Anda di halaman 1dari 30

Titrasi Netralisasi

By. Dedi Nofiandi M.Farm, Apt


Pendahuluan
• Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi
yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral
H⁺ + OH⁻ → H₂O
• Asidimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan baku asam
• Sebaliknya alkalimetri terhadap senyawa yang bersifat
asam dengan baku basa.
Teori asam dan basa
Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut
dengan asam dan apa yang disebut basa
1. Menurut arrhenius
asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalama
air akan terurai menjadi ion hidrogen (H⁺) dan
anion sedangkan basa adalah senyawa yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
hidroksida (OH⁻) dan kation. Teori ini hanya berlaku
untuk senyawa anorganik dalam pelarut air.
Lanjutan…
2. Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut
maka bronsted lowry pada tahun 1923
memberikan batasan yaitu asam adalah
senyawa yang cenderung melepaskan proton
sedangkan basa senyawa yang cendrung
menangkap proton
HAc + NH₃ → NH₄⁺ + Ac⁻
Lanjutan…
• Menurut lewis pada tahun 1938 memberikan batasan
tentang asam dan basa ini, menurutnya asam adalah
akseptor (penerima) pasangan elektron sedangkan
basa adalah donor (pemberi) pasangan elektron.
jadi menurut lewis maka konsep asam basa berubah
sama sekali yaitu senyawa asam tidak harus
mengandung hidrogen
NH₃ + BF₃ → H₃N:BF₃
(basa) (asam)
Keseimbangan asam-basa
• Dasar dari reaksi netralisasi adalah antara ion H⁺
dan ion OH⁻ membentuk air
menurut hukum aksi masa :
[H⁺][OH⁻]/H₂O = K ……………. (1)
yang mana hasil kali konsentrasinya adalah tetap
[H⁺][OH⁻] = Kw …………………..(2)
Didalam air yang murni pada suhu kamar,
konsentrasi ion H⁺ sama dengan OH⁻ dan karena Kw
= 10⁻¹⁴, maka : [H⁺] = [OH⁻] = √Kw = √ 10⁻¹⁴ = 10⁻⁷
pH, pKa dan pKb
• Reaksi dari suatu larutan (keasaman, kebasaan dan
kenetralan) tidak hanya ditentukan oleh jumlah
konsentrasi ion H⁺ akan tetapi menurut sorensen dapat di
tentukan menurut pH
• pH adalah logaritma dari kebalikan H⁺
pH = log 1/[H⁺]
pH = log 1 – log [H⁺]
pH = 0 – log [H⁺]
pH = -log [H⁺]
Dengan demikian pH dapat dihitung dari konsetrasi ion H⁺
Lanjutan..
• Konsentrasi ion OH ⁻ juga dapat ditentukan
dengan cara yang sama
• Dalam analisis kuantitatif metoda logaritma juga
digunakan untuk tetapan disosiasi asam (Ka) dan
untuk basa (Kb)
pKa = -log Ka = log 1/Ka
pKb =-log Kb = log 1/Kb
Suatu larutan bereaksi netral jika Ka = Kb, asam jika
Ka>Kb, basa jika Kb>Ka
Indikator
• Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa
organiks kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau
dalam bentuk basa (InOH) yang mampu berada dalam
keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk
yang lain pada konsentrasi H⁺ tertentu atau pada pH
tertentu.
Indikator yang berupa asam : Hin → H⁺ + In⁻
Indikator yang berupa basa : InOH → In⁺ + OH⁻
(warna bentuk molekul) (warna bentuk ion)
Kurva titrasi Netralisasi
• Kurva titrasi asam-basa adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara jumlah titran yang ditambahkan terhadap pH
larutan.
• Titran yang digunakan adalah larutan standar asam atau basa
kuat, sedangkan analit bisa berupa asam dan basa kuat atau
lemah.
• Karena itu ada empat jenis titrasi asam atau basa, yaitu :
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat
3. Titrasi basa kuat dengan asam kuat
4. Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat
Kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat
Indikator yang biasa digunakan dalam
netralisasi
indikator Trayek pH Warna asam Warna basa
Kuning metil 2,4 – 4,0 Merah Kuning
Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru
Jingga metil 3,1 – 4,4 Jingga Merah
Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Merah metil 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Ungu bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu
Biru bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru
Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning merah
Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru
Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah
Timolftalein 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru
Selain indiaktor tunggal dalam titrasi netralisasi juga
digunakan indikator campuran dengan tujuan untuk
memberikan perubahan warna yang tajam pada titik akhir
titrasi, contoh :
• Campuran antara 3 bagian fenolftalein (0,1% dalam etanol)
dengan 1 bagian alfa naftoftalein (0,1 % dalam etanol)
memberikan perubahan warna dari merah muda menjadi
ungu pada pH 8,9 indikator ini baik titrasi asam fosfat
• campuran merah metil dan biru metil sama banyak
memberikan warna dari biru violet menjadi hijau, indikator
ini digunakan untuk mentitrasi asam asetat dengan amonia
atau sebaliknya.
• Campuran dari 3 bagian biru timol dengan 1 bagian kresol
merah akan memberikan perubahan warna dari kuning ke
ungu, indikator ini baik untuk titrasi karbonat menjadi
bikarbonat.
Pembuatan larutan baku asam dan
basa
• Larutan baku asam yang sering digunakan adalah
asam klorida dan asam sulfat
• Asam klorida lebih disukai dari pada asam sulfat
terutama senyawa2 yang memberikan endapan
misalnya barium hidroksida
• Asam sulfat lebih disukai untuk titrasi yang
menggunakan pemanasan karena kemungkinan
terjadinya penguapan pada pemanasan asam
klorida menimbulkan bahaya.
• Asam nitrat selalu tidak digunakan karena dapat
merusak beberapa indikator
Lanjutan.
• Larutan baku basa umumnya digunakan NaOH,
KOH dan Ba(OH)2
• Larutan ini mudah menyerap CO2 dari udara
oleh karena itu konsentrasinya dapat berubah
dengan cepat
• Dengan demikian larutan baku basa dibuat
bebas karbonat
• Larutan baku basa harus sering dibakukan ulang.
Pembuatan dan pembakuan larutan baku HCl

• Konsentrasi yang sering digunakan 1 N, 0,5 N dan 0,1


N
• Sebelum membuat larutan baku harus di liat terlebih
dahulu berapa konsentrasi HCl tersedia misalnya
tersedia HCl 37% dg bj 1,19 g/ml dan BM = 36,5
g/mol maka :
37 g/100 g x 1,19 g/ml x 1000 ml/L = 440, 3 g/L
(440,3 g/L )/(36,5 g/mol) = 12,06 M x valensi = 12,06 N
Jadi HCl 37% setara dengan 12,06 N
• Kalau membuat HCl 0,1 N 1 liter maka menggunakan
rumus :
V1 N1 = V2 N2
1000 ml x 0,1 N = …. ml x 12,06 N
…. = 8,3 ml
Cara membuatnya pipet 8,3 ml HCl 37% encerkan dengan
aquadest sampai 1000 ml
• Pembakuan : 200 mg Na2CO3 anhidrat (BM = 106)
ditimbang seksama (yang sebelumnya telah dikeringkan
dalam oven pada suhu 270 ⁰C selama 1 jam) larutkan dalam
50 ml air, titrasi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan
indikator jingga metil dari warna kuning menjadi merah.
Tiap ml HCL 0,1 N setara dengan 5,3 mg Na2CO3
Lanjutan…
• Reaksi :
Na₂CO₃ + 2 HCl → 2 NaCl + H₂O + CO₂
dari hasil reaksi diatas, valensinya ada 2 sebab 1
mol Na2CO3 setara dengan 2 mol HCl
Sehingga perhitungan normalitasnya :
Mgrek Na2CO3 = mgrek HCl
Mg Na2CO3 x valensi /BM Na2CO3 = ml HCl x N HCl
N HCl = mg Na2CO3 x valensi / BM Na2CO3 x ml HCl
Lanjutan…
• Pembakuan HCl selain dengan NaCarbonat juga bisa
digunakan Na Tetraborat (Na2B4O7)
• Kelebihan menggunakan Na tetraborat untuk
pembakuan HCl ialah mempunyai BE yang besar
sehingga kesalahan karena penimbangan menjadi
kecil, mudah cara pemurniannya, tidak higroskopis
dan tidak memerlukan pemanasan sampai berat
konstan
• Indikator yg digunakan adalah merah metil untuk
pembakuan HCl dengan Na tetra borat.
Pembuatan dan pembakuan Larutan baku
asam sulfat
• Pembuatan dan perhitungan konversi dari persen ke
normalitas hampir sama dengan HCl, yang
membedakannya adalah valensi H2SO4 adalah 2,
yang tersedia 97% BJ : 1,84 g/ml dan BM 98,07
• Cara membuat larutan baku H2SO4 0,1 N dibuat
dengan cara mengencerkan ……. ml ? asam sulfat
dengan air hingga 1000 ml larutan.
• Cara pembakuan larutan baku asam sulfat dilakukan
dengan cara yang sama dengan asam klorida.
Pembuatan dan pembakuan larutan baku
NaOH
• Pembuatan NaOH 0,1 N dilakukan dengan cara
melarutkan 4,001 g NaOH dalam air hingga 1000 ml.
• Larutan NaOH harus bebas karbonat
• Cara pembakuan NaOH 0,1 N adalah : timbang
seksama 400 mg kalium biftalat (BM : 204,221) yang
telah dikeringkan, masukkan dalam erlemeyer,
tambahkan 75 ml air bebas CO2, tutup erlemeyer,
kocok hingga larut, titrasi dengan NaOH dengan
indikator PP hingga menjadi merah muda
Lanjutan…
• Reaksi : …..(mohon dicari reaksi yang terjadi)
• Dari reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya
1 sebab 1 mol k.biftalat setara dengan 1 mol NaOH
sehingga perhitungannya:
Mgrek kalium biftalat = mgrek NaOH
mg kbift /BE kbift = ml NaOH x N NaOH
N NaOH = mg kbift /BE kbift x ml NaOH
Pembuatan dan pembakuan larutan KOH

• Cara pembuatan larutan baku KOH 0,1 N


adalah : larutkan 5,612 g KOH dalam air hingga
1000 ml
• Cara pembakuannya dilakukan sama dengan
pembakuan larutan baku NaOH
Penggunaan larutan baku asam dan basa

1. Penetapan kadar asam salisilat


prosedur : timbang seksama 500 mg larutkan dalam 25 ml
etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N,
tambahkan 2 tetes indikator PP dan titrasi dengan NaOH 0,1
N. tiap ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam
salisilat.
Reaksi : …… (mohon dicari reaksi yang terjadi)
Etanol fungsinya sebagai pelarut asam salisilit karena asam
salisilat sukar larut dalam air.
Guna etanol dinetralkan karena etanol bersifat asam lemah
yang dapat bereaksi dengan NaOH
2. Penetapan kadar eukinin (kuinin
etilkarbonat)
• Prosedur : timbang seksama 400 mg, larutkan
dalam 5 ml etanol netral + 3 tetes indikator
merah metil titrasi dengan HCl 0,1 N sampai
terjadi warna yang sama dengan warna dari
35 ml larutan dapar pH 5,0 setelah
ditambahkan 3 tetes merah metil
• Tiap ml asam klorida 0,1 N setara dengan
39,65 mg eukinin
3. Penetapan kadar asam borat
(H3BO3)
• Prosedur : timbang seksama 1 g asam borat + 30 ml
air ad larut + 50 ml glicerol yang telah dinetralkan ,
indikator pp dan titrasi dengan NaOH 1 N.
• 1 ml NaOH 1 N setara dengan 61,83 mg asam borat.
• Gliserol digunakan sebagai memperkuat keasaman
dari asam borat sehingga terbentuk kompleks
antara asam borat dengan glicerol .
• Reaksi :…. (mohon dicari reaksi yang terjadi)
• Selain glicerol juga bisa ditambahkan manitol dan
glukosa.
4. Penetapan kadar asetosal
• FI Ed II dan USP XVI
Prosedur : timbang seksama 300 mg zat + 50 ml NaOH
0,1 N , didihkan pelan selam 10 menit titrasi dengan
H2SO4 0,1 dengan menggunakan indikator pp, dan
lakukan titrasi terhadap blanko.
1 ml NaOH 0,1 N setara 9,008 mg asetosal
Asetosal + NaOH dipanaskan akan membentuk Na
salisilat yang tidak terionisasi, NaOH yang berlebih
dapat ditirasi dengan asam sulfat. (titrasi tidak
langsung, karena asetosal asam lemah ).
Reaksi : ….. (mohon dicari reaksi yang terjadi)
• BP 1968
prosedur : 300 mg zat + 50 ml NaOH 0,5 N,
didihkan hati2 10 menit, titrasi kelebihan
NaOH dengan HCl 0,5 N dengan indikator
fenol red, lakukan terhadap blanko.
1 ml NaOH 0,5 N setara 45,04 mg asetosal
5. Penetapan kadar benzil benzoat
Prosedur :
Timbang seksama 2 gram , masukkan ke dalam
erlemeyer yang dilengkapi dengan pendingin
refluks, tambahkan 50 ml KOH 0,5 N dan
didihkan hati2 selama 1 jam, dinginkan,
tambahkan indikator pp dan titrasi dengan HCl
0,5 N . Lakukan jg terhadap blanko
Tiap ml KOH 0,5 N setara dengan 106,1 mg benzil
benzoat.

Anda mungkin juga menyukai