Dokter Pembimbing:
• Salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar, dan
pemberian anestesi dengan N2O harus disertai oksigen minimal 25%.
• Bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat.
• Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli,
sehingga terjadi pengenceran oksigen dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari
terjadinya hipoksia difusi, berikan oksigen 100% selama 5-10 menit.
Gas Anestesi Halotan
• Merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka sering
digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O
• Halotan merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan
tahapan anestesi dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah
anestetik dihentikan
• Berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien
menahan napas dan batuk.
• Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya
digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi
Gas Anestesi Desfluran
• Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben dan
tidak korosif untuk logam.
• Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk desflurane.
• Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme laring, sesak napas,
sehingga tidak digunakan untuk induksi.
• Desfluran bersifat ¼ kali lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali
lebih poten dibanding N2O
Sevofluran
Long Acting
1. D-tubokurarin 0,4-0,6 30-60
2. Pankuronium 0,08-0,12 30-60
3. Metakurin 0,2-0,4 40-60
4. Pipekuronium 0,05-0,12 40-60
5. Doksakurium 0,02-0,08 45-60
6. Alkurium 0,15-0,3 40-60
Intermediate Acting
1. Gallamin 4-6 30-60
2. Atrakurium 0,5-0,6 20-45
3. Vekuronium 0,1-0,2 25-45
4. Rokuronium 0,6-1,2 30-60
5. Cistacuronium 0,15-0,2 30-45
Short Acting
1. Mivakurium 0,2-0,25 10-15
2. Ropacuronium 1,5-2 15-30
Postoperatif
Pemulihan Pasca Anestesi
Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi
terutama yang menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan
penilaian terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien sudah dapat
dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di observasi di ruang Recovery
room (RR).
Nilai Warna
• Merah muda, 2 Kesadaran
• Pucat, 1 • Sadar, siaga dan orientasi, 2
• Sianosis, 0 • Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Pernapasan
• Tidak berespons, 0
• Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
• Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1 Aktivitas
• Apnoea atau obstruksi, 0 • Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Sirkulasi • Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
• Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2 • Tidak bergerak, 0
• Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari
normal, 1
• Jika jumlahnya > 8, penderita dapat
dipindahkan ke ruangan.
• Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Komplikasi Anestesi
1. Kerusakan Fisik
Pembuluh darah, bibir, gusi, dan gigi geligi dapat terjadi pada intubasi
trakea.
2. Pernafasan
3. Kardiovaskular
4. Hati
5. Suhu Tubuh
Sinusitis
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal, bila mengenai beberapa
sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal
disebut pansinusitis.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara
lain :
• Sebagai pengatur kondisi udara (Air Conditioning)
• Sebagai penahan suhu (Thermal Insulators)
• Membantu keseimbangan kepala
• Membantu resonansi suara
• Sebagai peredam perubahan tekanan udara
• Membantu produksi mukus
Patofisiologi
Sinusitis
Alergen (debu, virus, bakteri, dll) Interaksi makrofag dan Limfosit T
Mengeluarkan
Reaksi Antigen-Antibody mediator histamine Permeabilitas Kapiler
Hidung mampet, jalan nafas
tidak efektif
Masuk ke sinus
Transudasi
Secret meningkat
Silia Non-
Fungsional Sumbatan Ostium Transudasi
Klasifikasi
Menurut Adams berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas :
• Sinusitis Akut, yaitu sinusitis yang berlangsungbeberapa hari sampai minggu.
• Sinusitis SubAkut, yaitu sinusitis yang berlangsung antara minggu sampai bulan.
• Sinusitis Kronis, yaitu sinusitis yang berlangsung beberapa bulan sampai tahun.
Rencana Anestesi
• Anestesi Umum dengan Endotrakeal Tube
• Premedikasi : Midazolam 3 mg, Fentanyl 100 mcg
• Induksi : Propofol 100 mg
Kesimpulan
• Pasien perempuan usia 16 tahun, berat badan 55 kg, status fisik ASA I, diagnosis Multisinusitis yang akan dilakukan
tindakan FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery), rencana anestesi umum dengan endotrakeal tube.
PERSIAPAN PASIEN
• Sebelum Operasi (23 September 2019)
• Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi dari bagian THT untuk menilai kondisi fisik
pasien, apakah pasien dalam kondisi fisik yang layak untuk dilakukan tindakan operasi.
• Setelah mendapatkan persetujuan dari spesialis anestesi, pasien di periksa 1 hari sebelum
operasi (kunjungan pre-operatif), hasil dari kunjungan pre-operatif ini telah dijabarkan
sebelumnya.
• Diruang perawatan (23 September 2019)
• Informed consent : bertujuan untuk memberitahukan kepada keluarga pasien tindakan medis
apa yang akan dilakukan kepada pasien bagaimana pelaksanaannya, kemungkinan hasilnya,
resiko tindakan yang akan dilakukan.
• Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari keluarga pasien yang menunjukkan
persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.
Di Ruang OK (24 September 2019)
• Identifikasi Pasien
• Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.
• Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan, TD = 120/80mmHg, nadi = 82x/menit,
suhu=36.50C, RR = 19x/menit
• Pendataan kembali identitas pasien di ruang operasi. Anamnesa singkat kepada keluarga
yang meliputi BB, umur, riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat kebiasaan, dan
lainnya.
• Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi kemudian dilakukan
pemasangan EKG, manset, infus, dan oksimeter.
• Pemeriksaan tanda-tanda vital.
Persiapan Alat 11. Face mask
12. Mesin anestesi
1. Laringoskop • Komponen I : sumber gas,flowmeter, vaporizer
2. Stetoskop • Komponen II : sirkuit nafas/ system ventilasi yaitu
open,semiopen, semiclose
3. ETT no. 7 jenis cuff • Komponen III : alat penghubung system ventilasi
dengan pasien yaitu sungkup muka dan pipa ombak
4. Guedel (Oropharyngeal airway)
5. Plester/Tape : Hypafix 13. EKG monitor
14. Oksimeter/saturasi
6. Suction 15. Infuse set
7. Ambu bag • Cairan RL 20 ggt/i
• Abocath no.18 E
8. Spuit 3cc dan 5cc • Plester
9. Gel lubricating • Alcohol
• Tourniquet
10.Sarung tangan
Persiapan Obat-Obatan Anestesi
Premedikasi Midazolam 5 mg/5 cc Relaxan
Rocuronium 50 mg/5