KELAS B KELOMPOK 3 LATAR BELAKANG 1. Pengertian Tuborklosis Suatu penyakit bakteri menular yang berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis tidak memiliki gejala. Ketika gejala memang terjadi, biasanya berupa batuk (kadang-kadang ada bercak darah), penurunan berat badan, berkeringat di malam hari, dan demam.Pengobatan tidak selalu diperlukan untuk orang-orang tanpa gejala. Pasien dengan gejala aktif akan membutuhkan perjalanan pengobatan panjang yang melibatkan beberapa antibiotik.
2. Menurut WHO Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015) Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015). Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun 2014 yang hanya 324.539 2 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah (Kemenkes RI, 2016). Kebijakan-kebijakan/program pemerintah dalam menangani masalah tuberklosis A. Strategi Strategi penanggulangan TB dalam pencapaian Eliminasi Nasional TB meliputi: Penguatan kepemimpinan Program TB di Kabupaten/ Kota. Promosi: Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, regulasi, dan peningkatan pembiayaan, Koordinasi dan sinergi program. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu. Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private mix). Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat Peningkatan kolaborasi layanan melalui TB-HIV, TB-DM, MTBS, PAL, dan lain sebagainya. Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnostik yang baru Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case holding. Bekerja sama dengan asuransi kesehatan dalam rangka Cakupan Layanan Semesta (health universal coverage). Pengendalian faktor risiko Promosi lingkungan dan hidup sehat. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB. Pengobatan pencegahan dan imunisasi TB. B. Kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung jawab menyelenggarakan Penanggulangan TB. Penyelenggaraan Penanggulangan TB dilaksanakan melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorang. Penanggulangan TB harus dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan program kesehatan yang berkaitan. Program kesehatan yang meliputi program HIV dan AIDS, Diabetes Melitus, serta program kesehatan lain. Penanggulangan TB secara terintegrasi dilakukan melalui kegiatan kolaborasi antara program yang bersangkutan. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana). Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan Pedoman Standar Nasional sebagai kerangka dasar dan memperhatikan kebijakan global untuk PenanggulanganTB. Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang meliputi Puskesmas, Klinik, dan Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut(FKRTL) yang meliputi: Rumah Sakit Pemerintah, non pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM). Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara cuma-cuma. Identifikasi program kesehatan pemerintah yang sudah tercapai dan belum tercapai 1. Sudah tercapai Konsolidasi dan Implementasi Inovasi Dalam Strategi DOTS (2006-2010) Fase ini ditandai dengan keberhasilan dalam mencapai target global tingkat deteksi dini dan kesembuhan pada tahun 2006. Selain itu, berbagai tantangan baru dalam implementasi strategi DOTS muncul pada fase ini. Mitra baru yang aktif berperan dalam pengendalian TB pada fase ini antara lain Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Meskipun Indonesia mengalami pemberhentian sementara dana GFATM Round 1 dan round 5, akan tetapi kegiatan pelayanan TB (terutama di dalam gedung) tetap terlaksana karena kesiapan tenaga pelayanan dengan menggunakan dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta sumber pendanaan dari berbagai lembaga donor internasional lain seperti USAID, WHO, tetap dapat dipertahankan. Selain mencapai target global, Indonesia juga telah menunjukkan berbagai perkembangan dalam menghadapi tantangan baru program pengendalian TB Keberhasilan ekspansi strategi DOTS di Indonesia membutuhkan dukungan manajerial yang kuat. Desentralisasi pelayanan kesehatan berpengaruh negatif terhadap kapasitas sumber daya manusia dan pengembangan program pengendalian TB. Meskipun dilaporkan bahwa 98% staf di Puskesmas dan lebih kurang 24% staf TB di rumah sakit telah dilatih, program TB harus tetap melakukan pengembangan sumber daya manusia mengingat tingkat mutasi staf yang cukup tinggi. 2. Belum Tercapai Menurut kemenkes RI (2011) indikator pengendallian untuk menilai kemajuan atau keberhasilan program pengendalian TB, diketahui bahwa ada beberapa indikator pengendalian TB yang belum tercapai yaitu angka CDR sebesar 56% (target nasional min 70%), angka keberhasilan pengobatan sebesar 82% (target nasional min 85%), angka kesembuan sebesar 76% (target nasional min 85%) , angka kesalahan lab dari triwulan pertama- triwulan ketiga pada tahun 2013 sebesar 6% (target nasional max 5%). Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar program/kebijakan tersebut dapat tercapai Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus menetapkan target Penanggulangan TB tingkat daerah berdasarkan target nasional dan memperhatikan Strategi Nasional. Strategi Nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri atas: • Penguatan kepemimpinan program TB • Peningkatan akses layanan TB yang bermutu • Pengendalian faktor risiko TB • Peningkatan kemitraan TB • Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB • Penguatan manajemen program TB. Terimakasih