PARU
Kavitas
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut
TB Millier
PATOFISIOLOGI
RIWAYAT ALAMIAH BILA TB
TIDAK DIOBATI
Pasien yang tidak diobati, setelah 5
tahun,akan:
50% meninggal
25% akan sembuh sendiri dengan daya
tahan tubuh yang tinggi
25% menjadi kasus kronis yang tetap
menular
DIAGNOSIS TB PARU
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak
dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi
-sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA) ------- diagnosis utama
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak
selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
TB Paru BTA Positif
TB Paru BTA Negatif
Bekas TB Paru
KLASIFIKASI BERDASARKAN
PEMERIKSAAN DAHAK
TB Paru BTA Positif :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah
3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA neg dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
(non fluoroquinolon)
TB Paru BTA Negatif (Kasus yang tidak
memenuhi definisi pada TB paru BTA positif) :
Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negative
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis
Tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT (non fluoroquinolon)
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter
untuk diberi pengobatan OAT
KLASIFIKASI BERDASARKAN
TINGKAT KEPARAHAN
TB Paru BTA Negatif Foto Toraks Positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan
Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses “far advanced”),
dan atau keadaan umum pasien buruk
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar
limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar
adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis,
milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih, dan alat kelamin.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN
Kasus Baru
Pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu)
Kasus Kambuh (Relaps)
Pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur)
KLASIFIKASI BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN
Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Pasien TB yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif
Kasus Gagal (Failure)
Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya
tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan
KLASIFIKASI BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN
Kasus Pindahan (Transfer In)
Pasien TB yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya
Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan
diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan
Triple drug of choise
INH
Ethambutol
Rifampisin
Pengobatan TB (OAT)
infiltrate
Tuberculoma
Chronic fibro-cavitary pulmonary
tuberculosis
cavity
Tuberculous effusion
Tuberculin
testing
A positive tuberculin test
although it is of
great use in children, but it
has limited diagnostic
significance in older age
groups
UJI TUBERKULIN
TB Paru
menyerang jaringan (parenkim) paru tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus
TB Ekstra Paru
menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
saluran kencing, alat kelamin.
KOMPLIKASI
Pleuritis
Efusi Pleura
Empiema
Laringitis
SOPT
Ca Paru
Sindrom gagal nafas
ASUHAN KEPERAWATAN
Pd Kx dg TBC
PENGKAJIAN
1. Aktivitas /Istirahat
Kelemahan umum dan kelelahan.
Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
Sulit tidur dgn. Demam/keringat malam.
Mimpi buruk.
Takikardia, takipnea/dispnea.
Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2. Pernapasan :
Batuk (produktif/non produktif)
Napas pendek.
Riwayat tuberkulosis
Peningkatan jumlah pernapasan.
Gerakan pernapasan asimetri.
Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi
cairan).
Suara napas : Ronkhi
Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
3. Integritas Ego :
Perasaan tak berdaya/putus asa.
Faktor stress : baru/lama.
Perasaan butuh pertolongan
Denial.
Cemas, iritable.
4. Makanan/Cairan :
Kehilangan napsu makan.
Ketidaksanggupan mencerna.
Kehilangan BB.
Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot,
lemak subkutan tipis.
5. Nyaman/nyeri :
Nyeri dada saat batuk.
Memegang area yang sakit.
Perilaku distraksi.
6. Kemanan/Keselamatan :
Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS,
HIV positip.
Demam pada kondisi akut.
Interaksi Sosial :
Perasaan terisolasi/ditolak.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi
mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan,
upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Pola pernapasan tdk efektif b/d penurunan
ekspansi paru (akumulasi udara, nyeri dada,
proses inflamasi.)
3. (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d
penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-
kapiler, edema bronkial.
4. Risiko tinggi trauma/henti napas
b/d pemasangan sistem drainase
dada, kurang pengetahuan tentang
pengamanan drainase.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi
sekunder (reaktivasi) b/d
penurunan imunitas, penurunan
kerja silia, stasis sekret, malnutrisi,
kurang pengetahuan untuk
mehindari pemajanan patogen.
6. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
peningkatan status metabolisme
(penyakit kronis), kelemahan, dispnea,
asupan yang tidak adekuat.
7. Kurang pengetahuan (tentang proses
terapi, kemungkinan kambuh dan
perawatan penyakit) b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada.
INTERVENSI
Penderita TB MDR :
Penderita TB dengan resistensi terhadap dua
obat TB yaitu INH dan rifampisin sehingga
penderita akan mendapat obat TB (OAT) yang
sensitif terhadap kuman TB, selain INH dan
rifampisin.
JENIS / KATEGORI RESISTENSI
TERHADAP OAT YAITU
1. Mono – Resisten :
Kekebalan terhadap salah satu OAT.
2. Poly – Resisten :
Kekebalan terhadap lebih dari satu OAT kecuali kombinasi resistensi
INH dan rifampisin.
3. MDR (Multidrug Resisten) :
Kekebalan terhadap sekurang-kurangnya INH dan rifampisin misal
kebal terhadap H-R atau H-RE atau H-R-E-S atau H-R-S dll.
4. XDR (Extensive Drug Resistensi :
MDR ditambah kekebalan terhadap salah satu obat golongan fluoro
kvinalan dan sedikitnya salah satu dari OAT suntikan ini kedua
(kapromisin, kanamisin, dan amikasin)
5. TDR (Totally Grug-Resistance) :
Resistensi total ini dikenal dengan istilah super XDR-TB didefinisikan
dengan kekebalan seluruh OAT lini pertama dan OAT lini kedua.
BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB