Anda di halaman 1dari 38

PERENCANAAN DERMAGA LATAWE

SULAWESI TENGGARA

KELOMPOK 10
SOFYAN ATSARI 26050117130054
LAODE RASYID RIDZAL 26050117140004
RYAN AKHMAL HIDAYAT 26050117140010
ELOGIA LIVINGSTONE B 26050117140020
PENDAHULUAN
• LATAR BELAKANG
Pembangunan transportasi nasional merupakan bagian yang amat
penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan
pembangunan sektor transportasi nasional, sangat ditentukan
peran sektor transportasi baik pemerintah pusat, provinsi dan
daerah.
• MAKSUD DAN TUJUAN

Menyiapkan produk/dokumen detail desain dermaga dan


lapangan penumpukan di Pelabuhan Latawe agar
implementasinya dapat dengan mudah, tepat dan mencapai
sasaran dalam pelaksanaannya.
GAMBARAN UMUM
LOKASI PROYEK
Batas wilayah Kabupaten Muna Barat adalah
sebagai berikut :

a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten


Konawe Selatan

b. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten


Muna

c. Sebelah Selatan: berbatasan dengan


Kabupaten Muna

d. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten


Bombana
KONDISI
IKLIM
LOKASI
PROYEK
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
PENDUDUK
• Kependudukan
Kepadatan Penduduk di 11 kecamatan cukup beragam dengan
kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Maginti
dengan kepadatan sebesar 221,74 jiwa/km2 dan terendah di
Kecamatan Wadaga sebesar 35,74 jiwa/km2.
PENDIDIKAN
• Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Muna Barat yaitu 1 Rumah Sakit, 15 Puskemas,
117 Posyandu, 3 Klinik dan 9 Polindes. Sedangkan tenaga medis yang ada di Kabupaten
Muna Barat yaitu 3 Dokter umum dan 77 bidan, 50 perawat, 5 tenaga farmasi, dan 57
tenaga kesehatan lainnya.

• Pertanian dan Perkebunan


Tanaman coklat, merupakan komoditi unggulan yang terdapat di Kabupaten Muna Barat
dari segi perkebunan yakni sebanyak 5.463,71 ton dengan luas lahan 6.045,2 Ha, disusul
tanaman kelapa sebanyak 1.201,23 ton, dan tanaman jambu mete sebanyak 709,04 ton.
• Perikanan

Adapun dari sisi produksi, jumlah produksi perikanan laut pada tahun sebanyak 2016 sebesar
16.950 ton dan produksi perikanan umum sebesar 5.392 ton.

• Perdagangan

Di Kabupaten Muna Barat terdapat 115 koperasi yang terdiri dari 3.593 anggota koperasi
dengan modal 5.03 miliar. Kecamatan yang memiliki jumlah koperasi terbanyak berada di
Kecamatan Kusambi yaitu 19 koperasi yang terdiri dari 3 Koperasi Unit Desa (KUD) dan 16
koperasi lainnya.
GAMBARAN
KONDISI
EKSISTING LOKASI
PROYEK
• Berdasarkan hasil invetigasi Tim
Konsultan, di lokasi rencana
Pelabuhan Latawe - Tampo belum
terdapat bangunan penunjang
pelabuhan, namun sudah terdapat
dermaga eksisting, yang digunakan
masyarakat sekitar untuk bersandar
bagi kapal yang memuat hasil
perikanan.
KONDISI EKSISTING
PELABUHAN

• Posisi fasilitas tambahan untuk


perahu nelayan relatif dangkal yakni
berupa cause way, sehingga dalam
perencanaan ini akan menambah
panjang cause way yang ada sesuai
dengan kebutuhan draft kapal untuk
pelabuhan laut standar yakni kapal
1500 DWT.
DATA SURVEY DAN
INVESTIGASI LAPANGAN
DATA
PASANG
SURUT • Hasil perhitungan nilai HWS, MHWL, MSL, MLWL
dan LWS dari grafik di atas berturut-turut yakni 265
cm, 218 cm, 135 cm, 52 cm dan 5 cm.
• Selisih antara HWS dengan MSL yakni 130 cm.
• Selisih antara MSL dengan LWS yakni 130 cm
S U RV E Y TO P O G R A F I D A N B AT I M E T R I
• Peralatan yang digunakan yakni sebagai
berikut :

 Garmin GPS Map Sounder untuk mendeteksi


kedalaman dan menampilkan permukaan dasar
laut;

 Antena receiver untuk penerima sinyal dari


satelit;

 Transducer untuk penerima sinyal pantulan dari


dasar perairan;

 Komputer notebook atau Desktop (PC) untuk


men-download data dari Garmin Map Sounder;

 Perahu untuk membawa peralatan dan operator


Survei topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran geometri. guna tracking lokasi;
Sedangkan survei bathimetri dilakukan untuk mendapatkan
peta rupa bumi di laut.
 Peilschaal untuk pengamatan pasang surut.
TA H A PA N P E N G U K U R A N B AT I M E T R I
- Pengamatan pasang surut diikatkan dengan elevasi
benchmark (BM) di darat, sehingga data bathimetri
mempunyai referensi datum yang sama dengan data
pasang surut.

- Selama pengukuran batimetri dilakukan pengukuran


pasang surut dengan interval waktu 10 menit atau 15
menit.

- Dalam pelaksanaan pengukuran dengan GPS Map


Sounder selain pengambilan elevasi kedalaman laut
dan koordinat titik elevasi tersebut dilakukan juga
tracking.
- Menyiapkan kapal atau perahu dan setting peralatan GPS Mapsounder, seperti
- Kecepatan kapal harus konstan.
penempatan posisi tranduser dari permukaan air (biasanya 40 cm).
- Data akan tersimpan secara otomatis di dalam alat
- Pelaksanaan sounding dilakukan dengan interval jarak ± 20 m.
GPS Map Sounder dan untuk pengolahan data
- Data bathimetri yang didapat dari pengukuran, selanjutnya diikatkan pada selanjutnya digunakan software khusus untuk
bacaan elevasi muka air dari pengamatan pasang surut untuk waktu yang sama. pemetaan yakni MapSource.
HASIL
SURVEY
TOPOGRAFI
DAN
BATIMETRI
DATA
ANGIN
FETCH DAN DISTRIBUSI
GELOMBANG
SISTEM ELEVASI
•Dari penjelasan di atas, elevasi BM0 dengan dasar MSL = 0 adalah
+ 5,179 m dan terhadap dasar LWS = 0 adalah +6,479 m. Adapun
elavasi dari BM lainnya yang ditempatkan di lokasi rencana Pelabuhan
Latawe - Tampo yakni sebagai berikut:
- BM 0 dengan elevasi +6,479 m (LWS) dan +5,179 m (MSL)
- BM 1 dengan elevasi +3,154 m (LWS) dan +1,854 m (MSL)
- BM 2 dengan elevasi +3,767 m (LWS) dan +2,467 m (MSL)
PENGUJIAN
DEEP BOORING

• Deep Boring di lokasi


yang dimaksud yakni
sebanyak 1 titik
pengujian. Lokasi
pengujian disekitar
lokasi dermaga
eksisting pada
kedalaman +3m (LWS).
KRITERIA PERENCANAAN
PELABUHAN
• Jenis Pelabuhan

Perencanaan pengembangan pelabuhan ini sebagai pelabuhan angkutan barang, dengan kelas pelabuhan
termasuk pelabuhan regional.

• Kapal Rencana

Kapal terbesar yang direncanakan akan dilayani di pelabuhan Latawe - Tampo yakni kapal penumpang 1500
DWT. Sehubungan dengan rencana kriteria kapal yang akan dilayani di lokasi rencana, karakteristik kapal
rencana menurut (Triatmodjo, 2010) yakni sebagai berikut :
 Tonnase : 1500 DWT
 Panjang : 81,000 m
 Lebar / Breadth : 12,4 m
 Sarat / Draft : 4,90 m
 Kecepatan merapat : 0,2 m/det
DERMAGA
• Perencanaan pelabuhan didasarkan
pada bobot kapal sebesar 1500 DWT ,
panjang kapal berkisar 81 m sehingga
panjang dermaga yang dibutuhkan
berkisar 80% panjang kapal atau
berkisar 64 m, sehingga untuk
perencanaan ini diambil panjang
dermaga 70 m.
KOLAM DAN
ALUR
P E L AYA R A N

• Permasalahan alur pelayaran di


Pelabuhan tidak terlalu
signifikan, mengingat saat ini
pelabuhan ini telah beroperasi
dan sarana kenavigasian sudah
relatif seperti alur pelayaran
telah diuji.
ANALISIS ULTILITAS
PELABUHAN
• Ukuran terminal dan kapasitas
terminal peti kemas tergantung
pada ketersediaan lahan dan
kondisi tanah, peralatan
penanganan peti kemas, sistem
operasi, dan perkiraan jumlah
peti kemas yang keluar dan
masuk melalui terminal.

• Luas terminal peti kemas dihitung berdasarkan


persamaan di samping
• Luas lapangan penumpukan
peti kemas dapat dihitung
dengan persamaan di
samping.
• Berdasarkan kondisi lokasi rencana
Pelabuhan Latawe sebaiknya
menggunakan peralatan dan metode
penggunaan peti kemas berbasis
Straddle Carrier dengan rencana
tumpukan peti kemas sebanyak 3
susun dengan rencana arus peti kemas
sebesar 70.000 TEU/tahun dan nilai
broken stwage (BS) sebesar 25%.
  luas kebutuhan lapangan penumpukan yakni sebagai berikut
•• Maka

diambil 70 % dari Persamaan 6.7 maka luas total lapangan penumpukan yang dibutuhkan sebesar 18.264,84 m 2 (diambil
ukuran lapangan penumpukan 140 x 140 m dengan luas 19.600 m2

• Untuk luasan lainnya yakni sebagai berikut :

Luasan container freight station (15% dari total luas) = 2739,73 m2 ≈ 2800 m2

Luasan lapangan penumpukan peti kosong (10% dari total luas)

= 1.826,48 m2 ≈ 1.900 m2

Luas fasilitas, bangunan kantor, tempat parkir, dsb (5% dari total luas)

= 913,24 m2 ≈ 920 m2
RINGKASAN
HASIL
PERENCANAAN

Layout dan Kedalaman


Kolam Pelabuhan serta jarak
bebas alur pelayaran.
BIAYA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
•Biaya pelaksanaan konstruksi Pelabuhan Laut Latawe – Tampo
secara umum terdiri dari sebagai berikut :
 Pekerjaan persiapan

 Pekerjaan cause way ukuran 6m x 357m

 Pekerjaan pembangunan trestel ukuran 164m x 6m

 Pekerjaan dermaga ukuran 10m x 70m

 Pekerjaan lain-lain

 Total biaya pelaksanaan konstruksi termasuk pajak (PPN = 10%)


REKOMENDASI-SEGI ASPEK
HIDRO- OSEANOGRAFI

• Data yang disajikan alangkah lebih baik bila lebih komprehensif terutama
batimeteri serta pasang surut yang sangat krusial bagi pembangunan dan
operasional Pelabuhan.

• Data yang dilapirkan sebaiknya tidak hanya data bulanan selama 12 bulan (1
periode) . Data interaksi dengan siklus bulanan yang sering terjadi di Indonesia
seperti musim timur dan musim barat yang tiap tahunnya berubah sebaiknya
turut dilampirkan. Hal ini karena interaksi tersebut dapat memberikan efek
yang berubah-ubah. Serta dapat berpengaruh pada wilayah pembangunan.
REKOMENDASI-SEGI ASPEK HIDRO- OSEANOGRAFI

• Analisis lokasi proyek sebaiknya menyertakan lokasi dan kondisi lingkungan perairan dimana
secara tidak langsung juga berhubungan erat dengan kondisi manusia yang ada di darat serta
aktifitasnya.

• Metode yang digunakan (Admiralty) masih metode yang tergolong lama , terdapat beberapa
metode lain yang lebih efisien dan akurat seperti Least Square (Hasibuan et al., 2014) dan
metode SMS (Short Message System). Untuk memporeoleh data yang akurat dapat
menggunakan metode pengiriman data melalui SMS, karena 1 SMS dapat mengandung 160
karakter, maka dalam satu SMS dapat terisi lebih dari 30 data (Wijaya et al., 2016)

• Pada pemeruman disertai juga penggambaran alur pemeruman dan rintangan alami yang
dihadapi secara visual tidak hanya persamaan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
• American Society for Testing and Materials., 1997, Annual Book of ASTM Srandard. Vol. 04-08, Soil and Rock, ASTM 100 Barr
Harbor Drive, West Conshohocken, PS. 19428.
• Bowles, J.E.,1977, Foundation Analysis and Design, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo, Japan.
• Hardiyatmo, H.C., 2010, Mekanika Tanah I, Edisi IV, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
• Hardiyatmo, H.C., 2007, Mekanika Tanah II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
• Kramadibrata, S., 2002, Perencanaan Pelabuhan, ITB, Bandung
• Look, B.G., 1997, Handbook of Geotechnical Investigation and Design Table, Taylor & Francis Group, London, United Kingdom.
• SNI 1726-2002, 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional,
Balitbang Departemen PU, Jakarta.
• SNI 2847-2002, 2002, Standar Perencanaan Struktur Beton Untuk Struktur Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional,
Balitbang Departemen PU, Jakarta.
• SNI 2827-2008, 2008, Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Sondir, Badan Standarisasi Nasional, Balitbang Departemen PU,
Jakarta.
• SNI 4153-2008, 2008, Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT, Badan Standarisasi Nasional, Balitbang Departemen PU,
Jakarta.
• Triatmodjo, B., Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
• Wijaya, A. D., Mudin, Y., & Farhamsa, D. (2016). Rancang Bangun Alat Ukur Gelombang Pasang Surut Jarak Jauh dengan
Memanfaatkan Short Message Services (SMS). G ravitasi, 15(1).
• Hasibuan, R. D., Surbakti, H., & Sitepu, R. (2014). Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square Dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut Dengan Metode Gumbel Di Perairan Boom Baru Dan Tanjung Buyut, (Doctoral dissertation,
Sriwijaya University).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai