Anda di halaman 1dari 124

Pemicu 2

Blok SMS
Aldi Firdaus
( 405140098 )
Learning Objectives
• 1. Anatomi Ekstremitas Atas & Fisiologi
Pergerakan
• 2. Histologi Tulang
• 3. Kelainan Tulang Akibat Trauma ( Dislokasi &
Fraktur )
• 4. Kelainan Tulang Akibat Non Trauma
( Infeksi )
1. Anatomi Ekstremitas Atas & Fisiologi
Pergerakan
Sendi
 Tempat dimana dua tulang atau lebih saling
berhubungan, dimana di antara tulang-tulang
ini dapat terjadi pergerakan atau tidak.
Klasifikasi Sendi Menurut Jaringan di antara
Tulang-Tulang
1. Sendi Fibrosa
Hubungan antar tulang
yang dihubungkan oleh
jaringan ikat fibrosa.
Gerakannya sangat sedikit.
Contoh:
a. Sutura
b. Articulatio tibia fibularis
inferior
2. Sendi Kartilaginosa
– Primer:
Hubungan antar tulang yang
disatukan oleh suatu
lempeng atau potongan
tulang rawan hialin.
Tidak ada pergerakan.
Contoh:
a. Persatuan antara epifise dan
diafise
b. Antara iga I dan manubrium
sterni
– Sekunder:
Persendian yang tulang-
tulangnya disatukan oleh
suatu lempeng rawan fibrosa
dan dilapisi oleh tulang rawan
hialin yang tipis.
Pergerakan tergantung pada
sifat fisik rawan fibrosa.
Contoh:
a. Articulatio intervertebralis
b. Symphisis pubica
3. Sendi Sinovial
Persendian yang memiliki kemungkinan bergerak
banyak karena terdapat rongga-rongga sendi.
Ciri-ciri:
1) Ujung tulang bersendi dibedakan atas: caput articularis
& cavitas glenoidalis.
2) Cavum articularis: rongga yang terdapat di antara ujung-
ujung tulang.
3) Membran sinovial:
– Di sebelah luar dilindungi oleh kapsula sendi
– Permukaan sendi dilumasi cairan sinovial
4) Bagian-bagian khusus untuk membantu
– Discus/meniscus articularis: irisan rawan fibrosa yang terletak
di permukaan sendi  penyangga, mengurangi gesekan di
antara ujung-ujung sendi
– Bantalan lemak: antara membran sinovial dan capsula fibrosa
atau tulang
– Bursa mukosa: pelumas terdiri atas kantong fibrosa tertutup
yang dibatasi oleh membran halus yang lembut, dijumpai
pada tendo bergeser pada tulang ligamentum atau tendo lain
– Kapsul: lapisan serabut yang menyelubungi sendi dan
membentuk suatu rongga sendi
– Selubung sinovial: bursa berbentuk
tubular yang mengelilingi tendo
– Ligamentum: suatu tali/pita
jaringan ikat yang menghubungkan
2 struktur yang terdiri dari:
a. Jaringan serabut kolagen 
tidak dapat diregangkan 
mencegah pergerakan sendi
berlebihan  ligamentum
fibrosa/kolagen
b. Jaringan serabut elastis 
dapat kembali ke panjang
semula setelah diregangkan 
ligamentum elastis
Vaskularisasi
• Persendian menerima darai dari arteri
articularis yang berasal dari pembuluh darah
di sekitar sendi dan membentuk anastomosis.
• Arteri dan vena terletak pada capsula
articularis, terutama pada membrana
synovialis.
Hukum Hilton
• Saraf yang mempersarafi sendi juga
mempersarafi otot yang menggerakkan sendi
dan kulit sekitar insertio otot tersebut.

Membrana synovialis relatif tidak sensitif


terhadap rasa nyeri.
Serabut rasa nyeri banyak terdapat di capsula
fibrosa dan ligamentum.
Derajat Pergerakan Sendi
• Sinovial dibatasi oleh:
1. Bentuk tulang pembentuk sendi
2. Struktur anatomi sekitarnya
3. Ligamentum fibrosa yang menghubungkan
Tipe Gerakan Articulatio Synovialis
1. Gerakan meluncur/gliding
2. Gerakan angular (fleksi-ekstensi, fleksi lateral,
hiperekstensi, abduksi-adduksi, sirkumduksi)
3. Rotasi (medial-lateral)
4. Gerakan lain (elevasi-depresi, protraksi-
retraksi, inversi-eversi, dorsofleksi-
plantarfleksi, supinasi-pronasi, oposisi-
reposisi)
Jenis-Jenis Sendi Sinovial
• Menurut susunan, permukaan, dan
pergerakan yang mungkin dilakukan:
1. Sendi plana (datar)
 Permukaan sendi datar sehingga memungkinkan
tulang saling bergeser satu sama lain
 Pergerakan: terbatas, sedikit miring & rotasi
 Contoh:
a. Art. sternoclavicularis
b. Art. acromioclavicularis
2. Sendi Engsel/Ginglimus/Hinge Joint
 Sumbu gerak tegak lurus arah panjang tulang
 Pergerakan: Fleksi & Ekstensi
 Contoh:
a. Sendi lutut
b. Sendi siku
c. Sendi mata kaki
3. Sendi Condyloidea
 Mempunyai permukaan konveks bersendi dengan
permukaan konkaf
 Sumbu gerak paralel panjang tulang
 Pergerakan: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, sedikit
rotasi
 Contoh:
a. Art. metacarpophalangeal
b. Art. interphalangeal
4. Sendi Elipsoidea
 Permukaan sendi
berbentuk konveks
elips yang sesuai
dengan permukaan
sendi konkaf elips
 Pergerakan: fleksi,
ekstensi, abduksi,
adduksi
 Contoh: Art. carpalia,
persendian antar
tulang hasta dan
tulang pengumpil
5. Sendi Pasak/Kisar/Pivot/Rotasi
 Terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh cincin
ligamentum tulang
 Sumbu gerak sesuai panjang tulang
 Pergerakan: rotasi
 Contoh:
a. Art. atlantodentalis
b. Art. radio-ulnaris sup
6. Sendi Pelana/Sellaris/Saddle-Shape
 Permukaan sendi berbentuk konkaf-konvex
berlawanan, mirip pelana kuda
 Pergerakan: fleksi, eksteksi, abduksi, adduksi, rotasi
 Contoh: Art. carpo-metacarpaI
7. Sendi Peluru/Ball
and Socket/Art.
Globoidea
 Kepala sendi
berbentuk bola dan
lekuk sendi
berbentuk socket
 Pergerakan: fleksi,
ekstensi, abduksi,
adduksi, rotasi,
circumduksi
 Contoh: sendi bahu &
sendi panggul
• Berdasarkan pergerakan:
1. Sinarthrosis
• Tidak dapat digerakkan sama sekali
• 4 jenis:
a) Sutura
b) Schyndylesis  lempeng yang satu terjepit dalam tulang yang lain
Contoh: perhubungan kedua Os. maxillaris
c) Gomphosis  tulang yang satu berbentuk kerucut masuk ke lekuk
yang sesuai
Contoh: gigi dengan acuroli, Os. maxillaris, Os. mandibularis
d) Synchoncdrosis  penghubung terdiri dari tulang rawan
Contoh: antara epifphysis dan diaphysis
2. Amphiarthrosis  gerakan sedikit, contoh:
antara corpus vertebrae
3. Diarthrosis  memungkinkan gerak luas sekali
karena memiliki rongga antar tulang-tulang
tersebut
• Berdasarkan sumbu gerak:
1. Sendi sumbu satu
a. Sendi engsel (ginglymus)
– Sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang
– Contoh:
a) Art. interphalangeal
b) Art. humero ulnaris
c) Art. talo ciruralis
b. Sendi kisar (articulatio trochoidea)
– Sumbu gerak kira-kira sesuai dengan arah panjang tulang
– Contoh:
a. Art. radio ulnaris
b. Art. atlanto dentalis
c. Articulatio trochlearis/bicondylaris
2. Sendi sumbu dua: kedua sumbu gerak
berpotongan tegak lurus
a. Sendi telur (articulatio ellipsoidea)
– Kepala sendi cekung berbentuk ellips dengan sumbu panjang
dan sumbu pendek
– Contoh: Art. radiocarpea
b. Sendi pelana (articulatio sellaris)
– Contoh: Art. metacarpa I
3. Sendi sumbu tiga (arthrodia)
• Kepala sendi berbentuk bola
• Memiliki kemungkinan gerak
• Terdiri atas:
a. Articulatio globoidea (peluru)  lekuk sendi mencakup
kurang dari setengah kepala sendi  contoh: Art. humeri
b. Teno arthrosis sheroidea/sendi buah pala  kemungkinan
gerak lebih sedikit, karena lekuk sendi lebih dari setengah
kepala sendi  contoh: Art. coxae
4. Articulatio simpleks  dibentuk oleh 2 tulang
5. Articulatio composita  dibentuk oleh >2 tulang
• Berdasarkan luas geraknya:
– Sendi temporer
• Tidak bergerak
• Contoh: sutura
– Sendi dengan sedikit gerakan (slightly movable
joint)
• Secure joint
• Vertebral type
– Sendi dengan gerakan luas (free movable/synovial
joint)
Stabilitas Sendi
1. Bentuk, ukuran, dan permukaan sendi
2. Ligamentum
3. Tonus otot

Persyaratan sendi:
4. Kapsula dan ligamentum  mendapat banyak
suplai saraf sensorik
5. Rawan sendi  mempunyai sedikit ujung saraf
2. Histologi Tulang
3. Kelainan Tulang Akibat Trauma ( Dislokasi & Fraktur )
Definisi:
- Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (ilmu bedah).
- Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis, atau
tulang rawan sendi yg disebabkan karna trauma (FK UI).
Epidemiologi:
• Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
kecelakaan.
• Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon.
Faktor resiko:
• Usia dan jenis kelamin
• Pekerjaan
• Status gizi
• Densitas tulang
• Riwayat penyakit
• Kelainan genetik
Etiologi:
- TRAUMA (paling banyak pada kecelakaan lalu lintas)
- Terjadi ketika tekanan yg menimpa tulang lebih besar dari pada daya
tahan tulang akibat trauma
- Terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis,
Osteogenesis imperfecta yg disebut fraktur patologis
- Fraktur stress atau fatigue, fraktur ini biasanya sebagai akibat dari
penggunaan tulang secara berulang-ulang.
Tanda dan gejala:
- Deformitas ( perubahan struktur/ bentuk)
- bengkak
- Ekimosis (perdarahn subkutan)
- Nyeri
- Pergerakan abnormal
- Krepitasi, yg dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakan
- Hilangnya / berkurangnya fungsi yg normal karena ketidakstabilan
tulang, rasa nyeri atau spasme otot.
Pemeriksaan penunjang:
1. Radiologis:
- X-RAY (untuk dapat melihat gambaran fraktur,
deformitas)
- Venogram/ anterogram (menggambarkan arus
vaskularisasi)
- CT scan dan MRI (utk mendeteksi struktur fraktur yg
kompleks)
2. Laboratorium:
- Hb
- Hematokrit (sering menurun akibat perdarahan)
- LED (meningkat karna kerusakan jaringan lunak)
Diagnosis:
1. Anamnesa
- Apakah ada trauma
- Dugaan fraktur-fraktur tertentu
- Adanya gangguan fungsi
2. Pemeriksaan umum
- Adanya shock
- Tanda-tanda sepsis
3. Pemeriksaan status lokalis (tanda-tanda fraktur)
Inspeksi
a. Deformitas : - penonjolan yang abnormal
- angulasi (bengkok)
- rotasi (terputar)
- pemendekan
b. Fungsio laesa
Palpasi => nyeri tekan dan nyeri sumbu
Gerak Sendi
- krepitasi
- nyeri
- ROM dan gerakan yang tidak normal
Patfis
klasifikasi Fraktur
1) Fraktur akibat trauma
- Trauma langsung : benturan pada tulang
mengakibatkan fraktur pada tulang tersebut
- Trauma tidak langsung : terjadinya fraktur
berjauhan dari titik tumpu
- Trauma eksternal : tertabrak, jatuh, etc
- Trauma internal : kontraksi otot yg kuat
mendadak pada serangan epilepsi, tetanus,
renjatan listrik
- Trauma ringan tetapi terus menerus
2) Fraktur patologik
• Fraktur yang terjadi pada tulang yang
sebelumnya telah mengelami proses patologik
(proses penyakit).
• Contoh : pada tumor tulang primer/sekunder,
mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis,
osteogenesis imperfecta, osteoporosis.
Deskripsi Fraktur
1. Terbuka – tertutup
2. Komplit – inkomplit
3. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma
4. Jumlah garis patah
5. Displaced-undisplaced
Klasifikasi patah tulang juga dapat dibagi
menurut garis frakturnya :
A. Fisura tulang disebabkan oleh cedera tunggal hebat/ oleh
cedera yg terus-menerus yg cukup lama
B. Patah tulang serong
C. Patah tulang lintang
D. Patah tulang kominutif oleh cedera hebat
E. Patah tulang segmental karena cidera hebat
F. Patah tulang dahan hijau ( periosteum tetap utuh)
G. Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar pd tulang
pendek / epifisis tulang pipa
H. Patah tulang impaksi(kadang juga disebut inklavasi)
I. Patah tulang impresi
J. Patah tulang patologis akibat tumor tulang/ proses
destruktif lain.
Klasifikasi Salter Haris utk patah tulang yg mengenai epifisis
distal tibia
Type 1: epifisis dan cakram epifisis lepas dari
metafisis, tetapi periosteumnya masih utuh
Type 2: periost robek di satu sisi sehingga epifisis
dan cakram epifisis lepas sama sekali dari
metafisis
Type 3: patah tulang cakram epifisis yg melalui
sendi
Type 4: terdapat fragmen patahan tulang yg garis
patahnya tegak luru cakram epifisis
Type 5: terdapat kompresi pada sebagian cakram
epifisis yg menyebabkan kematian dari
sebagian cakram tersebut.
Penatalaksanaan Non-Farmakologis

TERAPI KONSERVATIF
• Proteksi saja dengan mitela
ex : pada fraktur collum chirurgicum humeri dg
kedudukan baik
• Imobilisasi tanpa reposisi
ex : pemasangan gips / bidai pada fraktur
inkompilt kedudukan baik
• Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
(reposisi dengan/tanpa anestesi)
• Traksi
TERAPI OPERATIF
• Reposisi tertutup – fiksasi ekstrena
– Fiksasi dengan Roger Anderson, Judet, screw dengan
bone cement.
• Reposisi tertutup dengan fiksasi interna (pinning)
• Reposisi terbuka dan fiksasi interna
• Excisional arthroplasty
– Membuang fragmen yang patah yang membentuk
sendi
• Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Penyembuhan patah tulang
A. Fase hematoma:
pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yg disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pd tulang dan periost.
B. fase jaringan fibrosis :
Hematom ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan
vaskuler hingga hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya.
Jaringan ini yg menyebabkan fragmen tulang saling menempel dan jaringan yg
menempelkan fragmen patahan tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.
C. Fase penyatuan klinis:
jaringan fibrosa ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkim yg bersifat osteogenik.
Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yg membentuk kondroid yg merupakan bahan
dasar tulang rawan, sedangkan di tempat yg jauh dari patahan tulang yg vaskularisasinya
relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan membentuk osteoid yg merupakan
bahan dasar tulang. Kondroid dan osteoid ini mula mula tidak mengandung kalsium
sehingga,tidak terlihat pada rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan/osifikasi.
Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Pada foto
rontgen, proses ini terlihat sebagai bayangan radio-opak, tetapi bayangan garis patah
tulang masih terlihat.
D. Fase konsolidasi:
terjadi penggantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel tulang yg mengatur diri
sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yg bekerja pada tulang. Akhirnya sel tulang ini
mengatur diri secara lamelar seperti sel tulang normal. Kekuatan kalus ini sama dengan
kekuatan tulang biasa
Komplikasi
Segera Dini Lama
-Kulit aberasi, -Nekrosis kulit - Sendi ankilosis
laserasi -Gangren - Mal/delayed/non-union
-Pembuluh darah -Sindrom - Distrofi
robek kompartemen - Osteoporosis pasca
-Sistem saraf -Trombosis - Trauma
-Organ dalam vena - Gangguan pertumbuhan
tertekan -Infeksi sendi - Osteomielitis
-Syok hemoragik, -Osteomielitis - Patah ulang
neurogenik -Emboli paru - Penulangan otot
- Ruptur tendon
- Kelumpuhan saraf
- Batu ginjal
Definisi
• Dislokasi sendi/luksasio  tergesernya permukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap
tulang lainnya. (Buku Ajar ilmu Bedah)
• Dislokasi  suatu kedaruratan (bagian dari trauma
sendi) yang memerlukan pertolongan segera.
• Dislokasi  Keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi); Keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.
• Dislokasi sendi  peralihan/tersasar tulang
dari posisi yang membentuk sendi.
• Dislokasi  dis + lokasi
– Kepala sendi keluar dari mangkok sendi
– Subluksasi  sebagian kepala sendi
– Fraktur dislokasi  disertai dengan fraktur
– Fraktur dan dislokasi
Epidemiologi
• Paling banyak: dislokasi bahu.
• Laki-laki (20-30 tahun) >> perempuan (61-80
tahun).
• Alasan:
– Laki-laki  lebih sering berolahraga
– Perempuan  kerentanan untuk jatuh
Etiologi
• Faktor predisposisi
• Kelainan pertumbuhan sejak
lahir (kongenital) Non-Trauma
• Aktivitas/kebiasaan (>4 kali)
• Terjadi infeksi disekitar sendi
• Trauma akibat kecelakaan
• Trauma akibat pembedahan
Trauma
ortopedi
Klasifikasi
• Berdasarkan posisi:
1. Dislokasi posterior  saat panggul fleksi dan adduksi
2. Dislokasi anterior  saat tungkai terkangkang, lutut lurus,
punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke
belakang
3. Dislokasi sentral  saat trauma datang dari arah samping
sehingga trauma ditransmisikan lewat trochanter mayor
mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput
femoris masuk ke rongga pelvis.
• Dislokasi anterior
– Lengkung bahu berubah
– Posisi bahu abduksi & rotasi
eksterna
– Teraba caput humeri di bagian
anterior
– Back anestesi  gangguan N.
axillaris
– Radiologis (rontgen foto, CT
Scan)  memperjelas diagnosis
• Berdasarkan sifatnya:
1. Dislokasi congenital  sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik  akibat penyakit sendi dan/atau
jaringan sekitar sendi (tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang).
3. Dislokasi traumatik  kedaruratan ortopedi (pasokan
darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat/kematian jaringan/akibat oedema  sering pada
orang dewasa.
4. Dislokasi paralitik  akibat ketidakseimbangan
kekuatan otot (polio, cerebral palsy).
• Berdasarkan lokasi:
– Dislocation Mandibula
– Dislocation Vertebra
– Dislocation Bahu
– Dislocation Siku
– Dislocation Panggul
– Dislocation Lutut
– Dislocation Tumit
– Dislocation Interphalangae
– Dislocation Metacarpophalangae
Jenis-Jenis Dislokasi berdasarkan Lokasi
• Dislokasi sendi acromioclavicular
Sering pada dewasa muda (trauma langsung atau saat olahraga).
Mekanisme: dorongan kuat acromion ke bawah, otot trapezius dan
sternomastoid menarik kuat clavicula ke atas, ligament coracoclavicula robek
 dislokasi.
Gejala: nyeri, tonjolan ujung lateral clavicula.
Pemeriksaan: X-Ray proyeksi AP.
Penatalaksanaan:
1. Subloksasi: arm sling (1 minggu), shoulder exercise
2. Dislokasi: padding and strapping, screw
• Dislokasi sendi sternoclavicular
Mekanisme: benturan kuat di depan pundak  dorongan kuat ke
belakang dari ujung latral clavicula  mendorong bagian medial
clavicula ke depan  kapsul sendi sternoclavicula robek  dislokasi
Gejala klinis: nyeri, benjolan
Penatalaksanaan:
1. Dislokasi anterior: close reduction
2. Dislokasi posterior: open reduction
• Dislokasi bahu  keluarnya caput humerus dari
cavum glenoidalies
Etiologi: 99% trauma
Klasifikasi:
1. Dislokasi anterior (98%)
2. Dislokasi posterior (2%)
3. Dislokasi inferior
Mekanisme trauma:
1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba
2. Tarikan sendi bahu tiba-tiba
3. Tarikan & puntiran tiba-tiba
Gejala klinik: nyeri, asimetris, deltoid terasa datar.
Pemeriksaan: X-Ray dengan proyeksi AP
Penatalaksanaan:
1. Dislokasi anterior: closed reduction (Hippocrates,
Kocher, Stimson, open reduction (pembedahan)
2. Dislokasi posterior: closed reduction
• Dislokasi siku
2 mekanisme:
1. Penderita jatuh dalam posisi siku fleksi
2. Penderita jatuh dalam posisi siku hiperekstensi
Bagian distal humerus terdorong ke depan merobek kapsul bagian anterior,
kepala radius dan ulna 1/3 distal dislokasi ke posterior
Gejala klinik:
– Tampak pembengkakkan hebat di siku
– Posisi siku dalam semifleksi
– Ujung olecranon teraba lari ke posterior
– Segitiga sama kaki dari epicondylus humeri medial, lateral, dan ujung olecranon
berubah
Pemeriksaan: radiologi dengan proyeksi AP/LAT
Penatalaksanaan: dislokasi posterolateral  closed reduction, pembedahan
Komplikasi: kekakuan sendi (ankylosis)
• Dislokasi pangkal paha
Keluarnya caput femur dari
Posterior dislocation
acetabulum
99% trauma
Klasifikasi:
1. Dislokasi postrior (85%)
2. Dislokasi anterior (10-15%)
3. Dislokas sentral
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction  traction
2. Open reduction  internal
fixation, fragments-removed

Anterior dislocation
• Dislokasi lutut
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction
2. Open reduction  ligament suture,
capsule repaired

• Dislokasi patella
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction
2. Open reduction  osteochondral
fragment removed, medial capsule
repaired
Peritalar dislocation
• Dislokasi pergelangan

Midtarsal dislocation
kaki
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction 
plaster cast
2. Open reduction 
ligament repaired,
Kirchers wires, fixed
with screw
Tarso metatarsal dislocation
• Dislokasi interphalangeal
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction  splinted with grater
strapping (2-3 minggu)
Patofisiologi
• Robek kapsul sendi, otot, ligamen, dll
• Kerusakan pembuluh darah dan saraf
• Perdarahan dalam sendi
• Avaskular nekrosis kepala sendi
• Gangguan pertumbuhan sendi
Faktor Risiko
• Jenis kelamin  perempuan lebih rentan
• Usia  usia produktif lebih rentan (lebih banyak
bergerak)
• Genetik (anak dengan defisiensi kolagen)
• Pekerjaan/Aktivitas  seorang atlet lebih rentan
Tanda & Gejala
• Terasa nyeri
• Perubahan kontur sendi
• Perubahan panjang ekstremitas (pemendekan)
• Kehilangan mobilitas normal
• Perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi
• Deformitas
• Kekakuan
• Hypesthesia atau anesthesia
• Hematoma
• Terjadi perubahan warna pada sisi medial lokasi ligamen
yang mengalami kerusakan
• Tulang tampak tidak pada tempatnya
• Warna kulit di atas sendi berubah (lebam
setempat)
• Pergerakan terbatas
• Bengkak atau memar
• Sakit saat digerakkan
Diagnosa
• Anamnesis:
Ada trauma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya: trauma ekstensi
dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
Ada rasa sendi keluar
Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi
rekuren atau habitual
Nyeri hebat:
 Spasme otot sekitar sendi
 Rangsangan cairan sendi
 Terjepit saraf
Pemeriksaan
• Klinis:
1. Deformitas:
 Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya: deltoid yang
rata pada dislokasi bahu
 Pemendekan
 Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya
dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul
endorotasi, fleksi dan adduksi
2. Nyeri
3. Functio laesa gerak terbatas, misalnya: dislokasi
anterior bahu. Bahu tidak dapat endorotasi
4. Dislokasi posterior  fleksi, adduksi, endo-rotasi;
dislokasi anterior  fleksi, abduksi, ekso-rotasi
• Radiologis (foto rontgen, CT Scan): untuk
memastikan arah dislokasi dan apakah disertai
fraktur. Pada dislokasi lama, pemeriksaan
radiologis lebih penting oleh karena nyeri dan
spasme otot telah menghilang.
Diagnosa Banding
• Fraktur tulang di tempat terjadi dislokasi.
Penatalaksanaan
• Farmakologis
– Glucosamine
– Asam hyaluronat
– NSAIDs
• Operatif
– Apabila terjadi dislokasi rekuren
– Mengurangi lesi pada kartilago
– Masa pemulihan tergantung jenis operasi (soft tissue atau osteotomies)
• Non-operative
– Reposisi
– Immobilisasi ±3minggu
– Dapat sembuh setelah ±6 minggu
– Dislokasi rekuren  patellar buttress/knee brace
• Tindakan reposisi:
1. Reposisi segera
2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat
kejadian tanpa anestesi, misalnya: dislokasi siku,
dislokasi bahu, dislokasi jari.
3. Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan
anestesi lokal dan obat-obat penenang, misalnya:
valium:
– Dislokasi bahu  cara Hippocrates dengan menarik lengan dalam
posisi abduksi
– Cara Kocher harus dengan hati-hati
4. Dislokasi sendi besar, misalnya: sendi panggul
memerlukan anestesi umum:
4. Untuk anak  cara yang tidak traumatis (cara Allis)
– Cara Bigelow  tidak benar: fraktur intraartikular

Cara yang tidak traumatis:


1. Satu asisten memfiksasi pelvis
2. Satu asisten lagi mendorong trochanter
3. Operator menarik femur pada posisi panggul dan lutut 90-90.
Reposisi
• Mengembalikan posisi caput.
• Dibagi 2:
1. Tertutup
2. Terbuka (open reduction), jika 
– Gagal reposisi tertutup
» Interposisi jaringan
» Button hole dislocation
» Dislokasi + fraktur
– Neglected cases & dislokasi lama

• Retaining  mempertahankan hasil reposisi


• Rehabilitation  mengembalikan fungsi
Penanganan
• Reduction  secepat dan selembut mungkin
• Tertutup atau Terbuka
– Tarikan langsung
• Teknik Traksi & Teknik counter traksi
• Teknik Hippocrates
– Reposisi sesuai arah trauma
• Teknik Stimson (Gravitasi)
• Teknik Milch
• Teknik Kocher
1. Metode Stimson
 penderita berbaring telungkup  bagian lengan yang
dislokasi keluar dari tepi tempat tidur menggantung ke
bawah  beri beban sesuai kekuatan otot penderita yang
diikat pada lengan bawah & pergelangan tangan penderita
 rileks beberapa jam  sendi benar dengan sendirinya.
2. Metode Hippocrates
 penderita dibaringkan di lantai  anggota gerak ditarik
ke atas  caput humerus ditekan dengan kaki agar kembali
ke tempatnya.
3. Metode Kocher
 penderita berbaring di
tempat tidur & ahli bedah di
sampingnya:
1. Sendi siku fleksi 90o & dilakukan
traksi sesuai garis humerus
2. Lakukan rotasi ke arah lateral
3. Lengan diadduksi dan sendi siku
dibawa mendekati tubuh ke arah
garis tengah
4. Lengan dirotasi ke medial
sehingga tangan jatuh ke daerah
dada
4. Teknik Traksi & Counter Traction
 penderita duduk  tangan ditarik ke bawah &
ketiak ditarik ke atas
5. Teknik Milch
– Reposisi: tarikan dalam posisi telungkup
– Humerus di abduksi & rotasi eksterna
– Caput humeri didorong ke dalam
Perawatan Pasca Reposisi
• Imobilisasi bahu posisi adduksi & rotasi
interna  Pelvow sling
• Latihan ROM sendi.
• Komplikasi
– Gangguan ligament & kapsul sendi
– Fraktur tulang sekitar sendi
– Trauma vaskular (A. axilaris)
– Habitual Dislocation
– Trauma saraf (10 %)  N. axilaris
Komplikasi
• Segera: syok, sepsis, nekrosis kepala sendi
• Lanjut: Metabolisme tulang rawan hyalin terganggu dan fungsi
cairan sinovial gagal, sehingga menimbulkan kerusakan sendi yang
irreversibel:
– Avascular necrosis
– Disuse osteoporosis
– Ankylosis
– Cedera neurovascular
– Fraktur
– Kekakuan sendi
– Dislokasi berulang
– Osteoarthritis
– Dislokasi terbuka
– Myositis ossificans
Prognosis
• Baik jika diberi penanganan yang tepat.
Pencegahan
• Latihan dengan teratur
• Menjaga pola hidup
4. Kelainan Tulang Akibat Non Trauma ( Infeksi )
Infeksi Piogenik
Osteomielitis Hematogen Akut
• Osteomielitis hematogen akut pd dasarnya
adalah penyakit pd tulang yg sedang tumbuh .
Tulang yg sering terkena adalah tulang
panjang & tersering femur,diikuti oleh
tibia,humerus,radius,ulna, dan fibula.
• Penyebab tersering adalah Staphylococcus
aureus.
Osteomielitis Hematogen Akut
Gejala :
- Panas tinggi & sakit keras
- Nyeri tulang dekat sendi
- Tdk dapat menggerakkan anggota
bersangkutan
- Tdk ada kelainan foto rontgen
- Pembengkakan lokal & nyeri tekan
- Septisemia , spt febris,malaise, dan anoreksia
Osteomielitis Hematogen Akut
Diagnosis :
- Aspirasi
- Pemeriksaan sintigrafi
- Biakan darah
- Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan Lab :
- Tidak khas, hanya ditemukan peningkatan
leukosit dan LED
Osteomielitis Hematogen Akut
Diagnosis Banding
- Demam reumatik
- Selulitis
Osteomielitis Kronik
• Osteomielitis akut yg tdk diterapi scr adekuat,
akan berkembang mjd osteomielitis kronik.
• Pd pemeriksaan klinis, didapat fistel kronik pd
ekstremitas yg mengeluarkan nanah & kadang
sekuester kecil.
• Pd osteomielitik kronik dilakukan
sekuestrektomi & debrideman serta pemberian
antibiotik yg sesuai dgn hasil kultur & tes
resistensi.
Osteomielitis Kronik
Tata laksana :
- Ekstremitas yg terkena hrs dilindungi dgn gips
u/ mencegah patah tulang patologik
OM hematogen akut pada tulang belakang

• Spondilitis bakterial akut sering ditemukan pada anak


yang sedang tumbuh
• Kuman diperkirakan masuk mell pleksus Batson,
kuman penyebab terbanyak Staphylococcus aureus
dan E. coli
• Gejala: anak mengeluh nyeri punggung, spame hebat
otot erektor trunkus  nyeri pada elevasi kaki lurus/
fleksi leher, tidak mampu membungkuk
Osteomielitis pada orang dewasa

• Osteomielitis hematogen pada orang dewasa jarang


ditemukan, kecuali pada pecandu obat yang sering menyuntik
secara intravena.
• Kuman penyebab biasanya berlokasi di tulang atau sekitar
sendi sakroiliaka.
• Sumber infeksi mungkin dari saluran kemih yang mencapai
tulang belakang melalui pleksus vena Batson.
• Gambaran klinis osteomielitis subakut atau kronik berupa
keluhan nyeri punggung yang tidak dipengaruhi istirahat.
• Terapi: Pemberian antibiotik, kadang pembedahan untuk
debrideman & penyaliran
Osteomielitis pasca cedera
• Pada fraktur mudah terjadi infeksi, terutama patah
tulang terbuka dan kominutif yang disertai cedera
jaringan lunak yang luas dan nekrosis.
• Gambaran klinis osteomielitis ini sama dengan
osteomielitis kronik karena pecahan tulang yang
terlepas menjadi sekuester
• Hematom pada fraktur disertai jaringan nekrotik
merupakan medium subur untuk infeksi.
• Pemasangan bahan osteosintesis berupa skrup, pin,
pelat, prostesis, atau kawat yang semua merupakan
benda asing yang menghalangi tubuh untuk
mengatasi infeksi
Osteomielitis pasca cedera
• Eksplorasi u/ mengeluarkan sekuester &
debrideman u/ mengeluarkan jaringan
nekrotik ,serta penyaliran perlu dilakukan.
Osteomielitis per kontinuitatum

• Infeksi di jaringan lunak kaki atau tangan, terutama di jari kaki


atau jari tangan dapat menjalar ke dalam tulang dan
menyebabkan osteomielitis.
• Yang tersering ditemukan ialah osteomielitis tulang tangan
atau kaki karena neuropati perifer, misalnya pada lepra atau
diabetes melitus
Gambaran radiolodi pada om
• Kelainan tulang yang dapat dilihat melalui foto
roentgen setelah 10-14 hari setelah infeksi
• Sebelumnya hanya dapat dilihat pembengkakan
jaringan lunak saja
• Perubahan tulang lebih cepat terlihat pada anak-anak
• Jika foto pertama belum terlihat kelainan tulang
,sedangkan klinis dicurigai osteomyelitis foto diulang
1 minggu kemudian
Gambaran Radiologis Pada Osteomyelitis
Penatalaksanaan osteomielitis
1. Perawatan di rumah sakit
2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus
3. Pemeriksaan biakan darah
4. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif
maupun gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil
biakan darah secara parenteral selama 3-6 minggu
5. Imobilisasi anggota gerak yang terkena
6. Tindakan pembedahan. Indikasi :
– Adanya abses
– Rasa sakit yang hebat
– Adanya sekuester
– Bila mencurigakan ke arah keganasan(karsinoma eperdemoid)
• Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah
bila involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya
fraktur pasca pembedahan
Terapi osteomielitis
• Analgetik
• Antibiotik yang sesuai
• Imobilisasi
• Surgical debridement, drainase
penatalaksanaan
• Osteomielitis akut
– Perawatan di rumah sakit
– Pengobatan suportif dengan pemberian infus dan antibiotika
– Pemeriksaan biakan darah
– Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram positif
(broad spectrum) diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan
darah, dan dilakukan secara parenteral selama 3-6minggu
– Imobilisasi anggota gerak yang terkena
– Tindakan pembedahan(Setelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan
dipasang drainase. )
• Osteomielitis kronik
– Tidak dapat sembuh sebelum semua jaringan yang matii disingkirkan
– Pemberian antibiotika secara sestemik atau lokal
Komplikasi osteomielitis
• Patah tulang patologis
• Gangguan pertumbuhan
• Penyebaran infeksi dan timbulnya amiloidosis
Infeksi Granulomatosa
• OM Tuberkulosis
– Selain kelainan primer tuberkulosis di paru, ditemukan jg TB di kel limf,
tulang, sendi, perut, sistem urogenital, dll
– TB tulang terbanyak ditemukan  tlg panjang bagian metafisis dan di
trokanter mayor; sering di vertebra diikuti sendi panggul
• Spondilitis TB
– penyakit Pott
– Sering ditemukan pada T8-L3 dan mengenai korpus vertebra
– Gambaran klinis:
• Nyeri pinggang (akibat rx. inflamasi), punggung meningkat pdaa malam
hari makin lama makin berat
• Destruksi dan osteoporosis korpus vertebra  kompresi vertebra
• Didapati gibus  punggung bungkuk
• Penyempitan diskus intervertebra
Spondilitis TB

• Pd foto rontgen tampak penyempitan sela


diskus & gambaran abses paravertebral.
• Untuk melakukan pemeriksaan bakteriologis,
dpt dilakukan pungsi abses / dari febris yg
didapat melalui pembedahan.
• Diagnosis banding : fraktur kompresi
traumatik atau akibat tumor, dan infeksi jamur
spt blastomikosis
Spondilitis TB

• Tatalaksana : istirahat di tempat tidur untuk


mencegah paraplegia & pemberian
tuberkulostatik.
Infeksi granulomatosa
• Artritis TB
– TB sekunder yang menghinggapi semua sendi
– Frekuensi lebih tinggi pada usia muda
– Keluhan: nyeri sedang, kaku, bengkak
– Tanda lokal: bengkak, hidrops, hipotrofi otot, radang dingin
– Tanda sistemik: demam sedang, keringat malam, anoreksia,
penurunan BB
– Gambaran X-Ray: rarefaksi tulang, erosi, penyempitan/
pelebaran sela sendi, permukaan ujung tlg kasar
– Lab: Mantoux +, pungsi untuk biakan, pungsi sediaan apus ZN,
LED ↑
– Terapi: Tuberkulostatik, istirahat sendi pada posisi faali
SpondilitisTB
• Tuberkulosis tulang belakang (spondilitis
tuberkulosa) merupakan peradangan granulomatosa
yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan oleh
mikobakterium tuberkulosa.
• Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra
T8-L3 dan paling jarang pada vertebra C1-2
epidemiologi
• Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis
tulang dan sendi.
• Prevalensi spondylolisthesis sekitar 5% pada umur 5-7 tahun dan
meningkat sampai 6-7% pada umur 18 tahun.
• Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi
pada usia dibawah usia 20 tahun
• Sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia
yang lebih tua.
• Meskipun perbandingan antara pria dan wanita hampir sama,
namun biasanya pria lebih sering terkena dibanding wanita yaitu
2,1 : 1,5
• Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang berada
dalam keadaan sosial ekonomi rendah.
etiologi
• Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari
tuberkulosis di tempat lain di tubuh,
– 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human dan
1/3 dari tipe bovin)
– 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.

• Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan


terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut Basil Tahan
Asam (BTA).
• Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Stadium perjalanan penyakit
1. Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh
penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni
yang berlangsung selama 6-8 minggu.
2. Stadium destruksi awal
Terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan
pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjut
Terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk
massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses yang tejadi
2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat
terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis.
Stadium perjalanan penyakit
4. Stadium gangguan neurologis
 Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah
melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum
terjadi gangguan saraf sensoris.
 Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi
penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.
 Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang
membatasi gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.
 Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai
gangguan defekasi dan miksi.
Stadium perjalanan penyakit
5. Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun
setelah timbulnya stadium implantasi. Gibbus
bersifat permanen oleh karena kerusakan
vertebra yang massif di sebelah depan.
diagnosis
• Tanda dan gejalanya dapat berupa:
– Nyeri punggung yang terlokalisir
– Bengkak pada daerah paravertebral
– Tanda dan gejala sistemik dari TB
– Tanda defisit neurologis, terutama paraplegia
Pemeriksaan lab
• ↑ LED dan mungkin disertai leukositosis
• Uji Mantoux positif
• Pada pewarnaan Tahan Asam dan pemeriksaan
biakan kuman mungkin ditemukan mikobakterium
• Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
• Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
• Pungsi lumbal.
Prinsip penatalaksanaan
1. Pemberian obat antituberkulosis
2. Dekompresi medulla spinalis
3. Menghilangkan/menyingkirkan produk infeksi
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)
Artritis septik akut
• Dapat berakibat ankilosis nila pengeluaran nanah ≠
dilakukan
• Kuman penyebab  staphylococcus aureus
• Merusak kartilago sendi karena enzim lisosom leukosit/
bakteri
• Tanda dan gejala:
– Nyeri sekitar sendi
– Hambatan gerak
– Demam, mengigil, malaise
– Sendi bengkak, hidrops, panas, nyeri tekan
• Aspirasi cairan keruh, nanah dengan bakteri
• Tatalaksana: imobilisasi, AB, pembedahan untuk
debrideman dan dekompresi sendi

Anda mungkin juga menyukai