Anda di halaman 1dari 64

TUBERCULOSIS

PARU

By : Enny Virda Yuniarti, S.Kep.,Ns., M.Kes.


KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI

 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep


dasar dan patofisiologi dari TBC paru
 Mampu membedakan antara TBC terbuka
dan TBC tertutup
 Mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan TBC paru
Penyakit infeksi saluran
pernafasan bagian
bawah yang disebabkan oleh
basil Micobacterium tuberkolusis.
Penyakit infeksi kronis dengan
karakteristik terbentuknya
tuberkel granuloma pada paru.
TUBERKULOSIS DAN
KEJADIANNYA

 Sebagian besar kuman TB menyerang paru,


tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang
belakang, kulit, saluran kemih, otak
 Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-
3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total
jumlah pasien TB didunia.
Etiology
 The tubercle bacillus
(M.Tuberculosis) is
aerobie, non-motile, non-
spore-forming, high
in lipid content, and acid
and alcohol-fast
 It grows slowly
 It can’t tolerate heat, but
It can live in humid or dry
or cold surroundings.
Tuberkulosis tergolong airborne disease
yakni penularan melalui droplet nuclei
yang dikeluarkan ke udara oleh individu
terinfeksi dalam fase aktif.
CARA PENULARAN
Sumber penularan adalah pasien TB BTA Positif.
 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama.
 Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman.
 Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Lanjutan
 Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya.
 Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
 Faktor yang memungkinkan seseorang
terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
RISIKO PENULARAN
• Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan
dengan percikan dahak.
• Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari
pasien TB paru dengan BTA negatif.
• Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection
(ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
terinfeksi TB selama satu tahun.
• Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/
AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
Gejala respiratorik, meliputi
1  Batuk
2  Batuk darah
3 Sesak napas
4 Nyeri dada
BATUK

 Batuk merupakan gejala tersering


penyakit pernapasan
 Batuk merupakan reflex pertahanan yang timbul
akibat iritasi percabangan trakeobronkial
 Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu harus
diselidiki untuk memastikan penyebabnya.
 Bronkhitis kronik, asma, tubercolosis dan
pneomonia merupakan penyakit yang secara
tipikal memiliki batuk sebagai gejala yang
mencolok
SPUTUM
 Pembentukan sputum:
Orang dewasa normal mukus sekitar 100 ml
dalam saluran napas tiap hari Mukus
diangkut menuju faring dengan gerakan
pembersihan silia yang melapisi saluran
pernapasan bila mukus berlebihan
proses pembersihan tidak efektif
mukus tertimbun membran mukosa
akan terangsang mukus dibatukkan
keluar sebagai sputum.
SPUTUM
 Sputum yang berwarna kekuning-kuningan
menunjukkan infeksi.
 Sputum yang berwarna hijau merupakan
petunjuk penimbunan nanah timbul karena
adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh
polimorfonuklear (PMN).
 Sputum yang berwarna merah muda dan
berbusa merupakan tanda edema paru akut.
 Sputum yang berlendir lekat dan warna abu-abu
atau putih merupakan tanda bronkhitis kronik.
Sedangkan sputum yang berbau busuk
merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis.
   Gejala sistemik, meliputi :

Demam sore dan malam hari


Keringat malam
Anoreksia
Penurunan berat badan
Malaise
Gejala dan keluhan tergantung organ yang
terkena, misalnya:
kaku kuduk pada Meningitis TB,
nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB
deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB
PATOFISIOLOGI
Basil tuberkel
alveoli
reaksi peradangan
konsolidasi & timbul gejala pneumonia akut
sembuh ------ proses berjalan terus

Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional

Makrofag yg me’alami infiltrasi mbtk sel tuberkel


epiteloid yg dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis Kaseosa (Pengkejuan) ------ fokus Ghon

Kavitas
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut

TB Juga dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh


darah (limfohematogen)

TB Millier
PATOFISIOLOGI
RIWAYAT ALAMIAH BILA TB
TIDAK DIOBATI
Pasien yang tidak diobati, setelah 5
tahun,akan:
 50% meninggal
 25% akan sembuh sendiri dengan daya
tahan tubuh yang tinggi
 25% menjadi kasus kronis yang tetap
menular
DIAGNOSIS TB PARU
 Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak
dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi
-sewaktu (SPS).
 Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA) ------- diagnosis utama
 Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
 Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
 Gambaran kelainan radiologik Paru tidak
selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
TB Paru BTA Positif
TB Paru BTA Negatif
Bekas TB Paru
KLASIFIKASI BERDASARKAN
PEMERIKSAAN DAHAK
TB Paru BTA Positif :
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah
3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA neg dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
(non fluoroquinolon)
TB Paru BTA Negatif (Kasus yang tidak
memenuhi definisi pada TB paru BTA positif) :
Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negative
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT (non fluoroquinolon)
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter
untuk diberi pengobatan OAT
KLASIFIKASI BERDASARKAN
TINGKAT KEPARAHAN
 TB Paru BTA Negatif Foto Toraks Positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan
 Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses “far advanced”),
dan atau keadaan umum pasien buruk
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar
limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar
adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis,
milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih, dan alat kelamin.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN
 Kasus Baru
Pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu)
 Kasus Kambuh (Relaps)
Pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur)
KLASIFIKASI BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN
 Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Pasien TB yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif
 Kasus Gagal (Failure)
Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya
tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan
KLASIFIKASI BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN
 Kasus Pindahan (Transfer In)
Pasien TB yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya
 Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan
diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan
Triple drug of choise

INH
Ethambutol
Rifampisin
Pengobatan TB (OAT)

Obat Lini I Obat Lini II


 Rifampisin (R)  Quinolon
 Isoniazid (H)  Kanamisin
 Pirazinamid (Z)  Makrolide
 Ethambutol (E)  Amoxycillin
 Streptomisin (S)  Der. Rifampisin / INH
KATEGORI PENGOBATAN
 Kasus baru dahak + 6 HE
1. KATEGORI I 2 RHZE (S)
 Kasusu baru dahak – dg kelainan 4 HR
parenkim paru luas
 Kasus baru TB luar yg hebat 4 H3R3

 Kambuh, gagal terapi 2 RHZES + 1 5 H3R3E3


2. KATEGORI II
RHZE 6 HRE
 Putus obat
3. KATEGORI III  Kasus baru dahak – dg kelainan 2 RHZ
6 HE
paru yg tidak luas
4 HR
 Kasus TB di luar yg tidak berat
4 H3R3
 Kasus kronik
4. KATEGORI IV  Kasus kronik dan komplikasi H Seumur
hidup/ obat
lini II
Primary complex
Milliary Tuberculosis
acute
milliary
tuberculosis
secondary pulmonary
tuberculosis

infiltrate
Tuberculoma
Chronic fibro-cavitary pulmonary
tuberculosis

cavity
Tuberculous effusion
Tuberculin
testing
A positive tuberculin test
although it is of
great use in children, but it
has limited diagnostic
significance in older age
groups
UJI TUBERKULIN

 Dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan


dan diukur diameter dari pembengkakan
(indurasi) yang terjadi:
 Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji
mantoux negatif.
 Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji
mantoux meragukan.
 Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji
mantoux positif.
KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE
PASIEN
 Lokasi atau organ tubuh yang sakit:
paru atau ekstra paru;
 Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis):
BTA positif atau BTA negatif;
 Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
 Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau
sudah pernah diobati
KLASIFIKASI BERDASARKAN LOKASI
ORGAN TUBUH

 TB Paru
menyerang jaringan (parenkim) paru tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus
 TB Ekstra Paru
menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
saluran kencing, alat kelamin.
KOMPLIKASI

 Pleuritis
 Efusi Pleura
 Empiema
 Laringitis
 SOPT
 Ca Paru
 Sindrom gagal nafas
ASUHAN KEPERAWATAN

Pd Kx dg TBC
PENGKAJIAN
1. Aktivitas /Istirahat
 Kelemahan umum dan kelelahan.
 Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
 Sulit tidur dgn. Demam/keringat malam.
 Mimpi buruk.
 Takikardia, takipnea/dispnea.
 Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2. Pernapasan :
 Batuk (produktif/non produktif)
 Napas pendek.
 Riwayat tuberkulosis
 Peningkatan jumlah pernapasan.
 Gerakan pernapasan asimetri.
 Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi
cairan).
 Suara napas : Ronkhi
 Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
3. Integritas Ego :
 Perasaan tak berdaya/putus asa.
 Faktor stress : baru/lama.
 Perasaan butuh pertolongan
 Denial.
 Cemas, iritable.
4. Makanan/Cairan :
 Kehilangan napsu makan.
 Ketidaksanggupan mencerna.
 Kehilangan BB.
 Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot,
lemak subkutan tipis.
5. Nyaman/nyeri :
 Nyeri dada saat batuk.
 Memegang area yang sakit.
 Perilaku distraksi.
6. Kemanan/Keselamatan :
 Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS,
HIV positip.
 Demam pada kondisi akut.
 Interaksi Sosial :
 Perasaan terisolasi/ditolak.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi
mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan,
upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Pola pernapasan tdk efektif b/d penurunan
ekspansi paru (akumulasi udara, nyeri dada,
proses inflamasi.)
3. (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d
penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-
kapiler, edema bronkial.
4. Risiko tinggi trauma/henti napas
b/d pemasangan sistem drainase
dada, kurang pengetahuan tentang
pengamanan drainase.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi
sekunder (reaktivasi) b/d
penurunan imunitas, penurunan
kerja silia, stasis sekret, malnutrisi,
kurang pengetahuan untuk
mehindari pemajanan patogen.
6. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
peningkatan status metabolisme
(penyakit kronis), kelemahan, dispnea,
asupan yang tidak adekuat.
7. Kurang pengetahuan (tentang proses
terapi, kemungkinan kambuh dan
perawatan penyakit) b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada.
INTERVENSI

 Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif dlm


wkt 2x24 jam
 Kriteria hasil :
 Kx mampu mencari posisi yang nyaman yang
memudahkan peningkatan pertukaran udara.
 Mendemontrasikan batuk efektif.
 Menyatakan strategi untuk menurunkan
kekentalan sekresi.
 Tidak terdapat ronkhi dan RR stabil
Rencana Tindakan :
 Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
 Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak
efektif, menyebabkan frustasi.
 Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
 Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
 Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua ,
tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek
dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi sekret.
 Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.
 Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
 Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
 Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
 Pemberian expectoran.
 Pemberian antibiotika.
 Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan
mengeluarkan lendir dan menevaluasi
perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.
Jari Tabuh

Jari tabuh adalah perubahan bentuk


normal falang distal dan kuku tangan
dan kaki serta ditandai dengan
1.Kehilangan sudut kuku yang
normalnya 160 derajat.
2.Rasa halus berongga pada dasar kuku.
3.Ujung jari menjadi besar.
jari tabuh berhubungan dengan peyakit
paru (TB, abses paru, atau kanker paru).
Penyakit kardiovaskuler (tetralogi fallot
atau endokarditis infektif) atau penyakit
hati kronik
MULTI DRUG – RESISTANT
(MDR – TB)
DEFINISI

 Adalah kekebalan kuman TB terhadap obat


anti tuberkulosis (OAT).

 Penderita TB MDR :
Penderita TB dengan resistensi terhadap dua
obat TB yaitu INH dan rifampisin sehingga
penderita akan mendapat obat TB (OAT) yang
sensitif terhadap kuman TB, selain INH dan
rifampisin.
JENIS / KATEGORI RESISTENSI
TERHADAP OAT YAITU
1. Mono – Resisten :
Kekebalan terhadap salah satu OAT.
2. Poly – Resisten :
Kekebalan terhadap lebih dari satu OAT kecuali kombinasi resistensi
INH dan rifampisin.
3. MDR (Multidrug Resisten) :
Kekebalan terhadap sekurang-kurangnya INH dan rifampisin misal
kebal terhadap H-R atau H-RE atau H-R-E-S atau H-R-S dll.
4. XDR (Extensive Drug Resistensi :
MDR ditambah kekebalan terhadap salah satu obat golongan fluoro
kvinalan dan sedikitnya salah satu dari OAT suntikan ini kedua
(kapromisin, kanamisin, dan amikasin)
5. TDR (Totally Grug-Resistance) :
Resistensi total ini dikenal dengan istilah super XDR-TB didefinisikan
dengan kekebalan seluruh OAT lini pertama dan OAT lini kedua.
BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB

1. Faktor mikro organisme atau kuman.


2. Pengobatan yang tidak adekuat dan
pelaksanaan program penanggulangan yang
tidak baik.
3. Adanya mutasi genetik.
4. Paduan OAT, dosis OAT, cara pemberian
maupun lama pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai