody dan


Fragmen CI akan mengaktifkan C4 dan C2 menjadi suatu kompleks C4b,2b
• C4b,2b akan memecah C3 menjadi fragmen C3b dan C3a.
• C3b akan membentuk kompleks dengan C4b2b menjadi C4b2b3b (C5
convertase).
• C5 convertase akan memecah C5 menjadi C5a (anafilatoksin) dan C5b
• Kompleks penghancur membran terdiri dari molekul C5b,C6,C7,C8, dan
beberapa molekul C9.
• Kompleks ini akan menyisip ke dalam membrane sel sebagai suatu aluran
transmembran sehingga permeabilitas membran normal akan terganggu. Air
dan ion akan masuk ke dalam sel sehingga sel membengkak dan ruptur.

Patofisiologi Intravaskuler
Aktivasi Komplemen Jalur Alternatif

• Aktivator jalur alternatif akan mengaktifkan C3


• C3 akan memecah menjadi molekul C3a dan C3b.
• C5 akan berikatan dengan C3b dan oleh Bb dipecah
menjadi C5a dan C5b.
• C5b berperan dalam penghancuran membran.

Patofisiologi Intravaskuler
Patofisiologi Ekstravaskuler
• Terjadi di dalam sel makrofag dari sistem retikuloendotelial, terutama di lien,
hepar dan sumsum tulang karena sel ini mengandung enzim heme oxygenase.
• Jika sel eritrosit dilisis oleh makrofag, ia akan pecah menjadi globin dan heme.
• Globin ini akan kembali disimpan sebagai cadangan
• sedangkan heme nanti akan pecah lagi menjadi besi dan protoporfirin.
• Besi diangkut lagi untuk disimpan sebagai cadangan
• protoforfirin akan terurai menjadi gas CO dan Bilirubin.
• Bilirubin jika di dalam darah akan berikatan dengan albumin membentuk
bilirubin indirect (Bilirubin I), menyebabkan icterus pada mukosa
• Bilirubin I mengalami konjugasi di hepar menjadi bilirubin direct (bilirubin II),
dieksresikan ke empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen di feses dan
urobilinogen di urin

Patofisiologi Ekstravaskuler
Anemia autoimun tipe hangat Anemia autoimun tipe dingin
• Demam • Aglutinisasi pada suhu
• Ikterik dingin
• Limfadenopati • Akrosianosis
• Splenomegali • Splenomegali
• Hepatomegali

Gejala klinis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
• rasa lelah • pucat
• mudah mengantuk • ikterik
• Sesak napas • Splenomegali
• riwayat pemakaian obat, • hepatomegali
• riwayat sakit • hemoglobinuri.
sebelumnya.

Pemeriksaan hematologi
• kadar hemoglobin yang rendah (biasanya sekitar 7-10 g
• bilirubin indirek yang meningkat
• LDH meningkat
• retikulositosis.
Morfologi darah tepi
• sferosit, skistosit, helmet cell dan retikulosit).
• Direct Antiglobulin Tesf menunjukkan hasilpositif pada AIHA.

Diagnosis
• Sesak napas
• rasa lelah

Anemia adalah kondisi tubuh kekurangan sel darah merah. Pasal sel darah
merah terdapat Hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
membawanya ke jaringan. Kadar hemoglobin yang rendah, dapat
mengurangi pasokan oksigen yang sampai ke jaringan. Selain itu,
rendahnya pasokan oksigen akan menstimulasi otak untuk meningkatkan
laju pernapasan guna mengembalikan kadar oksigen kembali ke normal.

Diagnosis
Anemia autoimun tipe hangat Anemia autoimun tipe dingin
• Hb dibawah 7 g/dl • Hb 9-12 g/dl
• Autoantibodi berasal dari • Sferositosis
IgG • Polikromatosia
• Biasanya bereaksi dengan • Tes Coombs positif
antigen RH • Anti- l, Anti –Pr, anti- M,
• Tes Coombs positif anti- P

Laboratorium
Anemia autoimun tipe hangat Anemia autoimun tipe dingin
• Hanya sebagian kecil Pasien dengan sindrom
pasien mengalami kronik akan memiliki
penyembuhan komplit kesintasan yang baik dan
dan sebagian besar cukup stabil
memiliki perjalanan
penyakit yang
berlangsung kronik,
namun terkendali.

Prognosis
Anemia autoimun tipe hangat Anemia autoimun tipe dingin
• Kortikosteroid :Prednison 1-1,5
mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
• Menghindarai udara
• Splenektomi dingin yang dapat
• Rituximab dan alemtuzumab , memicu hemolisis
100mg/mnggu selama 4 minggu
• Imunosupresi Azathioprin 50-200 mg/hari • Prednison dan
• Danazol 600- 800 mg/hari splenektomi tidak banyak
• Terapi tranfusi :Pada kondisi yang
mengancam jiwa (misal Hb <3 g/d l) membantu
menggunakan sel darah merah pekat cuci
(PRC Wash)
• Chlorambucil 2-4 mg/hari

Terapi
• Jika terapi farmakologi seperti kortikosteroid tidak
mengalami kemajuan
• Jika tidak bisa mempertahan trombosit >50000
• Usia diatas 5 tahun
• vaksinasi terhadap hepatitis B, pneumokokus, dan H.
influenza dalam kurun waktu 2 minggu sebelum atau 2
minggu sesudah tindakan operasi dilakukan.

Indikasi Splenektomi
Tranfusi Darah
Defenisi
• proses menyalurkan darah atau komponen darah yang
bisa berasal dari berbagai sumber ke dalam makhluk
hidup. Dalam transfusi, orang yang memberikan
darahnya disebut sebagai donor, sedangkan yang
menerima darah disebut resipien.7
• ambang batas untuk melakukan transfusi adalah kadar
hemoglobin di bawah 7,0 atau 8,0g/dl, kecuali untuk
pasien dengan penyakit kritis
Indikasi

• Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah


hilang dan perdarahan masih terus terjadi.
• Anemia berat
• Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi
gangguan sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari
pemberian antibiotik)
• Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan
faktor pembekuan, karena komponen darah spesifik
yang lain tidak ada
Darah Lengkap (Whole Blood)

defenisi berisi sel darah merah, lekosit,trombosit dan plasma.



1-6 C, CPD (21 hari), CPDA (35 hari)

Indikasi

meningkatkan jumlah sel darah merah dan volum plasma
dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada perdarahan aktif
dengan kehilangan darah lebih dari 25-30% volum darah total.

Pasien dengan anemia kronik yang normovolemik


Kontraindikasi

atau yang bertujuan meningkatkan sel darah merah.

Dosis dan cara ●


Pada orang dewasa, 1 unit darah lengkap akan meningkatkan Hb sekitar 1
g/dl atau hematokrit 3-4%.
pemberian ●
Pada anak-anak darah lengkap 8 ml/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl
SEL DARAH MERAH PEKAT
(PACKED RED BLOOD CELL)

defenisi eritrosit, trombosit, lekosit dan sedikit plasma



1-6 C, CPD (21 hari), CPDA (35 hari)

Indikasi

pasien yang menunjukkan gejala anemia, yang hanya memerlukan
massa sel darah merah pembawa oksigen saja misalnya pada
pasien dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan

Dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan


Kontraindikasi

dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.

Dosis dan cara ●


Unit sel darah merah pekat akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl
atau hematokrit 3-4%.
pemberian ●
salin normal 50-100 ml sebagai pencampur sediaan sel darah merah
SEL DARAH MERAH PEKAT DENGAN SEDIKIT
LEUKOSIT (PACKED RED BLOOD CELL LEUCOCYTES
REDUCED)

defenisi • leukositnya kurang dari 5 x 106 leukosit/unit


• 1-6 C, jika pemisahan system terbuka mak 24 jam

• pasien yang sering mendapat/tergantung pada


tranfusi darah dan adanya reaksi alergi yang
Indikasi disebabkan oleh protein plasma atau antibodi
lekosit.

• tidak dapat mencegah terjadinya graft versus host


Kontraindikasi disease (GVHD },

Dosis dan cara • Pemberian komponen sel darah ini paling baik diberikan
dengan menggunakan filter darah generasi ketiga.
pemberian
SEL DARAH MERAH PEKAT CUCI (PACKED RED
BLOOD CELL WASHED)

defenisi

hematokrit 70-80% volum 180 ml. Pencucian dengan salin membuang hampir
seluruh plasma (98%), menurunkan konsentrasi leukosit, dan trombosit serta debris

1-6 C, mak 24 jam

Indikasi

Mencegah reaksi alergi yang berat atau alergi yang berulang,
dapat pula digunakan pada tranfusi neonatal atau tranfusi
intrauteri.

Hati hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya secara

Kontraindikasi

terbuka

tidak menjamin pencegahan terjadinya GVHD atau infeksi CMV pasca t ranfusi

Dosis dan cara ●


Sebaiknya semua proses tranfusi melalui filter darah
tanpa kecuali.
pemberian
SEL DARAH MERAH PEKAT BEKU YANG DICUCI
(PACKED RED BLOOD CELL FROZEN,PACKED RED
BLOOD CELL DEGLYCEROLIZED)

defenisi

Sel darah merah beku ini dibuat dengan penambahan gliserol

Darah ini kemudian dibekukan pada suhu minus 65° atau minus 200°
Celcius (tergantung sediaan gliserol) dan dapat disimpan selama 10 tahun

Indikasi ●
Dapat dipakai untuk menyimpan darah langka.

Kontraindikasi ●
Risiko terjadinya kontaminasi bakteri

Dosis dan cara ●


Pemberian komponen darah ini melalui filter darah dan sediaan
ini memiliki massa eritrosit yang rendah karena banyak sel
pemberian darah yang hilang selama proses pembuatan.
TROMBOSIT PEKAT (CONCENTRATE PLATELETS)

defenisi Berisi trombosit, beberapa lekosit dan sel darah merah serta plasma


disimpan pada suhu 20°-24 C diletakkan pada rotator/agitator, 5 hari

Indikasi kasus perdarahankarena trombositopenia (trombosit


<50.000/μl) atau trombositopati kongenital/didapat.


Pasien dengan destruksi trombosit yang cepat seperti: ITP,
Kontraindikasi TTP dan KID dan tranfusi biasanya dilakukan hanya pada
adanya perdarahan yang aktif

Dosis dan cara ●


1 unit/10 kg BB, biasanya diperlukan 5-7 unit pada orang dewasa. Satu kantong
trombosit pekat yang berasal dari 450 ml darah lengkap diperkirakan dapat

pemberian menaikkan jumlah trombosit sebanyak 9000-11 .000/ul / m2 luas permukaan tubuh.
GRANULOSIT FERESIS
(GRANULOCYTES PHERESIS)

defenisi

dengan cara sitaferesis dari donor tunggal, berisi granulosit,
limfosit, trombosit beberapa sel darah merahdan sedikit plasma

20-24°( dan harus segera ditransfusikan

Indikasi meningkatkan jumlah granulosit pada pasien sepsis


dengan leukopenia

Risiko penularan terhadap CMV dapat terjadi


Kontraindikasi

demikian pula untuk dapat terjadinya GVHD.

Dosis dan cara ●


Transfusi diberikan menggunakan saringan darah standar, dan
harus cocok serasi sistem golongan ABO-nya dengan darah
pemberian pasien
PLASMA SEGAR BEKU
(FRESH FROZEN PLASMA= FFP)

defenisi

Plasma digunakan untuk mengganti kekurangan factor koagulasi

Suhu simpan minus 18° C atau lebih rendah dengan masa
simpan 1 tahun

Indikasi Gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia


faktor pembekuan pekat atau kriopresipitat

Kontraindikasi Plasma sebaiknya tidak digunakan untuk mempertahankan


ekspansi volum karena risiko penularan penyakit yang tinggi.

Dosis dan cara ●


diberikan dalam 6 jam setelah pencairan, dengan memakai saringan/filter standar
Dosisnya 10-20 ml/kg (4-6 unit u.ntuk orang dewasa) meningkatkan factor

pemberian koagulasi 20-30%, dan meningkatkan faktor VIII 2% (1 unit/kg).


ALBUMIN DAN FRAKSI PROTEIN PLASMA
(ALBUMIN AND PLASMA PROTEIN FRACTION)

defenisi derivat plasma yang diperoleh dari darah lengkap atau


plasmaferesis, terdiri dari 96% albumin dan 4% globulin

Indikasi meningkatkan volume sirkulasi/ resuisitasi



pasien pada keadaan hipovolemia dan hipoproteinemia


larutan albumin 25% tidak boleh diberikan pada
Kontraindikasi pasienndengan dehidrasi dan hanya dapat diencerkan dengan
salin normal dan dekstrosa 5%.

Dosis dan cara ●


Albumin dan fraksi protein plasma tidak memerlukan filter dalam pemberiannya
Dosis 500 ml (10-20 ml/kg pada anak anak) diberikan secara cepat untuk
pemberian mengatasi syok
IMUNOGLOBULIN (IMMUNE GLOBULIN)

defenisi

melalui proses fraksinasi dengan etanol dingin dari plasma yang
dikumpulkan. Berisi imunoglobulin G (lgG) dengan sedikit lgA dan lgM.

Waktu paruh dari IMIG dan IVIG bervariasi antara 18-32 hari.

Indikasi

profilaksis antibodi secara pasif pada orang yang rentan terhadap penyakit-penyakit
tertentu

sebagai terapi pengganti pada orang dengan imunodefisiensi primer (misalnya
Sindrom Wiskott Aldrich)


Orang dengan riwayat defisiensi lg A (dengan anti lg A) atau
Kontraindikasi terjadinya reaksi anafilaksis berat terhadap plasma sebaiknya
jangan diberikan sediaan ini

Dosis dan cara ●


ITP dan penyakit autoimun lainnya: IV 400mg/kg/ hr selama 2-5 hari atau 0.8-1.0 g/kg/hr selama 1-2 hari.
Profilaksis hepatitis A: IM 0.02-0.04 ml/kg.
Hepatitis B: 0.06 ml/kg IM diulang satu bulan

pemberian


Varicella zooster: 1 vial (2.5 ml)/10 kg (maks 5 vial) IM diberikan dalam 72 jam pasca paparan .
Uji Cocok-Silang
• Uji cocok-silang (crossmatch) atau uji
kompatibilitas adalah prosedur yang paling
penting dan paling sering dilakukan di
laboratorium transfusi darah.
• Terdapat 2 jenis uji cocok-silang, mayor yaitu
menguji reaksi antara sel darah merah donor
dengan serum resipien, dan minor yaitu menguji
reaksi antara serum donor dengan sel darah
merah resipien
Komplikasi Transfusi1
Komplikasi lmunologi Komplikasi Non
lmunologi
• Aloimunisasi: antigen eritrosit, antigen • Kelebihan (overload) volum
HLA • Transfusi masif: metabolik, hipotermi,
• Antigen trombosit
pengenceran, mikroembolisasi paru
• Antigen netrofil
• Lainnya: plasticizer, hemosiderosis
• Protein plasma
transfusi
• Reaksi transfusi hemolitik: segera,
tertunda (delayed)
• lnfeksi: Hepatitis A,B,C ,delta dan
• Reaksi febris transfusi lainya; Human
• Kerusakan paru akut karena transfusi • immunodeficiency virus-1 /-2; Human
• Reaksi transfusi alergi T lymphotropic virus-1/-11; Virus
• Purpura pasca transfusi sitomegalo; Virus Epstein Barr;
• Pengaruh imunosupresi Kontaminasi bakteri; Sifilis; Parasit
• Penya kit graft versus host malaria, babesiosis, tripanosoma;
organisme lain
Convalescent Plasma
• Plasma yang diambil dari pasien yang sudah sembuh
• telah diterapkan untuk pencegahan dan pengobatan, terapi CP berhasil digunakan
dalampengobatan SARS, MERS, dan pandemi H1N1 2009 dengan kemanjuran dan
keamanan yang memuaskan
• Sebuah penelitian dari 10 kasus covid 19 parah menyimpulkan pemberian 200ml
(one dose) CP dapat berfungsi sebagai opsi penyelamatan yang menjanjikan untuk
COVID-19 untuk yag parah

• Sebuah studi lainnya pemberian CP pada pasien Covid 19 parah Dari 5 pasien, 3
telah keluar dari rumah sakit (lama tinggal: 53, 51, dan 55 hari), dan 2 dalam kondisi
stabil pada 37 hari setelah transfus
• Anemia hemolitik imun {autoimmune hemolytic
anemia= AIHA) adalah kondisi pada pasien di mana
terdapat autoantibodi yang melekat pada eritrosit dan
menyebabkan lisis, karna pathogenesis dan etiologinya
yang kompleks, maka diperlukan penanganan yang
komprhensif
• Tranfusi darah biasanya dijadikan sebagai terapi terakhir
pada pasien kritis, mengingat pertimbangan resiko yang
cukup besar

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.
2. Mack P, Freedman J. Autoimmune Hemolytic Anemia: A History. Transfus Med Rev. 2000;14(3):223-33.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.
4. Parjono elias, Kartika widyanti. 2015. Anemia Hemolitik Autoimun; dalam Ilmu Penyakit Dalam Ed.VI Jilid II,
Jakarta, FKUI. Hal: 660-662
5. I. Kliegman, Behrman, Jenson. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed, Elsevier Science; Philadelphia.
Chapter 457
6. Made IB., 2006. Hematologi Klinik Dasar. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
7. Liumbruno, GM, Bennardello F, Lattanzio A, dkk. Recommendations for the transfusion management of
patients in the peri-operative period. III. The post-operative period. Blood Transfus 2011;9:320-35
8. Utomo PMF, Sinardja CD, Tranfusi Darah Paska Bedah, Kepaniteraan klinik madya Bagian/smf ilmu anestesi
dan terapi intensif Fakultas kedokteran universitas udayana / Rsup sanglah, 2017
9. Duan Kai dkk, 2020, Effectiveness of convalescent plasma therapy in severe COVID-19 patients , PNAS.
www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.2004168117
10. Shen, C., Wang, Z., Zhao, F., Yang, Y., Li, J., Yuan, J., … Liu, L. (2020). Treatment of 5 Critically Ill Patients
With COVID-19 With Convalescent Plasma. JAMA. doi:10.1001/jama.2020.4783 
Thank You

Anda mungkin juga menyukai