Pendahuluan • Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral H⁺ + OH⁻ → H₂O • Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam • Sebaliknya alkalimetri terhadap senyawa yang bersifat asam dengan baku basa. Teori asam dan basa Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut dengan asam dan apa yang disebut basa 1. Menurut arrhenius asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalama air akan terurai menjadi ion hidrogen (H⁺) dan anion sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH⁻) dan kation. Teori ini hanya berlaku untuk senyawa anorganik dalam pelarut air. Lanjutan… 2. Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut maka bronsted lowry pada tahun 1923 memberikan batasan yaitu asam adalah senyawa yang cenderung melepaskan proton sedangkan basa senyawa yang cendrung menangkap proton HAc + NH₃ → NH₄⁺ + Ac⁻ Lanjutan… • Menurut lewis pada tahun 1938 memberikan batasan tentang asam dan basa ini, menurutnya asam adalah akseptor (penerima) pasangan elektron sedangkan basa adalah donor (pemberi) pasangan elektron. jadi menurut lewis maka konsep asam basa berubah sama sekali yaitu senyawa asam tidak harus mengandung hidrogen NH₃ + BF₃ → H₃N:BF₃ (basa) (asam) Keseimbangan asam-basa • Dasar dari reaksi netralisasi adalah antara ion H⁺ dan ion OH⁻ membentuk air menurut hukum aksi masa : [H⁺][OH⁻]/H₂O = K ……………. (1) yang mana hasil kali konsentrasinya adalah tetap [H⁺][OH⁻] = Kw …………………..(2) Didalam air yang murni pada suhu kamar, konsentrasi ion H⁺ sama dengan OH⁻ dan karena Kw = 10⁻¹⁴, maka : [H⁺] = [OH⁻] = √Kw = √ 10⁻¹⁴ = 10⁻⁷ pH, pKa dan pKb • Reaksi dari suatu larutan (keasaman, kebasaan dan kenetralan) tidak hanya ditentukan oleh jumlah konsentrasi ion H⁺ akan tetapi menurut sorensen dapat di tentukan menurut pH • pH adalah logaritma dari kebalikan H⁺ pH = log 1/[H⁺] pH = log 1 – log [H⁺] pH = 0 – log [H⁺] pH = -log [H⁺] Dengan demikian pH dapat dihitung dari konsetrasi ion H⁺ Lanjutan.. • Konsentrasi ion OH ⁻ juga dapat ditentukan dengan cara yang sama • Dalam analisis kuantitatif metoda logaritma juga digunakan untuk tetapan disosiasi asam (Ka) dan untuk basa (Kb) pKa = -log Ka = log 1/Ka pKb =-log Kb = log 1/Kb Suatu larutan bereaksi netral jika Ka = Kb, asam jika Ka>Kb, basa jika Kb>Ka Indikator • Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organiks kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain pada konsentrasi H⁺ tertentu atau pada pH tertentu. Indikator yang berupa asam : Hin → H⁺ + In⁻ Indikator yang berupa basa : InOH → In⁺ + OH⁻ (warna bentuk molekul) (warna bentuk ion) Kurva titrasi Netralisasi • Kurva titrasi asam-basa adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah titran yang ditambahkan terhadap pH larutan. • Titran yang digunakan adalah larutan standar asam atau basa kuat, sedangkan analit bisa berupa asam dan basa kuat atau lemah. • Karena itu ada empat jenis titrasi asam atau basa, yaitu : 1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat 2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat 3. Titrasi basa kuat dengan asam kuat 4. Titrasi basa lemah dengan asam kuat Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat Kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat Indikator yang biasa digunakan dalam netralisasi indikator Trayek pH Warna asam Warna basa Kuning metil 2,4 – 4,0 Merah Kuning Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru Jingga metil 3,1 – 4,4 Jingga Merah Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Kuning Biru Merah metil 4,2 – 6,3 Merah Kuning Ungu bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu Biru bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning merah Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah Timolftalein 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru Selain indiaktor tunggal dalam titrasi netralisasi juga digunakan indikator campuran dengan tujuan untuk memberikan perubahan warna yang tajam pada titik akhir titrasi, contoh : • Campuran antara 3 bagian fenolftalein (0,1% dalam etanol) dengan 1 bagian alfa naftoftalein (0,1 % dalam etanol) memberikan perubahan warna dari merah muda menjadi ungu pada pH 8,9 indikator ini baik titrasi asam fosfat • campuran merah metil dan biru metil sama banyak memberikan warna dari biru violet menjadi hijau, indikator ini digunakan untuk mentitrasi asam asetat dengan amonia atau sebaliknya. • Campuran dari 3 bagian biru timol dengan 1 bagian kresol merah akan memberikan perubahan warna dari kuning ke ungu, indikator ini baik untuk titrasi karbonat menjadi bikarbonat. Pembuatan larutan baku asam dan basa • Larutan baku asam yang sering digunakan adalah asam klorida dan asam sulfat • Asam klorida lebih disukai dari pada asam sulfat terutama senyawa2 yang memberikan endapan misalnya barium hidroksida • Asam sulfat lebih disukai untuk titrasi yang menggunakan pemanasan karena kemungkinan terjadinya penguapan pada pemanasan asam klorida menimbulkan bahaya. • Asam nitrat selalu tidak digunakan karena dapat merusak beberapa indikator Lanjutan. • Larutan baku basa umumnya digunakan NaOH, KOH dan Ba(OH)2 • Larutan ini mudah menyerap CO2 dari udara oleh karena itu konsentrasinya dapat berubah dengan cepat • Dengan demikian larutan baku basa dibuat bebas karbonat • Larutan baku basa harus sering dibakukan ulang. Pembuatan dan pembakuan larutan baku HCl
• Konsentrasi yang sering digunakan 1 N, 0,5 N dan 0,1
N • Sebelum membuat larutan baku harus di liat terlebih dahulu berapa konsentrasi HCl tersedia misalnya tersedia HCl 37% dg bj 1,19 g/ml dan BM = 36,5 g/mol maka : 37 g/100 g x 1,19 g/ml x 1000 ml/L = 440, 3 g/L (440,3 g/L )/(36,5 g/mol) = 12,06 M x valensi = 12,06 N Jadi HCl 37% setara dengan 12,06 N • Kalau membuat HCl 0,1 N 1 liter maka menggunakan rumus : V1 N1 = V2 N2 1000 ml x 0,1 N = …. ml x 12,06 N …. = 8,3 ml Cara membuatnya pipet 8,3 ml HCl 37% encerkan dengan aquadest sampai 1000 ml • Pembakuan : 200 mg Na2CO3 anhidrat (BM = 106) ditimbang seksama (yang sebelumnya telah dikeringkan dalam oven pada suhu 270 ⁰C selama 1 jam) larutkan dalam 50 ml air, titrasi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan indikator jingga metil dari warna kuning menjadi merah. Tiap ml HCL 0,1 N setara dengan 5,3 mg Na2CO3 Lanjutan… • Reaksi : Na₂CO₃ + 2 HCl → 2 NaCl + H₂O + CO₂ dari hasil reaksi diatas, valensinya ada 2 sebab 1 mol Na2CO3 setara dengan 2 mol HCl Sehingga perhitungan normalitasnya : Mgrek Na2CO3 = mgrek HCl Mg Na2CO3 x valensi /BM Na2CO3 = ml HCl x N HCl N HCl = mg Na2CO3 x valensi / BM Na2CO3 x ml HCl Lanjutan… • Pembakuan HCl selain dengan NaCarbonat juga bisa digunakan Na Tetraborat (Na2B4O7) • Kelebihan menggunakan Na tetraborat untuk pembakuan HCl ialah mempunyai BE yang besar sehingga kesalahan karena penimbangan menjadi kecil, mudah cara pemurniannya, tidak higroskopis dan tidak memerlukan pemanasan sampai berat konstan • Indikator yg digunakan adalah merah metil untuk pembakuan HCl dengan Na tetra borat. Pembuatan dan pembakuan Larutan baku asam sulfat • Pembuatan dan perhitungan konversi dari persen ke normalitas hampir sama dengan HCl, yang membedakannya adalah valensi H2SO4 adalah 2, yang tersedia 97% BJ : 1,84 g/ml dan BM 98,07 • Cara membuat larutan baku H2SO4 0,1 N dibuat dengan cara mengencerkan ……. ml ? asam sulfat dengan air hingga 1000 ml larutan. • Cara pembakuan larutan baku asam sulfat dilakukan dengan cara yang sama dengan asam klorida. Pembuatan dan pembakuan larutan baku NaOH • Pembuatan NaOH 0,1 N dilakukan dengan cara melarutkan 4,001 g NaOH dalam air hingga 1000 ml. • Larutan NaOH harus bebas karbonat • Cara pembakuan NaOH 0,1 N adalah : timbang seksama 400 mg kalium biftalat (BM : 204,221) yang telah dikeringkan, masukkan dalam erlemeyer, tambahkan 75 ml air bebas CO2, tutup erlemeyer, kocok hingga larut, titrasi dengan NaOH dengan indikator PP hingga menjadi merah muda Lanjutan… • Reaksi : …..(mohon dicari reaksi yang terjadi) • Dari reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya 1 sebab 1 mol k.biftalat setara dengan 1 mol NaOH sehingga perhitungannya: Mgrek kalium biftalat = mgrek NaOH mg kbift /BE kbift = ml NaOH x N NaOH N NaOH = mg kbift /BE kbift x ml NaOH Pembuatan dan pembakuan larutan KOH
• Cara pembuatan larutan baku KOH 0,1 N
adalah : larutkan 5,612 g KOH dalam air hingga 1000 ml • Cara pembakuannya dilakukan sama dengan pembakuan larutan baku NaOH Penggunaan larutan baku asam dan basa
1. Penetapan kadar asam salisilat
prosedur : timbang seksama 500 mg larutkan dalam 25 ml etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N, tambahkan 2 tetes indikator PP dan titrasi dengan NaOH 0,1 N. tiap ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat. Reaksi : …… (mohon dicari reaksi yang terjadi) Etanol fungsinya sebagai pelarut asam salisilit karena asam salisilat sukar larut dalam air. Guna etanol dinetralkan karena etanol bersifat asam lemah yang dapat bereaksi dengan NaOH 2. Penetapan kadar eukinin (kuinin etilkarbonat) • Prosedur : timbang seksama 400 mg, larutkan dalam 5 ml etanol netral + 3 tetes indikator merah metil titrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi warna yang sama dengan warna dari 35 ml larutan dapar pH 5,0 setelah ditambahkan 3 tetes merah metil • Tiap ml asam klorida 0,1 N setara dengan 39,65 mg eukinin 3. Penetapan kadar asam borat (H3BO3) • Prosedur : timbang seksama 1 g asam borat + 30 ml air ad larut + 50 ml glicerol yang telah dinetralkan , indikator pp dan titrasi dengan NaOH 1 N. • 1 ml NaOH 1 N setara dengan 61,83 mg asam borat. • Gliserol digunakan sebagai memperkuat keasaman dari asam borat sehingga terbentuk kompleks antara asam borat dengan glicerol . • Reaksi :…. (mohon dicari reaksi yang terjadi) • Selain glicerol juga bisa ditambahkan manitol dan glukosa. 4. Penetapan kadar asetosal • FI Ed II dan USP XVI Prosedur : timbang seksama 300 mg zat + 50 ml NaOH 0,1 N , didihkan pelan selam 10 menit titrasi dengan H2SO4 0,1 dengan menggunakan indikator pp, dan lakukan titrasi terhadap blanko. 1 ml NaOH 0,1 N setara 9,008 mg asetosal Asetosal + NaOH dipanaskan akan membentuk Na salisilat yang tidak terionisasi, NaOH yang berlebih dapat ditirasi dengan asam sulfat. (titrasi tidak langsung, karena asetosal asam lemah ). Reaksi : ….. (mohon dicari reaksi yang terjadi) • BP 1968 prosedur : 300 mg zat + 50 ml NaOH 0,5 N, didihkan hati2 10 menit, titrasi kelebihan NaOH dengan HCl 0,5 N dengan indikator fenol red, lakukan terhadap blanko. 1 ml NaOH 0,5 N setara 45,04 mg asetosal 5. Penetapan kadar benzil benzoat Prosedur : Timbang seksama 2 gram , masukkan ke dalam erlemeyer yang dilengkapi dengan pendingin refluks, tambahkan 50 ml KOH 0,5 N dan didihkan hati2 selama 1 jam, dinginkan, tambahkan indikator pp dan titrasi dengan HCl 0,5 N . Lakukan jg terhadap blanko Tiap ml KOH 0,5 N setara dengan 106,1 mg benzil benzoat.