Blok SMS
Aldi Firdaus
( 405140098 )
Learning Objectives
• 1. Anatomi Ekstremitas Atas & Fisiologi
Pergerakan
• 2. Histologi Tulang
• 3. Kelainan Tulang Akibat Trauma ( Dislokasi &
Fraktur )
• 4. Kelainan Tulang Akibat Non Trauma
( Infeksi )
1. Anatomi Ekstremitas Atas & Fisiologi
Pergerakan
Sendi
Tempat dimana dua tulang atau lebih saling
berhubungan, dimana di antara tulang-tulang
ini dapat terjadi pergerakan atau tidak.
Klasifikasi Sendi Menurut Jaringan di antara
Tulang-Tulang
1. Sendi Fibrosa
Hubungan antar tulang
yang dihubungkan oleh
jaringan ikat fibrosa.
Gerakannya sangat sedikit.
Contoh:
a. Sutura
b. Articulatio tibia fibularis
inferior
2. Sendi Kartilaginosa
– Primer:
Hubungan antar tulang yang
disatukan oleh suatu
lempeng atau potongan
tulang rawan hialin.
Tidak ada pergerakan.
Contoh:
a. Persatuan antara epifise dan
diafise
b. Antara iga I dan manubrium
sterni
– Sekunder:
Persendian yang tulang-
tulangnya disatukan oleh
suatu lempeng rawan fibrosa
dan dilapisi oleh tulang rawan
hialin yang tipis.
Pergerakan tergantung pada
sifat fisik rawan fibrosa.
Contoh:
a. Articulatio intervertebralis
b. Symphisis pubica
3. Sendi Sinovial
Persendian yang memiliki kemungkinan bergerak
banyak karena terdapat rongga-rongga sendi.
Ciri-ciri:
1) Ujung tulang bersendi dibedakan atas: caput articularis
& cavitas glenoidalis.
2) Cavum articularis: rongga yang terdapat di antara ujung-
ujung tulang.
3) Membran sinovial:
– Di sebelah luar dilindungi oleh kapsula sendi
– Permukaan sendi dilumasi cairan sinovial
4) Bagian-bagian khusus untuk membantu
– Discus/meniscus articularis: irisan rawan fibrosa yang terletak
di permukaan sendi penyangga, mengurangi gesekan di
antara ujung-ujung sendi
– Bantalan lemak: antara membran sinovial dan capsula fibrosa
atau tulang
– Bursa mukosa: pelumas terdiri atas kantong fibrosa tertutup
yang dibatasi oleh membran halus yang lembut, dijumpai
pada tendo bergeser pada tulang ligamentum atau tendo lain
– Kapsul: lapisan serabut yang menyelubungi sendi dan
membentuk suatu rongga sendi
– Selubung sinovial: bursa berbentuk
tubular yang mengelilingi tendo
– Ligamentum: suatu tali/pita
jaringan ikat yang menghubungkan
2 struktur yang terdiri dari:
a. Jaringan serabut kolagen
tidak dapat diregangkan
mencegah pergerakan sendi
berlebihan ligamentum
fibrosa/kolagen
b. Jaringan serabut elastis
dapat kembali ke panjang
semula setelah diregangkan
ligamentum elastis
Vaskularisasi
• Persendian menerima darai dari arteri
articularis yang berasal dari pembuluh darah
di sekitar sendi dan membentuk anastomosis.
• Arteri dan vena terletak pada capsula
articularis, terutama pada membrana
synovialis.
Hukum Hilton
• Saraf yang mempersarafi sendi juga
mempersarafi otot yang menggerakkan sendi
dan kulit sekitar insertio otot tersebut.
Persyaratan sendi:
4. Kapsula dan ligamentum mendapat banyak
suplai saraf sensorik
5. Rawan sendi mempunyai sedikit ujung saraf
2. Histologi Tulang
3. Kelainan Tulang Akibat Trauma ( Dislokasi & Fraktur )
Definisi:
- Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (ilmu bedah).
- Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis, atau
tulang rawan sendi yg disebabkan karna trauma (FK UI).
Epidemiologi:
• Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
kecelakaan.
• Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon.
Faktor resiko:
• Usia dan jenis kelamin
• Pekerjaan
• Status gizi
• Densitas tulang
• Riwayat penyakit
• Kelainan genetik
Etiologi:
- TRAUMA (paling banyak pada kecelakaan lalu lintas)
- Terjadi ketika tekanan yg menimpa tulang lebih besar dari pada daya
tahan tulang akibat trauma
- Terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis,
Osteogenesis imperfecta yg disebut fraktur patologis
- Fraktur stress atau fatigue, fraktur ini biasanya sebagai akibat dari
penggunaan tulang secara berulang-ulang.
Tanda dan gejala:
- Deformitas ( perubahan struktur/ bentuk)
- bengkak
- Ekimosis (perdarahn subkutan)
- Nyeri
- Pergerakan abnormal
- Krepitasi, yg dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakan
- Hilangnya / berkurangnya fungsi yg normal karena ketidakstabilan
tulang, rasa nyeri atau spasme otot.
Pemeriksaan penunjang:
1. Radiologis:
- X-RAY (untuk dapat melihat gambaran fraktur,
deformitas)
- Venogram/ anterogram (menggambarkan arus
vaskularisasi)
- CT scan dan MRI (utk mendeteksi struktur fraktur yg
kompleks)
2. Laboratorium:
- Hb
- Hematokrit (sering menurun akibat perdarahan)
- LED (meningkat karna kerusakan jaringan lunak)
Diagnosis:
1. Anamnesa
- Apakah ada trauma
- Dugaan fraktur-fraktur tertentu
- Adanya gangguan fungsi
2. Pemeriksaan umum
- Adanya shock
- Tanda-tanda sepsis
3. Pemeriksaan status lokalis (tanda-tanda fraktur)
Inspeksi
a. Deformitas : - penonjolan yang abnormal
- angulasi (bengkok)
- rotasi (terputar)
- pemendekan
b. Fungsio laesa
Palpasi => nyeri tekan dan nyeri sumbu
Gerak Sendi
- krepitasi
- nyeri
- ROM dan gerakan yang tidak normal
Patfis
klasifikasi Fraktur
1) Fraktur akibat trauma
- Trauma langsung : benturan pada tulang
mengakibatkan fraktur pada tulang tersebut
- Trauma tidak langsung : terjadinya fraktur
berjauhan dari titik tumpu
- Trauma eksternal : tertabrak, jatuh, etc
- Trauma internal : kontraksi otot yg kuat
mendadak pada serangan epilepsi, tetanus,
renjatan listrik
- Trauma ringan tetapi terus menerus
2) Fraktur patologik
• Fraktur yang terjadi pada tulang yang
sebelumnya telah mengelami proses patologik
(proses penyakit).
• Contoh : pada tumor tulang primer/sekunder,
mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis,
osteogenesis imperfecta, osteoporosis.
Deskripsi Fraktur
1. Terbuka – tertutup
2. Komplit – inkomplit
3. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma
4. Jumlah garis patah
5. Displaced-undisplaced
Klasifikasi patah tulang juga dapat dibagi
menurut garis frakturnya :
A. Fisura tulang disebabkan oleh cedera tunggal hebat/ oleh
cedera yg terus-menerus yg cukup lama
B. Patah tulang serong
C. Patah tulang lintang
D. Patah tulang kominutif oleh cedera hebat
E. Patah tulang segmental karena cidera hebat
F. Patah tulang dahan hijau ( periosteum tetap utuh)
G. Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar pd tulang
pendek / epifisis tulang pipa
H. Patah tulang impaksi(kadang juga disebut inklavasi)
I. Patah tulang impresi
J. Patah tulang patologis akibat tumor tulang/ proses
destruktif lain.
Klasifikasi Salter Haris utk patah tulang yg mengenai epifisis
distal tibia
Type 1: epifisis dan cakram epifisis lepas dari
metafisis, tetapi periosteumnya masih utuh
Type 2: periost robek di satu sisi sehingga epifisis
dan cakram epifisis lepas sama sekali dari
metafisis
Type 3: patah tulang cakram epifisis yg melalui
sendi
Type 4: terdapat fragmen patahan tulang yg garis
patahnya tegak luru cakram epifisis
Type 5: terdapat kompresi pada sebagian cakram
epifisis yg menyebabkan kematian dari
sebagian cakram tersebut.
Penatalaksanaan Non-Farmakologis
TERAPI KONSERVATIF
• Proteksi saja dengan mitela
ex : pada fraktur collum chirurgicum humeri dg
kedudukan baik
• Imobilisasi tanpa reposisi
ex : pemasangan gips / bidai pada fraktur
inkompilt kedudukan baik
• Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
(reposisi dengan/tanpa anestesi)
• Traksi
TERAPI OPERATIF
• Reposisi tertutup – fiksasi ekstrena
– Fiksasi dengan Roger Anderson, Judet, screw dengan
bone cement.
• Reposisi tertutup dengan fiksasi interna (pinning)
• Reposisi terbuka dan fiksasi interna
• Excisional arthroplasty
– Membuang fragmen yang patah yang membentuk
sendi
• Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Penyembuhan patah tulang
A. Fase hematoma:
pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yg disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pd tulang dan periost.
B. fase jaringan fibrosis :
Hematom ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan
vaskuler hingga hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya.
Jaringan ini yg menyebabkan fragmen tulang saling menempel dan jaringan yg
menempelkan fragmen patahan tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.
C. Fase penyatuan klinis:
jaringan fibrosa ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkim yg bersifat osteogenik.
Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yg membentuk kondroid yg merupakan bahan
dasar tulang rawan, sedangkan di tempat yg jauh dari patahan tulang yg vaskularisasinya
relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan membentuk osteoid yg merupakan
bahan dasar tulang. Kondroid dan osteoid ini mula mula tidak mengandung kalsium
sehingga,tidak terlihat pada rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan/osifikasi.
Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Pada foto
rontgen, proses ini terlihat sebagai bayangan radio-opak, tetapi bayangan garis patah
tulang masih terlihat.
D. Fase konsolidasi:
terjadi penggantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel tulang yg mengatur diri
sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yg bekerja pada tulang. Akhirnya sel tulang ini
mengatur diri secara lamelar seperti sel tulang normal. Kekuatan kalus ini sama dengan
kekuatan tulang biasa
Komplikasi
Segera Dini Lama
-Kulit aberasi, -Nekrosis kulit - Sendi ankilosis
laserasi -Gangren - Mal/delayed/non-union
-Pembuluh darah -Sindrom - Distrofi
robek kompartemen - Osteoporosis pasca
-Sistem saraf -Trombosis - Trauma
-Organ dalam vena - Gangguan pertumbuhan
tertekan -Infeksi sendi - Osteomielitis
-Syok hemoragik, -Osteomielitis - Patah ulang
neurogenik -Emboli paru - Penulangan otot
- Ruptur tendon
- Kelumpuhan saraf
- Batu ginjal
Definisi
• Dislokasi sendi/luksasio tergesernya permukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap
tulang lainnya. (Buku Ajar ilmu Bedah)
• Dislokasi suatu kedaruratan (bagian dari trauma
sendi) yang memerlukan pertolongan segera.
• Dislokasi Keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi); Keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.
• Dislokasi sendi peralihan/tersasar tulang
dari posisi yang membentuk sendi.
• Dislokasi dis + lokasi
– Kepala sendi keluar dari mangkok sendi
– Subluksasi sebagian kepala sendi
– Fraktur dislokasi disertai dengan fraktur
– Fraktur dan dislokasi
Epidemiologi
• Paling banyak: dislokasi bahu.
• Laki-laki (20-30 tahun) >> perempuan (61-80
tahun).
• Alasan:
– Laki-laki lebih sering berolahraga
– Perempuan kerentanan untuk jatuh
Etiologi
• Faktor predisposisi
• Kelainan pertumbuhan sejak
lahir (kongenital) Non-Trauma
• Aktivitas/kebiasaan (>4 kali)
• Terjadi infeksi disekitar sendi
• Trauma akibat kecelakaan
• Trauma akibat pembedahan
Trauma
ortopedi
Klasifikasi
• Berdasarkan posisi:
1. Dislokasi posterior saat panggul fleksi dan adduksi
2. Dislokasi anterior saat tungkai terkangkang, lutut lurus,
punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke
belakang
3. Dislokasi sentral saat trauma datang dari arah samping
sehingga trauma ditransmisikan lewat trochanter mayor
mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput
femoris masuk ke rongga pelvis.
• Dislokasi anterior
– Lengkung bahu berubah
– Posisi bahu abduksi & rotasi
eksterna
– Teraba caput humeri di bagian
anterior
– Back anestesi gangguan N.
axillaris
– Radiologis (rontgen foto, CT
Scan) memperjelas diagnosis
• Berdasarkan sifatnya:
1. Dislokasi congenital sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik akibat penyakit sendi dan/atau
jaringan sekitar sendi (tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang).
3. Dislokasi traumatik kedaruratan ortopedi (pasokan
darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat/kematian jaringan/akibat oedema sering pada
orang dewasa.
4. Dislokasi paralitik akibat ketidakseimbangan
kekuatan otot (polio, cerebral palsy).
• Berdasarkan lokasi:
– Dislocation Mandibula
– Dislocation Vertebra
– Dislocation Bahu
– Dislocation Siku
– Dislocation Panggul
– Dislocation Lutut
– Dislocation Tumit
– Dislocation Interphalangae
– Dislocation Metacarpophalangae
Jenis-Jenis Dislokasi berdasarkan Lokasi
• Dislokasi sendi acromioclavicular
Sering pada dewasa muda (trauma langsung atau saat olahraga).
Mekanisme: dorongan kuat acromion ke bawah, otot trapezius dan
sternomastoid menarik kuat clavicula ke atas, ligament coracoclavicula robek
dislokasi.
Gejala: nyeri, tonjolan ujung lateral clavicula.
Pemeriksaan: X-Ray proyeksi AP.
Penatalaksanaan:
1. Subloksasi: arm sling (1 minggu), shoulder exercise
2. Dislokasi: padding and strapping, screw
• Dislokasi sendi sternoclavicular
Mekanisme: benturan kuat di depan pundak dorongan kuat ke
belakang dari ujung latral clavicula mendorong bagian medial
clavicula ke depan kapsul sendi sternoclavicula robek dislokasi
Gejala klinis: nyeri, benjolan
Penatalaksanaan:
1. Dislokasi anterior: close reduction
2. Dislokasi posterior: open reduction
• Dislokasi bahu keluarnya caput humerus dari
cavum glenoidalies
Etiologi: 99% trauma
Klasifikasi:
1. Dislokasi anterior (98%)
2. Dislokasi posterior (2%)
3. Dislokasi inferior
Mekanisme trauma:
1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba
2. Tarikan sendi bahu tiba-tiba
3. Tarikan & puntiran tiba-tiba
Gejala klinik: nyeri, asimetris, deltoid terasa datar.
Pemeriksaan: X-Ray dengan proyeksi AP
Penatalaksanaan:
1. Dislokasi anterior: closed reduction (Hippocrates,
Kocher, Stimson, open reduction (pembedahan)
2. Dislokasi posterior: closed reduction
• Dislokasi siku
2 mekanisme:
1. Penderita jatuh dalam posisi siku fleksi
2. Penderita jatuh dalam posisi siku hiperekstensi
Bagian distal humerus terdorong ke depan merobek kapsul bagian anterior,
kepala radius dan ulna 1/3 distal dislokasi ke posterior
Gejala klinik:
– Tampak pembengkakkan hebat di siku
– Posisi siku dalam semifleksi
– Ujung olecranon teraba lari ke posterior
– Segitiga sama kaki dari epicondylus humeri medial, lateral, dan ujung olecranon
berubah
Pemeriksaan: radiologi dengan proyeksi AP/LAT
Penatalaksanaan: dislokasi posterolateral closed reduction, pembedahan
Komplikasi: kekakuan sendi (ankylosis)
• Dislokasi pangkal paha
Keluarnya caput femur dari
Posterior dislocation
acetabulum
99% trauma
Klasifikasi:
1. Dislokasi postrior (85%)
2. Dislokasi anterior (10-15%)
3. Dislokas sentral
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction traction
2. Open reduction internal
fixation, fragments-removed
Anterior dislocation
• Dislokasi lutut
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction
2. Open reduction ligament suture,
capsule repaired
• Dislokasi patella
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction
2. Open reduction osteochondral
fragment removed, medial capsule
repaired
Peritalar dislocation
• Dislokasi pergelangan
Midtarsal dislocation
kaki
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction
plaster cast
2. Open reduction
ligament repaired,
Kirchers wires, fixed
with screw
Tarso metatarsal dislocation
• Dislokasi interphalangeal
Penatalaksanaan:
1. Closed reduction splinted with grater
strapping (2-3 minggu)
Patofisiologi
• Robek kapsul sendi, otot, ligamen, dll
• Kerusakan pembuluh darah dan saraf
• Perdarahan dalam sendi
• Avaskular nekrosis kepala sendi
• Gangguan pertumbuhan sendi
Faktor Risiko
• Jenis kelamin perempuan lebih rentan
• Usia usia produktif lebih rentan (lebih banyak
bergerak)
• Genetik (anak dengan defisiensi kolagen)
• Pekerjaan/Aktivitas seorang atlet lebih rentan
Tanda & Gejala
• Terasa nyeri
• Perubahan kontur sendi
• Perubahan panjang ekstremitas (pemendekan)
• Kehilangan mobilitas normal
• Perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi
• Deformitas
• Kekakuan
• Hypesthesia atau anesthesia
• Hematoma
• Terjadi perubahan warna pada sisi medial lokasi ligamen
yang mengalami kerusakan
• Tulang tampak tidak pada tempatnya
• Warna kulit di atas sendi berubah (lebam
setempat)
• Pergerakan terbatas
• Bengkak atau memar
• Sakit saat digerakkan
Diagnosa
• Anamnesis:
Ada trauma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya: trauma ekstensi
dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
Ada rasa sendi keluar
Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi
rekuren atau habitual
Nyeri hebat:
Spasme otot sekitar sendi
Rangsangan cairan sendi
Terjepit saraf
Pemeriksaan
• Klinis:
1. Deformitas:
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya: deltoid yang
rata pada dislokasi bahu
Pemendekan
Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya
dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul
endorotasi, fleksi dan adduksi
2. Nyeri
3. Functio laesa gerak terbatas, misalnya: dislokasi
anterior bahu. Bahu tidak dapat endorotasi
4. Dislokasi posterior fleksi, adduksi, endo-rotasi;
dislokasi anterior fleksi, abduksi, ekso-rotasi
• Radiologis (foto rontgen, CT Scan): untuk
memastikan arah dislokasi dan apakah disertai
fraktur. Pada dislokasi lama, pemeriksaan
radiologis lebih penting oleh karena nyeri dan
spasme otot telah menghilang.
Diagnosa Banding
• Fraktur tulang di tempat terjadi dislokasi.
Penatalaksanaan
• Farmakologis
– Glucosamine
– Asam hyaluronat
– NSAIDs
• Operatif
– Apabila terjadi dislokasi rekuren
– Mengurangi lesi pada kartilago
– Masa pemulihan tergantung jenis operasi (soft tissue atau osteotomies)
• Non-operative
– Reposisi
– Immobilisasi ±3minggu
– Dapat sembuh setelah ±6 minggu
– Dislokasi rekuren patellar buttress/knee brace
• Tindakan reposisi:
1. Reposisi segera
2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat
kejadian tanpa anestesi, misalnya: dislokasi siku,
dislokasi bahu, dislokasi jari.
3. Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan
anestesi lokal dan obat-obat penenang, misalnya:
valium:
– Dislokasi bahu cara Hippocrates dengan menarik lengan dalam
posisi abduksi
– Cara Kocher harus dengan hati-hati
4. Dislokasi sendi besar, misalnya: sendi panggul
memerlukan anestesi umum:
4. Untuk anak cara yang tidak traumatis (cara Allis)
– Cara Bigelow tidak benar: fraktur intraartikular