Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT ILMU

Putra Stevano Frima Yudha


8206140002
FILSAFAT ILMU
Apa yang dikaji oleh Ilmu
ONTOLOGI

FILSAFAT
ILMU

EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI

Bagaimana Untuk apa ilmu itu


mendapatkan ilmu (digunakan)
Hakikat Aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, layak, pantas, patut dan
Logos yang berarti teori, pemikiran. Jadi Aksiologi adalah "teori tentang nilai". Aksiologi
merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian.
1. Moral Conduct (Tindakan Moral)
Bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika.
2. Esthetic Expression (Ekspresi Keindahan)
Bidang ini melahirkan keindahan (seni/estetika).
3. Sosio Political Life
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.
Jadi, aksiologi yaitu teori tentang nilai-nilai ketiga aspek ini, yakni Moral, Keindahan, dan
Sosial Politik.
Hakikat Aksiologi
John Sinclair dalam Jujun S. Suriasumantri (2010),
dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem
seperti politik, sosial, dan agama. Adapun nilai itu sendiri adalah sesuatu yang
berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.

Aksilogi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi, Aksiologi merupakan ilmu yang mempelaiari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak
ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfadtkan
dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan
yang tidak benar.
Kategori Dasar Aksiologi
Menurut Susanto (2011) mengatakan, ada dua kategori dasar aksiologi:
1. Objektivia
Penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan
objek yang dinilai.
2. Subjektivia
Penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur
intuisi (perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu teori nilai intuitif, teori
nilai rasional, teori nilai alamiah, dan teori nilai emotif teori nilai intuitif dan
teori nilai rasional beraliran objektivia, sedangkan teori nilai alamiah dan
teori nilai emotif beraliran subjektivia.
Teori Nilai Intuitif
(The Intuitive Theory of Value)
Menurut teori ini, sangat sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk
mendefimisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimana pun juga suatu
perangkat nilai yang absolut itu eksia dalam tatanan yang bersifat objektif.
Nilai ditemukan melalui intuisi, karena ada tatanan moral yang bersifat baku.
Mereka menegaskan bahwa nilai eksia sebagai piranti objek atau menyatu
dalam hubungan antar-objek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada
eksistensi atau perilaku manusia. Sekali mengakui dan menemukan seseorang
nilai itu melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku
individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
Teori Nilai Rasional
(The Rational Theory of Value)
Menurut teori ini, janganlah percaya pada nilai yang bersifat obiektif dan
murni independen dari manusia. Nilai ini ditemukan sebagai hasil dari
penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan sesuatu yang benar
ketika ia tahu dengan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya
orang jahat atau yang lalat yang melakukan sesuatu berlawanan dengan
kehendak atau wahyu Tuhan. Jadi, dengan nalar atau peran Tuhan nilai ultimo,
objektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.
Teori Nilai Alamiah
(The Naturaliatic Theory of Value)
Menurut teori ini nilai, diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan
dan hasrat yang dislaminya. Nilai yaitu produk biososial, artefak manusia
yang diciptakan, dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani
tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalia mencakup teori
nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolut tetapi bersifat relatif.
Nilai secara umum hakikatnya bersifat subjektif, bergantung pada kondisi
manusia.
Teori Nilai Emotif
(The Emotive Theory of Value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status
kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika
bukanlah keputusan faktual melainkan hanya merupakan ekspresi emosi dan
tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverifikasi,
sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan
manusia.
Karakteristik Nilai Aksiologi
Erliana Hasan (2011)
1. Nilai objektif atau subjektif. Nilai itu objektif jika ia tergantung pada
subjek atau kesadaran yang menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika
eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada realisasinya
subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini
bersifat psikis atau fisik. Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai itu
memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian
manusia. Contohnya, nilai-nilai baik, jika benar, cantik, merupakan
realitas alam, yang merupakan bagian dari sifat yang dimiliki oleh Benda
atau tindakan itu. Nilai itu subjektif apabila memiliki preferensi pribadi,
dikatakan baik karena dinilai oleh seseorang.
Karakteristik Nilai Aksiologi
Erliana Hasan (2011)
2. Nilai dikatakan absolut atau abadi. Apabila nilai yang berlaku sekarang
sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku secara absah
sepanjang masa serta akan berlaku bagi siapa pun tanpa memperhatikan
atau kelas sosial.
Karakteristik Nilai Aksiologi
Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relatif sesuai
dengan harapan dan keinginan manusia yang selalu berubah, maka nilai itu
pun mengungkapkan perubahan itu. Nilai berubah merespons dalam kondisi
baru, ajaran baru, agama baru, penemuan baru dalam sains dan teknologi,
kemajuan dalam pendidikan, dan lainnya.
Penilaian Umum Aksiologi
1. Etika
cabang filsafat yang membahas secara kritia dan sistematis masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat
manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah
menjadi pembahasan menarik sejak masa ocrates dan para kaum sofia. Di situ
dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan, dan
sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz
Magnin Suseno diartikan sebagai pemikiran kritia, sistematis, dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral. Isi dari pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan diatas norma-norma, adat, wejangan, dan adat
istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan
suatu kebaikan atau perintah dan larangan, tatapi suatu pemikiran yang kritia
dan mendasar tujuan dari etika yaitu agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Penilaian Umum Aksiologi
2. Estetika
Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk ilmu itu
digunakan. Selanjutnya Erliana mengutip pendapat Bramel, alam aspek
aksiologi ini ada moral conduct, estetic expresion, dan sosiolitical. Setiap ilmu
bisa untuk mengatasi suatu masalah sosial golongan. Namun salah satu
tanggung jawab seorang ilmuwan yaitu dengan melakukan sosialiaasi tentang
penemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan itu.
Dan, moral yaitu hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak
orang yang meminta permintaan, moral yaitu suatu tuntutan. Ilmu bukanlah
sekadar pengetahuan (knowledge). Ilmu memang berperan tetapi bukan dalam
segala hal. Sesuatu dapat dikatakan ilmu apabila objektif, metodis, sistematis,
dan universal. Dan, knowledge yaitu keahlian maupun keterampilan yang
diperoleh melalui pengalaman maupun pemahaman dari suatu objek

Anda mungkin juga menyukai